BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Pendahuluan
Semua agama, jalan kebenaran, bahkan sains pun diarahkan
untuk mengungkap jati diri manusia. Manusia yang mengenali dirinya dengan baik,
maka ia akan mampu mengatur kehidupan di dunia ini dengan baik. Orang yang
melangkah tanpa tujuan yang jelas, maka hidupnya tidak mempunyai makna. Selain
itu orang yang mengalami kegagalan adalah orang yang tidak memiliki tujuan yang
jelas dalam hidupnya. Oleh karena itu, manajemen diri merupakan hal yang
penting dalam meraih kesuksesan.
Orang yang bertaqwa akan sangat berhati-hati dalam me-manage
dirinya. Sementara bekal yang selalu mengiringi ketakwaannya akan
menjadikan dirinya sadar bahwa tiada tujuan yang lebih utama dari setiap
langkahnya di dunia, melainkan dalam rangka mencari ridha Allah SWT.
Manusia diberi oleh Allah bakat yang berbeda-beda dan unik.
Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat dikelola untuk
semakin didayagunakan, sehingga akhirnya manusia dapat menjadi baik dengan
bakat yang dimiliki.
Sesungguhnya manusia diberi potensi emosi yang bisa
mendorong dirinya untuk melakukan perbuatan baik maupun jelek. Menghilangkan
sama sekali emosi dalam diri seseorang juga tidak baik. Adanya emosi dalam diri
seseorang inilah yang menyebabkan ia bersemangat makan ketika lapar, ia menjadi
sedih, senang, punya rasa cinta dan sebagainya. Maka yang baik adalah
mengendalikan dan mengarahkannya agar ia menjadi motivator ke arah hal yang
baik.
Dalam khazanah psikologi manusia memiliki tiga kemampuan
yang diperlukan untuk mengelola (manajemen) diri: berpikir rasional (IQ),
mematangkan emosi (EQ), dan mengutuhkan spiritualitas (SQ). Jika ketiga
kemampuan ini dikelola dengan baik, maka manusia akan menjadi makhluk termulia.
Namun jika tidak, maka dikatakan seperti binatang, bahkan lebih rendah
daripadanya. Tiga fungsi ini hanya dapat diwujudkan dengan baik jika seseorang
memahami bagaimana otak dapat difungsikan.
Jika seseorang telah mampu memahami dan mengenal dengan baik
tentang dirinya, baik dari aspek jasmani maupun rohani, maka ia akan dapat
merasakan fungsi potensi yang dimilikinya. Kekuatan serta potensi mengenal
secara mendalam tentang eksistensi jasmani dan rohani dapat dicapai melalui
bimbingan dan pengajaran Allah yang dihasilkan dari esensi ketakwaan dan
penghambaan yang sangat tinggi dan suci kepada-Nya. Manusia memiliki
kepribadian multidimensi dan unik. Karena keunikannya sampai sekarang masih
banyak manusia yang belum dapat mengenali dirinya sendiri secara penuh.
Islam sebagai petunjuk ilahi yang terakhir telah menyiapkan
tuntunan yang cukup, baik yang ada dalam Al-Qur’an maupun yang dicontohkan oleh
Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana bimbingan dan konseling Islam yang merupakan
suatu proses pemberian bantuan kepada seseorang, artinya tidak menentukan atau
mengharuskan, melainkan sekedar membantu individu.
Keteraturan dalam melaksanakan sesuatu merupakan suasana
yang kondusif bagi kehidupan seseorang. Semakin rapi dalam beramal dan semakin
baik perencanaannya, akan semakin mempengaruhi seseorang untuk me-manage
dirinya, atau minimal tidak mengganggu rencana dan manajemen dirinya.Jalan
utama untuk menuju kesuksesan hidup adalah keberhasilan dalam mengatur diri
(manajemen diri). Kegagalan dalam mengatur diri akan berakibat pada kegagalan
hidup.
1.2.Rumusan Masalah
1.
Apa defenisi manajemen
diri?
2.
Bagaimana tujuan dan
perencanaan diri?
3.
Bagaimana manajemen diri
dalam perspektif islam?
1.3.Tujuan
1.
Mengetahui defenisi
manajemen diri
2.
Mengetahui tujuan dan
perencanaan diri
3.
Mengetahuimanajemen diri
dalam perspektif islam
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Definisi Manajemen Diri
Manajemen diri adalah orang yang mampu untuk mengurus
dirinya sendiri. Sedangkan kemampuan untuk mengurus diri sendiri itu dilihat
dari kemampuan untuk mengurus wilayah diri yang paling bermasalah. Dan yang
paling biasa bermasalah dalam diri itu adalah hati.
Istilah Self Management ataumanajemen diri muncul
didasarkan pada keyakinan bahwa manajemen itu diawali dalam kehidupan individu.
Menurut Muhyidin (2003: 227) Manajemen diri adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengevaluasian segala sifat dan tindak-tanduk
diri kita sendiri dengan subyek pelaksana diri kita dan obyek pelaksana juga
diri kita sendiri.
Menurut Akram Ridha (2006: 7), "manajemen diri adalah
kemampuanseseorang untuk mengarahkan perasaan dan pemikirannya serta segalakemampuannya
untuk menggapai cita-cita dan tujuan dirinya". Lebih lanjut Suit
dan Almasdi (2006: 13) mengemukakan manajemen diri adalah suatu organisasi diri
yang manajernya adalah hati nurani dan sebagaipelaksananya adalah organ tubuh,
penerima perintah yang dipengaruhioleh sikap mental. Salah satu bentuk dari
manajemen diri adalahpengendalian diri dalam memenuhi keinginan hati nurani,
sesuaipengetahuan yang dimiliki.
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa self
management adalah suatu pengelolaan individu terhadap dirinya sendiri.
Pengelolaan individu ini tentu saja diawali dari pengenalan terhadap kadar
kemampuan atau potensi yang dimiliki seseorang, selanjutnya dianalisis dan
dilakukan pengembangan diri. Pengenalan terhadap kadar kemampuan atau potensi
diri sangat membantu dalam menentukan atau memposisikan diri secara tepat dalam
berbagai situasi kehidupan.
Manajemen diri jika dihubungkan dengan peningkatan kualitas
insani adalah adanya usaha untuk memenej hati nurani untuk menemukan kembali
fitrah manusia yaitu kembali ke agama Islam, sehingga kualitas kemanusiaan
seseorang dapat dipelihara bahkan dapat ditingkatkan dan dikembangkan
sedemikian rupa sehingga mencapai derajat kemanusiaan yang paling tinggi (insan
kamil) dan dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi, sehingga
terwujudlah pribadi sebagai 'ibadur ar rahman yang istiqamah. Hal ini
juga terkait dengan kewajiban dakwah Islam yang mewajibkan umatnya berdakwah
sesuai dengan batas-batas kemampuannya, dan batas minimal dari kewajiban dakwah
tersebut adalah mendakwahi dirinya sendiri, yaitu membenahi diri atau membenahi
hatinya kearah kesempurnaan, yang pada akhirnya dari dirinya itu akan muncul
perbuatan yang mengandung nilai teladan (dakwah) bagi orang lain (Suisyanto,
2006:64).
Individu, baik dia sebagai pemimpin atau yang dipimpin harus
mampu mengoptimalkan potensi diri yang dimilikinya. Kemampuan untuk
mengoptimalkan diri tersebut hanya dapat dilakukan apabila individu tersebut
telah memiliki tujuan dan arah hidup yang jelas serta target dalam hidupnya.
Urgensi menentukan target individu ini juga dikemukakan oleh Abdul Jawwad
(2004: 9) yang menyatakan bahwa "jika kita tidak tahu mau pergi kemana,
maka jalan apapun yang akan kita tempuh tidak akan mengantarkan kita".
Pengenalan diri sangat diperlukan, karena melalui pengenalan
diri secara intens, seseorang dapat mengenali potensi-potensi yang ada dalam
dirinya, dan juga mengenali kelemahan dirinya. Pengenalan terhadap potensi saja
tidak cukup, karena tanpa mengenali kelemahan dirinya, potensi akan menjadi
ancaman. Keseimbangan dalam mengenali dan memahami diri baik sisi kekuatan dan
kelemahan, kebaikan dan keburukan adalah mutlak diperlukan, karena bila tidak
maka dapat menjebak seseorang tersebut ke sisi yang tidak menguntungkan. “Anda
perlu bertanggung jawab untuk diri anda sendiri dan mengakui diri anda sendiri”
(Balke, 2003: 16). Sebagai seorang muslim misalnya, tentu kita mempunyai tujuan
hidup yang jelas yaitu untuk mencapai keridhaan Allah dan kebahagiaan dunia
serta akhirat. Sehingga apa yang kita lakukan tidak lain hanyalah untuk tujuan
tersebut. Namun demikian, tujuan hidup kita tersebut hanya akan tercapai
manakala kita mampu melakukan Amar ma'ruf nahimungkar, atau melaksanakan
perinyah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Dalam perjalanan hidup dan perputaran waktu yang panjang,
tentu kita akan mengalami dan menghadapi perubahan. Salah satu hakikat
manajemen diri adalah upaya untuk mempersiapkan diri seseorang untuk menghadapi
dan mengendalikan imperative perubahan (Aribowo, 2002:1). Apalagi pada saat
sekarang, dimana berbagai krisis multidimensional harus disikapi sebagai bagian
dari proses perubahan ttu sendiri.
Menurut pandangan manajemen diri, dalam menghadapi setiap
perubahan atau krisis yang terjadi dalam hidup, seseorang harus berusaha untuk
tidak menjadi korban atau bersikap reaktif terhadap perubahan tersebut.
Seseorang harus menjadi subyek dari perubahan karena esensi manajemen diri
adalah bagaimana seseorang mampu mengendalikan dan bahkan menciprakan realiras
kehidupan baru yang diinginkan serta mengendalikan arah kehidupan jika terjadi
krisis /perubahan
-
Fungsi Self
Management
Tidak ada sesuatu yang lebih berat pada diri manusia selain
usaha mengendalikan diri, mengubahnya dari sifat tercela dan menggantikannya
dengan akhlak yang mulia. Saat ini bisa dilihat manusia berlomba-lomba mengejar
materi dan meninggalkan ajaran-ajaran Ilahi. Situasi ini mengakibatkan
munculnya berbagai penyakit mental yang berbahaya, yang dapat merugikan
kehidupan manusia. Diantara penyakit mental itu adalah ketidakmampuan seseorang
dalam mengendalikan diri.
Setiap perilaku atau akhlak seseorang pasti ada
karakteristik khusus yang mengatur dan mendorong dari belakang, sehingga
seseorang dapat memutuskan perilaku apa yang akan dilakukan, mencapai tingkatan
tertentu dengan akhlaknya tersebut dan membatasi diri dalam melakukannya.
Dibalik perilaku jelek ada akhlak yang tercela, dan sebaliknya dibalik perilaku
yang baik, terdapat akhlak mulia yang mendorongnya untuk berperilaku baik.
Pengendalian diri terletak pada keterampilan dalam
mengendalikan suasana hati. Mengendalikan diri dan mengarahkannya agar menjadi
motivator kearah yang lebih baik merupakan sesuatu yang perlu dilatih secara
terus-menerus dengan memohon bimbingan dari Allah.
Secara umum penegndalian diri adalah faktor yang dapat
digunakan untuk mengembangkan diri. Penguasaan diri berarti menyadari akan
kemampuan diri dan berusaha mengaktualisasikan dan mengarahkan kepada kreasi
yang konstruktif. Penguasaan diri berarti kemampuan untu mengendalikan diri
(Slamet:2007).
2.2.Tujuan Dan Perencanaan Diri
Kebanyakan orang merasa bahwa lingkup tindakan mereka
dibatasi oleh tembok-tembok pembatas yang tak terbilang jumlahnya. Namun, kita
kerap hanya menerima bahwa ada pembatasan-pembatasan, tanpa memeriksa apakah
pada kenyataannya pembatasan-pembatasan itu sungguh-sungguh ada. Kita perlu
mengetahui berap besar kebebasan yang kita miliki atau yang dapat kita peroleh
(Stewart, 1998:35), salah satunya adalah dengan melakukan manajemen diri.
Manajemen diri jika dihubungkan dengan perencanaan strategi
adalah berarti apa yang diinginkan seseorang di masa mendatang dan bagaimana
cara mencapainya. Ini berarti seseorang harus mampu mengendalikan dan mengelola
masa depan yang terbaik bagi dirinya melalui proses dan langkah-langkah terbaik
untuk mencapai tujuan tersebut. Proses ini melibatkan berbagai pilihan mendasar
tentang masa depan kehidupan yang akan dilalui, yaitu pilihan yang berkaitan
dengan misi atau tujuan yang ingin dicapai dalam hidup ini, upaya atau tindakan
apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan hidup, bagaimana memanfaatkan
kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri (strengths and weaknesses) maupun
berbagai peluang dan ancaman (opportunities and threats).
Visi yang kita rancang dan kita bangun harus senantiasa
divisualisasikan dengan pikiran. Karena jika gambaran tentang masa depan kita
telah sangat jelas, maka berarti kita ikut mengambil bagian dalam proses
mewujudkan masa depan kita menjadi kenyataan. Sebabpikiran bawah sadar kita
adalah lahan yang subur dan pikiran sadar kita adalah petaninya. Apa yang kita
tanam itulah yang akan kita tuai, sehingga lama-kelamaan gambaran yangjelas
akan tertanam dengan kuat serta tumbuh subur dalam pikiran bawah sadar, yang
pada gilirannya akan mewujud menjadi realitas.
Dalam proses membangun visi, paling tidak ada tiga kekuatan
yang harus diperhatikan yaitu misi hidup, kekuatan dan kelemahan serta berbagai
peluang dan ancaman yang dihadapi. Misi hidup adalah semacam orientasi yang
akan dicapai dan yang dijadikan komitmen. Seseorang yang hidup tanpa tujuan
adalah bagaikan kapal tanpa kemudi. Dia akan terkatung-katung dan tidak menuju
ke suatu tempat, dan akhirnya akan terdampar di pantai keputusasaan, kekalahan
dan kesedihan.
Jadi sesungguhnya manajemen diri strategi adalah upaya
secara terus menerus untuk mewujudkan visi dan misi hidup melalui serangkian
aksi atau tindakan yang sesuai dengan kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan
ancaman yang senantiasa dihadapi. Sementara itu, konsep kepemimpinan dalam
manajemen diri adalah berupa pendekatan baru tentang bagaimana seseorang dapat
mengoptimalkan potensi diri dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain.
Kepemimpinan lebih diartikan sebagai kemampuan untuk memimpin dan mengelola
diri sehingga dapat memberi kontribusi bagi penciptaan sinergi untuk mencapai
tujuan atau sasaran tim. Hal ini mengandung konsep bahwa setiap individu dalam
tim yang memberikan kontribusi terhadap penciptaan sinergi untuk mencapai
tujuan bersama adalah seorang pemimpin.
-
Self Management Dalam
Membangun Potensi Diri
Peran manajemen dalam kehidupan manusia sangat besar, dalam
praktiknya dirasakan bahwa antara manajemen dengan potensi manusia sepertinya
sulit dipisahkan. Hampir seluruh cita-cita; apakah itu cita-cita perorangan
(individu), cita-cita kelompok masyarakat, atau cita-cita suatu bangsa, hanya
mungkin dicapai melalui manajemen yang benar, baik itu organisasi pribadi,
sosial, perusahaan, kenegaraan maupun internasional. Semuanya itu memerlukan
pengelolaan yang handal.
Untuk melakukan pembinaan dasar dari potensi manusia
sebetulnya pertama kali harus dimulai dari dalam lingkungan keluarga, kemudian
ditingkatkan melalui pendidikan formal dan informal (Suit, 2006: 2). Dalam
lingkungan keluarga inilah, manusia menerima didikan sejak masih bayi. Hal ini
sesuai dengan hadits Rasululullah SAW yang menyatakan bahwa "setiap anak
yang dilahirkan itu adalah dalam keadaan fitrah, tergantung kepada kedua orang
tuanya untuk menjadikan dia Yahudi, Majusi atau Nasrani".
Manusia pada usia kanak-kanak sangat mudah menerima (meniru)
berbagai macam perilaku yang dilihatnya dalam lingkungan sehari-hari, Oleh
karena itu orang tua dan lingkungan harus memberikan contoh-contoh perilaku
yang baik agar pembiasaan berperilaku yang baik dapat tertanam sejak dini
sebagai modal dalam menjalani kehidupan, seperti terbiasa menghargai waktu,
disiplin, berpikir, bekerja dengan sungguh-sungguh serta memiliki rasa percaya
diri, dan kebiasan positif lainnya. Karena manusia adalah makhluk yang dibentuk
oleh kebiasaannya (Leavitt, 2002: 7), maka pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan
oleh orang tua dan lingkungan kepada anak tersebut adalah merupakan dasar
pijakan terbentuknya manajemen diri (self management) dalam pribadi
seseorang.
Kalau dalam tubuh organisasi dibutuhkan manajemen, maka
demikian pula halnya dengan individu. Dalam kehidupan individu diperlukan
manajemen untuk menata perilaku diri agar menjadi manusia seutuhnya-insan
rabbani, yang mampu memimpin dan memenej diri serta menyelesaikan berbagai
permasalahan menyangkut perilaku kehidupan pribadi dan umatnya.
Manajemen diri ini diperlukan karena tidak sedikit perbuatan
atau perilaku diri manusia yang menyimpang dari apa yang diinginkan hati
nuraninya, dengan alasan yang tidak jelas. Misalnya, seseorang mengetahui bahwa
perbuatan itu dilarang karena dapat merusak, baik terhadap dirinya maupun
terhadap orang lain, namun tetap dia kerjakan, sebaliknya dia mengetahui bahwa
perbuatan itu perlu dikerjakan karena bermanfaat bagi dirinya maupun bagi
kehidupan orang lain, tetapi tidak dikerjakannya.
Bentuk manajemen yang ada pada individu adalah pengendalian
diri dalam memenuhi keinginan hati nurani, sesuai dengan pengetahuan yang
dimiliki. Pengendalian diri tersebut akan dipengaruhi oleh kebiasaan hidup,
karena lebih dari 95 % keberhasilan seseorang dalam kehidupan dan pekerjaan
ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang diIakukan sepanjang waktu (Aribowo,
2002:8). Suatu pembiasaan akan dapat menjadi kebiasaan jika dan hanya jika
melalui latihan dan pengulangan terus menerus. Disinilah terlihat bahwa latihan
dan pengulangan adalah kunci untuk menguasai keterampilan apapun termasuk yang
berhubungan dengan manajemen diri.
Kebiasaan membuat prioritas, mengatasi penundaan, dan
menyeIesaikan terlebih dahulu tugas kita yang sangat penting merupakan sebuah
keterampilan mental tersendiri. Kebiasaan-kebiasaan ini dapat dipelajari
melalui praktik dan pengulangan terus-menerus sampai tertanam dalam pikiran
bawah sadar dan menjadi bagian permanen dari perilaku. Sekali hal tersebut
menjadi kebiasaan, maka untuk melakukan hal selanjutnya akan menjadi otomatis
dan mudah.
Pikiran kita itu seperti halnya otot tubuh kita, yang akan
menjadi semakin kuat dan mampu malakukan apapun jika sering digunakan. Dengan
berlatih kita dapat belajar untuk membentuk kebiasaan apapun atau mengubah
perilaku apapun yang kita pandang perlu untuk mencapai sasaran dalam hidup.
Dalam hal ini maka paling tidak ada tiga hal yang perIu kita perhatikan dalam
mengembangkan kebiasaan, yaitu keputusan (decision), kedisiplinan (discipline)
dan tekad serta kegigihan (determination).
Dalam menggali dan mendayagunakan potensi secara terarah dan
produktif diperlukan pengelolaan, pengurusan dan pengaturanserta pemanfaatan
potensi diri. Pekerjaan penggalian dan pendayagunaanpotensi tersebut harus
dilakukan oleh individu itu sendiri lewatmanajemen diri yaitu dengan cara
mengetahui kekuatan dan kelemahanyang ada pada diri (strengths and
weaknesses) maupun berbagai peluangdan ancaman (opportunities and
threats) serta pembiasaan, sebab denganmengetahui potensi diri, seseorang
akan mudah untuk mengambillangkah selanjutnya, misalnya mengetahui kalau
dirinya lemah dalamhal bahasa, maka dengan mudah seseorang tersebut mengambil
berbagaialternatif atau cara dalam menguasai bahasa yang belum dikuasaidengan
belajar dan latihan, yang pada akhirnya kelemahan yang adapada dirinya dapat
diperkecil dan akan membawa seseorang tersebut kedalam kesuksesan.
Hal tersebut di atas dapat pula diterapkan dalam
pengembangan diri seorang individu, Dalam melakukan pengembangan diri,
seseorang hendaknya terlebih dahulu mengetahui konsep diri dan analisis potensi
diri, karena dengan konsep diri yang jelas, akan dapat diketahui secara
terfokus apa yang dapat dikontribusikan, sebab seorang pribadi akan dapat
berperan secara efektif bila mampu menampilkan dengan baik dan benar siapa
sesungguhnya dirinya (who he is) dan apa yang dapat ia lakukan (what
he can).
Visi dan misi seseorang adalah merupakan konsep diri atau
pribadi. Potensi yang melekat pada diri seseorang selanjutnya dapat dianalisis
lebih dalam untuk mengetahui SWOT diri dengan baik. SWOT bukan hanya berlaku
dalam manajemen, tetapi juga bagi individu. Dalam menyusun SWOT diri haruslah
benar-benar objektif. Terkadang ada satu kelebihan yang dimiliki yang sekaligus
sebagai kelemahan. Ada juga ancaman yang dapat berubah menjadi peluang.
Potensi seseorang dapat dikembangkan dengan baik manakala
individu tersebut telah mengetahui kelebihan, kelemahan, maupun peluang dan
ancaman yang ada pada dirinya. Kemudian dengan kesungguhan dan latihan mulailah
rnengambil langkah-langkah yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Seseorang harus mampu mengendalikan dan mengelola masa depan yang terbaik bagi
dirinya melalui proses dan langkah-langkah terbaik untuk mencapai tujuan
tertentu. Proses ini melibatkan berbagai pilihan mendasar tentang masa depan
kehidupan yang akan dilalui, yaitu pilihan yang berkaitan dengan misi atau
tujuan yang ingin dicapai dalam hidup ini, upaya atau tindakan apa yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan hidup, bagaimana memanfaatkan kekuatan dan
kelemahan yang ada pada diri ($trength$ and weaknesses) maupun berbagai
peluang dan ancaman (opportunities and threats) yang akhirnya akan
menuai kesuksesan.
Aribowo (2002:3) mengemukakan, dalam mengembangkan reinventing
hidup kita, ada tujuh pokok yang perlu diperhatikan, yaitu:
- Menetapkan secara jelas misi hidup kita
- Mengenali kekuatan dan kelemahan kita, maupun berbagai peluang dan ancaman yang kita hadapi
- Menetapkan perencanaan strategi tentang apa yang diinginkan dan bagaimana mencapainya
- Menetapkan tujuan atau sasaran berdasarkan jangka waktu tertentu
- Membangun kerjasama tim dalam jaringan kehidupan (keluarga, teman, rekan kerja, dll) untuk membantu pencapaian misi dan tujuan hidup kita.
- Senantiasa fokus terhadap arah dan sasaran kita
- Senantiasa bekerja dengan cerdas (work smart) dalam upaya pencapaian tujuan hidup kita.
Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa dengan manajemen
diri yang baik, maka seseorang akan dapat menggali dan mengembangkan sumber
daya yang ada pada dirinya. Perlunya manajemen diri ini juga dapat dilihat
implikasinya pada organisasi atau kelompok, karena setiap manusia pada dasarnya
adalah pemimpin, memimpin dirinya sendiri dan orang lain yang ada di sekitarnya
untuk mencapai tujuan bersama. Memimpin berarti membangun sebuah tim yang dapat
secara efektif dan efisien meraih sasaran yang tepat. Fungsi seorang pemimpin
adalah membangun tim yang dapat menghasilkan sinergi, yaitu suatu momen dimana
ketika seluruh tim bergerak sebagai satu kesatuan, semua energi tim berdenyut
dalam kesatuan, kesearahan dan harmonis mengalir tak terbendung kearah sasaran
atau tujuan bersama.
Pengelolaan diri sangat urgen bagi setiap individu dan
merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki bagi seorang pemimpin
sebagaimana yang dikemukakan oleh Goleman bahwa salah satu kompetensi yang
harus dimiliki oleh pemimpin adalah pengelolaan diri, yang didalamnya mencakup
pengendalian diri, transparansi, kemampuan menyesuaikan diri, memiliki standar
prestasi yang tinggi (prestasi), penuh inisiatif dan selalu optimis (Goleman et
al, 2004: 304).
-
Manfaat Manajemen Diri Dalam Kehidupan
Beberapa manfaat dari perencanaan adalah:
- Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan.
- Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami.
- Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti.
- Manajer dapat memahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas
- Standar pelaksanaan dan pengawasan
- Pemilihan berbagai alternative terbaik
- Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan
- Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi
- Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan
- Memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait
Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
Banyak orang yang mengalami kegagalan dalam beberapa fase
hidup ini, maupun dalam merealisasikan keinginan dan rencana-rencana yang
mereka buat. Kita mengetahui bahwa kegagalan itu hanyalah hal biasa, yang pasti
dialami oleh setiap orang untuk menguji konsistensi diri kita dan kesabaran
kita. Namun, tentu harus ada usaha untuk meminimalisir ataupun meniadakan
kegagalan tersebut.
Setiap pribadi yang sukses adalah orang-orang yang memiliki
kemampuan untuk memanajemen dirinya dengan baik. Karena kesuksesan akan sulit
dicapai jika seseorang tidak memiliki tujuan hidup yang jelas dan konsep diri
yang jelas. Banyak orang yang salah persepsi tentang arti kesuksesan.
Kesuksesan menurut mereka hanya kesuksesan di dunia saja, dimana mereka
mendapatkan segala apa yang diinginkan dari harta, jabatan, ketenaran, dan pria
atau wanita yang mereka inginkan. Namun disisi lain mereka kadangkala melupakan
bahwa kesuksesan mereka berdiri di atas kesengsaraan orang lain. Oleh karena
itu perlu didefinisikan apa sebenarnya arti sebuah kesuksesan. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia sukses berarti berhasil atau beruntung. Kesuksesan
berarti keberhasilan atau keberuntungan.
Menurut John C.Maxwell sukses adalah mengetahui apa tujuan
hidup anda; bertumbuh untuk mencapai kemampuan maksimal anda; dan menabur benih
untuk memberikan manfaat kepada lainnya. Hendry Wadsorth menyebutkan sukses
sebagai melakukan apa yang dapat anda kerjakan dengan baik dan melakukan
sebaik-baiknya apa yang anda kerjakan.
2.3.Manajemen Diri Dalam Perspektif Islam
Konsep manajemen diri dalam islam adalah bagaimana seseorang
mampu mengelola diri dalam berbagai hal. Kaitannya dengan manajemen diri
seseorang hendaknya merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan
mengadakan evaluasi terhadap dirinya sesuai petunjuk Allah SWT. Perencanaan
berkaitan dengan apa yang akan dilakukan, baik berhubungan dengan pekerjaannya,
pergaulannya, serta berhubungan dengan penghambaan kepada Allah.
Pengorganisasian diri berkaitan dengan bagaimana cara seseorang dalam mengatur
pelaksanaan dari perencanaan yang telah dibuat. Pelaksanaan merupakan proses
dalam melaksanakan rencana yang sudah terorganisir. Sedangkan evaluasi yaitu
proses untuk menghindari kesalahan dan kegagalan pelaksanaan dari
perencanaan.Seperti telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Hasr yang
berbunyi:
$pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# öÝàZtFø9ur Ó§øÿtR $¨B ôMtB£s% 7tóÏ9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# 7Î7yz $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ÇÊÑÈ
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan” (QS. Al-Hasyr: 18).
Ayat diatas menjelaskan bahwa manajemen diri dalam islam
sebenarnya sangat signifikan dalam membentuk manusia berakhlakul karimah,
dengan membantu seseorang menjaga atau mencegah timbulnnya berbagai masalah
bagi dirinya sendiri, membantu individu memecahkan berbagai persoalan, membantu
individu untuk menjaga agar situasi dan kondisi menjadi lebih baik, sehingga
tercapai kebahagiaan di dunia maupun akhiratnya.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah mencintai
orang yang apabila melakukan sesuatu, dia melakukan dengan sebaik-baiknnya”
(HR. Al-Baihaqi).
Hadits diatas menerangkan bahwa orang yang paling dicintai
Allah adalah orang yang di setiap melakukan sesuatu, dia lakukan dengan
sebaik-baiknya. Dalam hal ini perlunya pengelolaan (manajemen) dalam membentuk
kepribadian individu. Keterampilan perencanaan membuat anda mampu mengatasi
tantangan berat yang anda hadapi. Dengan belajar, melakukan lebih banyak dengan
sumber yang lebih sedikit, anda dapat mengatasi perubahan-perubahan yang
mungkin terjadi (Capezio, 2004:5). Seseoranng dengan perencanaan yang matang,
pengorganisasian yang terstruktur, hingga pelaksanaan yang baik, akan
menghasilkan sesuatu yang lebih maksimal dibandingkan dengan sesuatu yang
diperoleh tanpa adanya persiapan terlebih dahulu.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Manajemen diri adalah adalah suatu pengelolaan individu
terhadap dirinya sendiri. Pengelolaan individu ini tentu saja diawali dari
pengenalan terhadap kadar kemampuan atau potensi yang dimiliki seseorang,
selanjutnya dianalisis dan dilakukan pengembangan diri. Pengenalan terhadap
kadar kemampuan atau potensi diri sangat membantu dalam menentukan atau
memposisikan diri secara tepat dalam berbagai situasi kehidupan.
Manajemen diri strategi adalah upaya secara terus menerus
untuk mewujudkan visi dan misi hidup melalui serangkian aksi atau tindakan yang
sesuai dengan kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan ancaman yang senantiasa
dihadapi. Sementara itu, konsep kepemimpinan dalam manajemen diri adalah berupa
pendekatan baru tentang bagaimana seseorang dapat mengoptimalkan potensi diri
dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain.
Konsep manajemen diri dalam islam adalah bagaimana seseorang
mampu mengelola diri dalam berbagai hal. Kaitannya dengan manajemen diri
seseorang hendaknya merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan
mengadakan evaluasi terhadap dirinya sesuai petunjuk Allah SWT. Perencanaan
berkaitan dengan apa yang akan dilakukan, baik berhubungan dengan pekerjaannya,
pergaulannya, serta berhubungan dengan penghambaan kepada Allah.
Pengorganisasian diri berkaitan dengan bagaimana cara seseorang dalam mengatur
pelaksanaan dari perencanaan yang telah dibuat. Pelaksanaan merupakan proses
dalam melaksanakan rencana yang sudah terorganisir. Sedangkan evaluasi yaitu
proses untuk menghindari kesalahan dan kegagalan pelaksanaan dari perencanaan.
Daftar Pustaka
Muhyidin,
Muhammad. 2003. Cara Islami Melejitkan Citra Diri. Jakarta. Lentera.
Ridha,
Akram. 2006. Menjadi Pribadi Sukses.Bandung: PT Syaamil Cipta Media.
Aribowo.
2002. Self Management.Makalah Pasca Sarjana UNY. tidak dipublikasikan. Yogyakarta
Goleman, Daniel
et.al. 2004. Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Leavitt,
Harold J. 2002. Psikologi Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Suit, Jusuf
& Almasdi. 2006. Aspek Sikap Mental dalam Manajemen Sumber Daya Manusia.Bogor:
Ghalia Indonesia.
Jawwad, M.
A. Abdul. 2004. Kiat Sukses Menyusun Target. Bandung: PT Syaamil
Cipta Media.
Suisyanto.
2006. Pengantar Filsafat Dakwah. Yogyakarta: Teras.
Balke,
Ellen. 2003. Know Your Self. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.
Slamet,
Tego. 2007. Manajemen Diri dalam Islam. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Stewart,
Aileen Mitchell. 1998. Empowering People: Pemberdayaan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Kanisius.
Capezio,
Peter. 2004. Powerful Planning Skills: Membayangkan Masa Depan dan
Mewujudkannya. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar