BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Going
International
merupakan sebuah strategi dimana perusahaan akan mengekspansi bisnis ke rancah
luar negeri, yang mana berarti akan banyak hal yang harus diupayakan. Misalnya,
perusahaan harus berupaya mamahami sitem politik, sistem ekonomi, sistem
moneter, sistem administrasi negara, sistem hukum dan perundang undangan,
sistem pendidikan, tata krama sosial, budaya nasional, dan bahkan topografi
setempat karena kesemuanya itu pasti berdampak pada pengelolaan bisnis.
Globalisasi suatu perusahaan telah mengubah secara mendasar praktik-praktik
manajemen sumber daya manusia.
Situasi perusahaan yang
beroperasi secara global, misalnya disamping memepersiapkan situasi dan kondisi
lain dari yang biasa dihadapi dinegara asalnya, perusahaan tersebut juga harus
memperhitungkan situasi ketenagakerjaan di negara tempat perusahaan akan
beroperasi. Seluruh proses manajemen sumber daya manusia harus memperhitungkan kedua sisi
tersebut. Bahkan sesungguhnya, bukan hanya dalam manajemen sumber daya manusia
yang menjadi kepentingan induk perusahaan dan berbagai unsur-unsur lokal yang
harus diperhitungkan melainkan semua segi dan fungsi perusahaan. Dengan kata
lain, manajemen internasional dihadapkan kepada banyak bentuk, jenis, dan
intensitas tantangan, dan peluang dalam menjalankan roda perusahaan.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa saja Peluang (Opportunities) Bagi Aktivitas
Internasional?
2.
Apa saja Tantangan
(Threats) Bagi Aktivitas
Internasional?
3.
Mengapa Alasan Perusahaan Beroperasi secara Internasional?
4.
Bagaimana Proses Perumusan Strategi Perusahaan?
5.
Bagaimana Langkah-langkah
Strategi Internasional?
1.3 Tujuan
Penulisan
Untuk
Mengetahui:
1.
Peluang (Opportunities) Bagi Aktivitas
Internasional
2.
Tantangan (Threats) Bagi Aktivitas Internasional
3.
Alasan
perusahaan beroperasi secara internasional
4.
Proses Perumusan
Strategi Perusahaan
5.
Langkah-langkah
Strategi Internasional
BAB
III
PEMBAHASAN
2.1
Peluang (Opportunities) Bagi Aktivitas
Internasional
Pertama, kita harus mengaku bahwa
dunia ekonomi tidak hanya berciri dari yang mampu atau tidak mampu. Ada
negara-negara yang kaya-sumber
seperti dalam blok OPEC dan banyak bagian Afrika. Ada beberapa negara yang kaya-tenaga kerja yang berkembang dengan
cepat, seperti Hong Kong, Singapura, Korea, Meksiko, Brazil, dan Taiwan. Ini
adalah negara-negara yang berprestasi lebih baik daripada negara lainnya yang
memiliki banyak tenaga kerja tetapi kurang berkembang. Ada pula negara kaya pasar, seperti Eropa, Brasil,Meksioko,
Philipina, dan banyak negara Amerika Latin.
Peluang lain dapat melibatkan
pertimbangan ekonomi seperti keringanan pajak yang lebih mneguntungkan apabila
beroperasi pada daerah “bebas bea”. Sumber peluang lain meliputi kesempatan
mengamankan dana dari investor internasional yang berkeyakinan bahwa kondisinya
baik untuk menginvestasikan dana di negara tersebut.
Perusahaan menjadi multinasional
apabila tampak bahwa mereka dapat mencapai tujuan dalam penjualan tingkat
tinggi, laba yang lebih tinggi, biaya yang lebih rendah, dan kepuasan karyawan.
Akan tetapi, menjadi multinasional merupakan keputusan yang rumit. Strategi
multinasional dapat menyulitkan struktur perusahaan dan hubungan
antar-eksekutif puncak, dimana pertimbangan-pertimbangan mengenai hal itu akan
membawa kita pada pembahasan mengenai ancaman dari lingkungan internasional
(jauch dan William, 1988: 134).
2.2
Tantangan (Threats) Bagi Aktivitas Internasional
Ancaman utama bagi
perusahaan-perusahaan di dunia tampaknya datang dari pesaing internasional.
Mereka yang memiliki keunggulan sumber daya alam dan tenaga kerja sudah mulai
menggunakannya (Jauch & William, 1988:137). Para manajer internasional
dituntut untuk meningkatkan kemampuannya menggunakan pendekatan contingency dalam mengemudikan roda
organisasi yang dipimpinnya. Pendekatan demikian mutlak perlu karena mereka
dihadapkan kepada tiga jenis lingkungan yang tidak dihadapi oleh para manajer
yang hanya bergerak secara lokal. Ketiga jenis lingkungan tersebut adalah:
1. Lingkungan
Global
Dalam
berbagai segi kehidupan, manusia dihadapkan pada globalisme. Disenangi atau
tidak, siap atau tidak, globalisme sudah merupakan kenyataan hidup. Bagi
kalangan bisnis, aspek-aspek globalisme yang harus dikenali dan diperhitungkan
itu menyangkut tiga aspek, yaitu kecenderungan-kecenderungan dan kekuatan
global, persaingan global, dan interdependensi antara perusahaan multinasional
dengan tuan rumah.
Terlepas
dari besaran organisasi bisnis dan sifat kegiatannya, tidak dapat disangkal
bahwa di masa depan para manajer akan makin banyak berhubungan secara
internasional, baik dalam rangka penugasannya di luar negeri maupun di dalam
negeri dengan interaksi yang makin sering dengan organisasi niaga di negara
lain.
Keberhasilan
seorang manajer internasional ditentukan oleh pemahamannya tentang sumber daya
manusia, tugas pekerjaan yang harus dilaksanakan, dan lingkungan yang dihadapinya.
Kecenderungan-kecenderungan global dan keukuatan yang mempengaruhinya bersifat
multifaset dan multidimensional, seperti dimensi politik, ekonomi, dan
teknologi yang saling mempengaruhi satu sama lain.
2. Lingkungan
Tuan Rumah
Para
manajer internasional juga menghadapi berbagai tantangan dalam interaksinya
dengan lingkungan tuan rumah dimana mereka bergerak, berusaha, dan beroperasi.
Berbagai tantangan tersebut diantaranya:
a. Faktor
Politik sebagai Tantangan
Faktor politik
ini yakni apabila seorang manajer internasional ditempatkan di negara yang
kondisi stabilitas politik sedang labil (diguncang oleh pergolakan politik).
Sedangkan pada umumnya, seorang manajer internasional mungkin sudah terbiasa
dengan good governance dan orientasi pelayanan aparatur pemerintahan di
negara asalnya, tetapi kesulitan menghadapi poor governance dengan
orientasi kekuasaan birokrasi pemerintahan di negara mereka ditempatkan.
Seandainya
para manajer internasional tersebut ditempatkan di negara yang menikmati
stabilitas politik dengan pemerintahan yang demokratis sekalipun, mereka tetap
menghadapi tantangan karena situasi yang dihadapinya pasti berbeda dibandingkan
dengan negara asal mereka.
b. Faktor
Ekonomi sebagai Tantangan
Mungkin dapat dikatakan bahwa tantangan
yang cukup berat untuk dihadapi oleh para manajer internasional terletak di
bidang ekonomi. Dikatakan demikian karena menjadi manajer dalam dunia bisnis
yang bentuk konkretnya adalah menghasilkan dan memasarkan barang dan jasa
berarti bergerak di bidang ekonomi. Aspek-aspek ekonomi yang perlu dicermati
antara lain adalah:
1) Iklim
yang tidak selalu kondusif bagi pengembangan usaha di negara dimana mereka mau
bergerak;
2) Kebijakan
ekonomi naasional yang sering restriktif;
3) Banyaknya
jumlah penduduk yang masih hidup di bawah garis kemiskinan absolut;
4) Luasnya
daerah pemukiman yang kumuh;
5) Kondisi
kesehatan dan mutu gizi yang rendah;
6) Daya
beli masyarakat rendah;
7) Tingginya
tingkat pengangguran, baik yang terbuka maupun yang terselubung;
8) Tingkat
keterampilan rendah akibatnya produktivitas juga rendah;
9) Tingkat
inflasi yang tinggi;
10) Tingkat
suku bunga tinggi;
11) Penguasaan
yang sangat besar oleh pemerintah atas kehidupan perekonomian negara
12) Utang
negara- pemerintah dan swasta yang sangat besar
c. Tantangan
di Bidang Teknologi
Para manajer internasional sudah
terbiasa menerapkan teknologi terkini di negara asal perusahaan yang mereka
pimpin. Kenyataan demikian bermula dari strategi manajemen bisnis yang bersifat
padat modal (capital intensive).padahal
di negara-negara yang sedang berkembang, penggunaan teknologi canggih sangat
mungkin merupakan hal baru. Tenaga kerja lokal belum tentu memiliki
keterampilan untuk menggunakan teknologi canggih itu. Disamping itu, karena
berbagai masalah ekonomi yang dihadapinya, strategi manajemen bisnis sering
harus didasarkan pada pendekatan padat karya (labor intensive).
Penerapan teknologi canggih dapat
meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas organisasi. Akan tetapi
di sisi lain, penerapan yang dimaksud akan berakibat pada pengurangan jumlah
tenaga kerja yang diperlukan karena banyak kegiatan yang tadinya
diselenggarakan secara manual dan oleh karenanya memerlukan banyak pekerja
cukup ditangani oleh jumlah pekerja yang sedikit.
d. Pemahaman
Budaya Nasional sebagai Tantangan
Dapat dinyatakan secara aksiomatis bahwa
setiap masyarakat bangsa mempunyai budaya nasional sendiri yang bersifat khas
dan budaya nasional itulah yang menjadi salah satu sumber penciptaan dan
pemeliharaan budaya organisasi.
Pemahaman budaya nasional oleh para
manajer internasional mutlak perlu karena:
a) Implikasi
yang sangat luas dalam menciptakan, menumbuhkan dan memelihara budaya
organisasi.
b) Para
manajer internasional harus terhindar dari kebiasaan menjatuhkan vonis yang
mengatakan bahwa suatu budaya nasional tertentu baik atau tidak baik dengan
menggunakan takaran yang berlaku di negara asalnya sebab baik buruknya suatu
budaya dimaksud oleh masyarakat yang menganutnya.
c) Pemahaman demikian akan membantu para manajer
tersebut untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian yang dituntut oleh lingkungan
tempat mereka bergerak. Dengan demikian interaksinya dengan masyarakat sekitar
akan berjalan dengan mulus.
e. Persaingan
Lokal sebagai Tantangan
Perusahaan yang dipimpin oleh para
manajer internasional memang memiliki berbagai bentuk keunggulan dibanding
dengan pengusaha lokal terutama pengusaha kecil dan menengah. Misalnya,
keunggulan kompetitif, dalam arti produk dihasilkan secara efisien atau mutu
produk yang mungkin sudah terkenal di seluruh dunia, kemahiran di bidang
manajemen, proses produksi dengan menggunakan teknologi canggih dan keunggula
global. Akan tetapi, mereka menghadapi persaingan dengan para pengusaha lokal
yang memiliki modal bersaing, seperti:
a) Pengenalan
pasar lokal
b) Memahami
kebiasaan dan preferensi konsumen
c) Kemampuan
menekan harga karena proses produksi yang lebih sederhana
d) Upah
karyawan yang lebih rendah
e) Mutu
produk yang meskipun tidak terlalu tinggi tetapi masih dalam batas-batas yang
akseptabel bagi para konsumen
f) Solidaritas
sisoal para konsumen dengan para pengusaha lokal tersebut yang mungkin sudah
dikenal lama, mungkin bertetangga di daerah pemukiman, atau mungkin ada
pertalian darah
g) Perolehan
bahan mentah atau bahan baku yang lebih murah
h) Menghadapi
persaingan berdasarkan pendekatan zero
sum game, yang meskipun menurut prinsip-prinsip etika bisnis tidak
seharusnya terjadi tetapi tidak jarang diterapkan oleh para pengusaha lokal.
f. Interdependensi
antara Cabang Perusahaan dengan Kantor Pusat
Sangat penting bagi para manajer
internasional yang ditugaskan memimpin cabang perusahaan untuk menyadari bahwa
ssaling ketergantungan antara cabang perusahaan dengan organisasi induknya
perlu diciptakan, dikembangkan, dan dipertahankan. Dikatakan demikian karena
pada akhirnya keberhasilan cabang-cabang perusahaan akan merupakan tolok ukur
keberhasilan perusahaan sebagai keseluruhan. Kriteria interdependensi dimaksud
antara lain adalah:
1. Dukungan
kantor pusat seperti penyediaan tenaga manajerial yang handal
2. Dukungan
finansial untuk kepentingan investasi dan penelitian
3. Dukungan
teknologi untuk kepentingan peningkatan produktivitas organisasi
4. Dukungan
tenaga ahli untuk membantu tenaga kerja lokal
5. Kemampuan
cabang perusahaan untuk bersaing di pasar lokal
6. Keberhasilan
meraih sesuai target perusahaan
7. Pemeliharaan
citra positif perusahaan secara global
8. Pemanfaatan
para manajer yang berhasil untuk dipercayai menduduki jabatan manajerial yang
lebih tinggi.
3. Lingkungan
Operasional
a. Fungsi-fungsi
Manajerial dan Perlakuan Bawahan sebagai Tantangan
Fungsi-fungsi manajerial yang dimaksud
diantaranya perencanaan, pengorganisasian, penggerakan sumber daya manusia, dan
pengendalian atau pengawasan. Yang menjadi tantangan bagi para manajer
internasional antara lain dapat berupa pengaruh kebiasaan, lingkungan dan
persepsi para bawahan mereka.
b. Ketentuan-ketentuan
Normatif
Sebagai “warga negara korporasi” yang
baik, suatu organisasi bisnis mutlak perlu menaati berbagai ketentuan-ketentuan
normatif yang berlaku di lingkungan lokal dalam berbagai bentuk seperti
peraturan perundang-undangan yang diterbitkan oleh pemerintah pusat yang
berarti berlaku secara nasional maupun yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah
setempat. Termasuk juga ketentuan-ketentuan yang berlaku di masyarakat seperti
adat istiadat, ketentuan agama dan lain-lain.
c. Budaya
Organisasi
Budaya organisasi bersumber dari budaya
nasional. Meskipun demikian, organisasi mempunyai budaya sendiri karena setiap
organisasi memiliki kepribadian sendiri yang membedakannya dengan organisasi
yang lain. Itu sebabnya setiap organisasi perlu memiliki apa yang disebut
sebagai budaya inti (core culture)
yang berfungsi sebagai:
1. Penentu
batas-batas berperilaku dalam organisasi
2. Alat
menumbuhkan sense of belonging yang
tinggi
3. Dasar
membuat komitmen demi keberhasilan organisasi
4. Instrumen
memelihara stabilitas organisasional
5. Pengganti
mekanisme pengendalian yang koersif.
Dalam
kaitan ini terdapat dua tantangan yang dihadapi oleh para manajer
internasional. Pertama, semacam
dilema bahwa budaya organisasi harus cukup kuat sehingga kelima fungsi diatas
terselenggara dengan baik. Kedua,
unsur-unsur budaya organisasi mana yang menonjol, apakah budaya organisasi
induk perusahaan atau budaya yang sudah disesuaikan dengan tuntutan budaya
nasional. Kuncinya terletak pada kemampuan para manajer internasional untuk
menjalankan roda organisasi dengan gaya manajemen yang situasional,
kondisional, temporal, dan spasial.
d. Keterampilan
Tenaga Kerja Lokal
Bukan rahasia lagi bahwa secara umum
tingkat pendidikan tenaga kerja di negara-negara yang sedang berkembang masih
relatif rendah dan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan pun tidak
tersedia banyak. Situasi demikianlah yang mereka bawa ke tempat kerja
masing-masing. Pada gilirannya situasi demikian mengakibatkan tingkat
produktivitas mereka tidak setinggi yang diharapkan oleh para manajer
internasional. Dalam kaitan ini memang harus ditekankan pentingnya peningkatan
mutu pendidikan secara nasional di negara yang bersangkutan.
e. Tanggung
Jawab Sosial (corporate social
responsibility)
Jika berbicara tentang tanggung jawab
sosial suatu perusahaan multinasional yang dimotori oleh para manajernya, ide
pokok yang menonjol adalah kepedulian perusahaan tentang apa yang terjadi di
sekitarnya. Kepedulian tersebut bisa tampak dalam berbagai bentuk berikut.
1. Menghindari
sikap eksklusivisme
2. Kesediaan
menyediakan fasillitas umum dan fasilitas sosial
3. Pemberian
bantuan kepada warga yang ditimpa musibah
4. Mempekerjakan
tenaga kerja yang tersedia di sekitar perusahaan
5. Membeli
bahan mentah dan bahan baku dari pemasok setempat
6. Memberikan
beasiswa kepada anak-anak karyawan yang berprestasi
7. Tidak
mencemari lingkungan sekitar
8. Daur
ulang bahan-bahan yang akan dibuang oleh perusahaan.
Dari
contoh-contoh diatas, kiranya terlihat dengan jelas bahwa hubungan perusahaan
dengan lingkungan sekitarnya akan harmonis apabila perusahaan ikhlas dan
bersedia menunaikan berbagai kewajiban sosialnya.
f. Masalah
Etika sebagai Tantangan
Masalah etika merupakan suatu hal yang tidak terlalu
sulit untuk membahasnya. Kesulitan baru timbul dalam implementasinya. Hal ini
karena ada kalanya timbul pandangan di masyarakat bahwa suatu tindakan tidak
terpuji namun dilakukan oleh banyak orang, seolah-olah menjadi suatu tindakan
yang dibenarkan. Yang jelas adalah bahwa pelanggaran terhadap norma-norma moral
dan etika harus dihindari terlepas dari merajalelanya tindakan itu di
lingkungan tempat perusahaan beroperasi (Siagian, 2006. 16-28)
2.3 Alasan Perusahaan Beroperasi secara Internasional
Agar mampu menyelenggarakan fungsi dan memainkan peranannya
dengan berhasil, para manajer internasional mutlak untuk memahami tentang
berbagai alasan mengapa perusahaan tempatnya berkarya mengambil keputusan untuk
beroperasi pada skala global. Pemahaman ini penting karena alasan yang
digunakan mungkin berbeda dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Meskipun
demikian, berbagai alasan tersebut dapat dikategorikan menjadi dua kelompok,
yaitu tanggapan yang bersifat reaktif dan tanggapan yang bersifat proaktif.
(Siagian, 2006. 145-149)
1.
Tanggapan yang bersifat reaktif
·
Mengenai Persaingan Internasional
Persaingan
merupakan alasan yang paling sering digunakan untuk beroperasi pada skala
hlobal. Dalam bidang apa pun perusahaan bergerak, pasti terdapat keinginan
untuk unggul secara kompetitif terhdap perusahaan-perusahaan lain yang
menghasilkan dan memasarkan produk sejenis, baik berupa barang maupun jasa.
Apabila ada perusahaan yang telah lebih dahulu memasuki pasaran internasional
tertentu, biasanya perusahaan lain tidak akan membiarkan dominasinya sedemikian
kuat, sehingga sulit memasukinya dikemudian hari. Keunggulan kompetitif dari
perusahaan yang lebih dahulu memasuki pasar tertentu, karena konsekuensi
perubahan politik, ekonomi, pendidikan, dan sosial yang lebih rendah dengan
tetap mempertahankan mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan standar
perusahaan. Perusahaan-perusahaan baru yang memasuki pasar dimaksud menjadikan
perusahaan yang terlebih dahulu masuk pasar tersebut kehilangan dominasinya.
·
Peraturan Perundang-undangan dan Berbagai
Pembatasan
Tidak mustahil
bagi perusahaan menghadapi peraturan perundang-undangan yang bersifat msmbatasi
oleh pemerintah negara asal perusahaan. Pembatasan yang legalitis itu dapat
berakibat terlalu mahalnya biaya yang harus dipikul oleh perusahaan. Alasan
itulah yang mendorong mereka untuk mencari lingkungan yang tidak terlalu
restriktif (membatasi) secara operasional. Salah satu cara untuk menghindar
dari situasi restriktif ialah dengan bergabung dengan perusahaan sejenis di
negala lain.
·
Tuntutan Konsumen
Tidak jarang terjadi
bahwa suatu perusahaan memuruskan untuk beroperasi di luar negeri karena
tuntutan para konsumen di samping untuk mengatasi permasalahan logistik. Yang
dimaksud ialah tuntutan para konsumen lokal agar perusahaan menggunakan pemasok
setempat Para konsumen biasanya sudah mengenal pemasok lokal termasuk yang
menyangkut mutu bahan pasokannya. Tuntutan konsumen tersebut timbul karena
adanya keinginan meningkatnya partisipasi perusahaan lokal dalam kegiatan
bisnis perusahaan asing tersebut di samping kebiasaan mereka untuk menggunakan
produk lokal.
2.
Tanggapan yang bersifat Proaktif
- Menghasilkan peluang baru yang potensial
- Mengekspansi pasar baru , meluaskan kelangsungan hidup produk
- Sumber daya yang dibutuhkan dapat diberdayakan
- Potensi permintaan produk yang lebih besar
2.4 Proses Perumusan Strategi Perusahaan
- Langkah-langkah dalam Perumusan Strategi Internasional
Apabila manajemen puncak suatu perusahaan
telah mengambil keputusan untuk beroperasi secara internasional,
langkah-langkah yang pada umumnya diambil sebagai bagian dari proses perumusan
strategi perusahaan terdiri dari:
a. Perumusan misi
yang hendak diemban dan sasaran yang ingin dicapai
b. Penilaian kondisi
lingkungan
c. Identifikasi
sumber-sumber informasi lingkungan
d. Analisis Internal
e. Analisis kondisi
persaingan
f. Penentuan berbagai
alternatif strategi yang mungkin ditemuh
g. Pemahaman
pendekatan untuk mengenali pasar dunia
h. Strategi global
yang bersifat integratif
i.
Identifikasi faktor-faktor yang
berpengaruh untuk memasuki wilayah dan pasar tertentu.
- Penentuan alternatif yang bersifat strategis
Langkah berikut dalam proses perencanaan
strategis ialah mngkaji dengan cermat keuntungan dan kerugian dari setiap
alternatif yang dipertimbangkan oleh perusahaan dengan memperhitungkan dua hal
pokok, yaitu tujuan perusahaan dan kondisi status persaingan dalam industri
yang akan dimasuki di kawasan atau negara baru itu. Dalam mengambil langkah ini
perlu ditentukan dua tingkat alternatif, yang pertamaalternatif yang bersifat
global –berlaku bagi perusahaan –perusahaan yang memang sydah beroperasi secara
internasional seperti berbagai perusahaan multinasional- yang kedua berlaku
bagi semua jenis perusahaan terlepas dari tujuan, ukuran, dan bidang bisnis
yang ditekuninya, yaitu strategi masuk ke negara atau wilayah baru tertentu.
Bagi keduanya, sasarannya ialah pengenalan pasar yang mungkin untuk dimasuki
itu.
a. Pengenalan Pasar
Global
Upaya mengenali pasar global menjadi
sangat krusial (penting) bagi perusahaan-perusahaan besar. Dengan kata lain,
memahami dampak strategi globalisasi berikut faktor-faktor penyebabnya:
·
Kuatnya tekanan persaingan dalam negeri
·
Peningkatan daya saing perusahaan di
pasaran global
·
Perlunya pengintegrasian operasi
perusahaan pada tingkat dunia
·
Perlunya perlakuan pasar dengan cara
identik terlepas dari wilayah atau negara tempat perusahaan beroperasi
·
Pembentukan jaringan hubungan dengan
berbagai negara di dunia
·
Kemungkinan mentransfer aset perusahaan ke
berbagai wilayah atau negara
·
Pemanfaatan economies of scale
·
Perluasan lokasi kegiatan manufaktur
·
Arus uang secara internasional
Perlu dipahami pula bahwa terdapat
sejumlah tekanan yang mendorong globalisasi operasi perusahaan-perusahaan
besar, termasuk di antaranya:
·
Tumbuhnya perusahaan-perusahaan besar
diberbagai bagian dunia, terutama di negara-negara yang tergolong “Dunia
Ketiga” yang pada gilirannya melahirkan blok-blok perdagangan
·
Menurunnya berbagai tarif yang mempermudah
perdagangan lintass batas negara
·
Peluang untuk memasuki pasar baru bagi
perusahaan
·
Ledakan yang terjadi karena teknologi informasi
yang sangat mempermudah koordinasi secara global
·
Makin seragamnya selera konsumen
diberbagai bagian dunia
- Regionalisasi
Makna regionalisai sesungguhnya terletak
pada “gaya” mebgelola perusahaan yang tercermin pada pendekatan “berpikir
secara global, tetapi bertindak secara lokal”. Pendekatan ini penting karena
perusahaan harus memperhitungkan:
a. Preferensi
konsumen lokal
b. Perbedaan-perbedaan
lokal, nasional, dan regional yang mungkin bersifat mendasar
c. Pemberian subsidi
oleh pemerintah setempat kepada industri tertentu
d. Teknologi produksi
baru yang memungkinkan perusahaan menghasilkan produk tertentu dengan biaya
lbih rendah
Dengan kata lain, strategi regionalisai
memungkinkan perusahaan memfokuskan perhatian dan usahanya disetiap negara atau
wilayah pada hal-hal yang mendukung keberhasilan perusahaan seperti
karakteristik produk yang diinginkan oleh konsumen setempay, jaringan
distribusi, dan dukungan pelanggan dengan menjadikan mereka sebagai pelanggan
yang loyal.
Jelaslah bahwa menentukan strategi tentang
penentuan lokasi di mana perusahaan akan bergerak dalam kontinum
globalisasi-regionalisasi ditentukan oleh sifat industri yang menjadi lahan
perusahaan, tipe perusahaan, keunggulan, kelemahan, dan upaya untuk
mengatasinya, bentuk aliansi strategis dengan mitra kerjanya, serta tuntutan
lingkungan tempat perusahaan ingin bergerak. (Siagian, 2006. 149-162)
2.5 Langkah-langkah Strategi
Internasional
A. Mengidentifikasi
Peluang Internasional: insentif untuk Melakukan Strategi Internasional
Strategi Internasional adalah penjualan
produk di pasar-pasar yang berada di
luar pasar domestik perusahaan (Hill, 2000:8).Salah satu alasan utama
diterapkannya stategi internasional (sebagai lawan dari strategi yang fokus
pada pasar domestik) adalah bahwa pasar internasional menghasilkan peluang baru
yang potensial (Vernon, 1996: 190-207).
1.
Meningkatnya Ukuran
Pasar
Perusahaan
dapat memperluas ukuran pasar potensialnya dengan beralih ke pasar-pasar
internasional. Mengikuti strategi internasional adalah pilihan atraktif bagi
perusahaan untuk bersaing di pasar-pasar domestik yang memiliki peluang
pertumbuhan terbatas. Ukuran pasar internasional tertentu juga mempengaruhi
kemampuan sebuah perusahaan untuk melakukan investasi dalam Riset dan
Pengembangan untuk mengambil manfaat dari pasar tersebut. pasa-pasar yang
ukurannya lebih besar biasanya menawarkan laba potensi yang lebih besar, dan
karenanya, pada umumnya kurang beresiko bagi investasi perusahaan. Kebanyakan
perusahaan memilih untuk melakukan investasi lebih banyak di negara-negara yang
memiliki pengetahuan ilmiah dan berpotensi menghasilkan produk-produk dan proses-proses
baru dari Riset dan Pengembangan mereka. Namun demikian, ukuran pasar dan
kekuatan pasar perusahaan tidak menjamin kesuksesan (Hitt, 2000: 10-11).
2.
Tingkat Pengembalian
Investasi (ROI)
Pasar-pasar
skala besar yang disediakan oleh ekspansi internasional ini semakin menarik
bagi banyak industri, karena mereka memperluas peluang untuk mendapatkan
kembali investasi modal pengeluaran riset dan pengembangan skala besar (Shan
& Song, 1997: 267-284).Namun demikian, harus diingat juga bahwa alasan
utama melakukan investasi dalam pasar-pasar internasional adalah untuk
memproduksi tingkat pengembalian investasi yang terbaik. Jadi, mengharapkan
keuntungan dari investasi mencerminkan determinan utama yang membawa perusahaan
ke pasar-pasar internasional (Thomas & Woring, 1999: 729-748).
3.
Skala Ekonomi
dan Pembelajaran
Ketika
perusahaan memperluas pasar-pasar mereka, mereka mungkin mampu menikmati skala
ekonomi, khususnya dalam operasi manufaktur. Jadi, sejauh perusahaan mampu
menstandarisasi produk-produknnya di seluruh negara yang menjadi pasar
sasarannya, dan menggunakan fasilitas produksi yang serupa atau sama, yang
berarti mengkoordinasikan sember daya penting, maka perusahaan-perusahaan itu
memiliki peluang untuk mencapai skala ekonomi yang lebih optimal (Venables,
1995: 296-300).
4.
Keunggulan
Lokasi
Perusahaan
dapat menempatkan fasilitas di negara-negara lain untuk merendahkan biaya dasar
barang-barang dan jasa yang disediakan. Misalnya, mereka mungkin memiliki akses
yang lebih mudah ke tenaga kerja, energi dan sumber daya lainnya dengan biaya
lebih rendah. Keunggulan lokasi lainnya antara lain akses ke perlengkapan yang
penting dan ke para pelanggan. Jika sudah memiliki lokasi yang menarik dan
menguntungkan, perusahaan-perusahaan harus mengelola fasilitas-fasilitas mereka
dengan efektif untuk mendapatkan manfaat penuh dari keunggulan lokasi tersebut.
B. Mendayagunakan
Sumber Daya dan Kapabilitas Strategi Internasional
1. Strategi
Tingkat Bisnis Internasional
Dalam menerapkan
strategi tingkat bisnis internasional,
kegiatan operasional dari negara asal sering kali menjadi sumber keunggulan kompetitif
yang paling penting (Rugman, 1998: 6-9).
Sumber daya dan kapabilitas yang dibangun di negara asal secara berkala
memungkinkan perusahaan menerapkan strategi tersebut di dalam pasar-pasar yang
berlokasi di negara lain.
a. Strategi
Kepemimpinan Biaya Internasional
b. Strategi
Diferensiasi Internasional
c. Strategi
Fokus Internasional
2. Strategi
Tingkat Perusahaan Internasional
Strategi ini diperlukan
ketika perusahaan beroperasi dalam industri majemuk dan dalam berbagai wilayah
atau negara. Strategi ini diarahkan oleh unit kantor pusat da bukan oleh para
manajer bisnis atau negara. Tiga strategi tingkat perusahaan yaitu:
a. Strategi
Domestik Majemuk
Strategi domestik
majemuk adalah sebuah strategi yang keputusan-keputusan strategis dan
operasinya didesentralisasikan ke unit-unit bisnis strategis di setiap negara
untuk menyesuaikan produk-produk ke pasar lokal.
b. Strategi
Global
Strategi Global adalah
strategi yang menawarkan produk-produk standar ke berbagai pasar di
negara-negara yang berbeda dan strategi kompetitif ini ditentukan oleh kantor
pusat.
c. Strategi
Transnasional
Strategi Transnasional adalah strategi
yang bertujuan mencapai efisiensi global dan daya tanggap lokal.
C. Menggunakan
Kompetensi Inti
Strategi
Perusahaan untuk Memasuki Pasar Internasional adalah sebagai berikut:
Tahap
pertama menyangkut mengekspor, yaitu
menjual barang yang diproduksi secara domestik di pasar luar negeri. Perusahaan
yang berada pada tahap pertama dari internasionalisasi hanya berhubungan secara
pasif dengan individu dan organisasi di luar negeri (Korth:7). Pada tahap ini
mungkin perusahaan memenuhi permintaan dari luar negeri yang masuk tanpa usaha
penjualan yang serius dari pihaknya. Kontak internasional mungkin ditangani
oleh departemen yang sudah ada. Pihak ketiga, seperti agen dan pialang,
seringkali bertindak sebagai perantara untuk perusahaan dalam tahap
internasionalisasi.
Pada
tahap kedua, perusahaan langsung menangani minat luar negeri mereka, walaupun
mereka mungkin juga terus menggunakan pihak ketiga. Pada tahap ini, kebanyakan
perusahaan tidak menempatkan karyawan di luar negeri, tetapi karyawan domestik
sering kali bepergian ke luar negeri untuk urusan bisnis.
Tahap
ketiga, minat internasional membentuk wajah perusahaan secara keseluruhan
melalui cara yang cukup berpengaruh. Walaupun pada dasarnya masih domestik,
perusahaan mempunyai kendali langsung pada kegiatan impor, ekspor dan mungkin
memproduksi barang dan jasa di luar negeri.
Pada
saat inilah manajer menghadapi kemungkinan menetapkan hubungan kontrak formal
dengan manajer dengan negara lain. Mereka dapat menggunakan lisensi (licensing), yaitu menjual hak untuk memasarkan produk bermerek
atau menggunakan proses yang dipatenkan atau material yang mempunyai hak cipta,
atau mereka dapat menjual franchise, yaitu lisensi tipe
khusus, dengan pengaturan ini yang dijual adalah satu paket termasuk merek
dagang, peralatan, material dan pedoman manajerial.
Pada
tahap keempat, perusahaan dapat mendirikan anak perusahaan atau membeli saham
sehingga bisa mengendalikan perusahaan asing yang sudah ada.
Pilihan
yang lain adalah usaha patungan (joint venture), yaitu perusahaan
asing dan domestik bersama-sama membiayai pengembangan produk baru atau
membangun fasilitas produksi di negara asing. Sebuah usaha patungan mungkin
adalah satu-satunya cara memasuki negara tertentu yang berdasarka hukum,
melarang orang asing memiliki bisnis.
Howard
V. Perlmutter dan David A. Henaan, yang telah mempelajari kerja sama
internasional, mengemukakan bahwa kemitraan
strategi global (global strategic
partnership) yang merupakan aliansi yang dibentuk oleh sebuah
organisasi dengan satu atau beberapa negara asing, pada umumnya kearah
mengeksploitasi peluang negara lain dan kearah mengambil posisi pimpinan dalam
pasokan atau produksi (Stoner et al, 1996:144).
D.
Variasi
Strategi Internasional
1.
Pasar
Baru
Beberapa
perusahaan berusaha membuka pasar baru di negara lain apabila mereka mengalami
pertumbuhan yang lambat di negara sendiri atau pasar domestik yang dibatasi.
Ini merupakan alasan utama bagi Jepang, misalnya untuk mengadakan ekspansi.
Perusahaan harus mengidentifikasi masa kritis dari pertumbuhan Produk Nasional
Bruto (PNB) dan populasi sebelum merambah lebih lanjut alternatif
internasional. Tentu saja, faktor-faktor lain, seperti kegiatan pesaing di
pasar, kemampuan untuk memproduksi secara domestik atau di pasar domestik dan
seterusnya harus diperhitungkan. Bagaimanapun situasinya, perencanaan strategi
yang bijaksana harus menentukan kemampuan perusahaan untuk bersaing secara
efektif.
Beberapa
perencana strategi telah membuka sejumlah pasar baru untuk maksud diversifikasi
dan penyebaran risiko. Bila ekonomi domestik merosot, ekonomi luar negeri yang
beroperasi dalam daur yang longgar dapat memberi jala menstabilkan penjualan
dan keuntungan. Sampai “ekonomi global” mulai tumbuh, barulah strategi itu
dapat kehilangan daya tarik.
2.
Produk
Baru
Perusahaan
kadang dapat memperkenalkan produk baru lebih cepat di luar negeri daripada di
dalam negeri. Suatu perusahaan memperkenalkan produk baru di pasar
internasional sebagai upaya untuk bertahan atau untuk menyerang. Untuk tujuan
bertahan, peluncuran produk baru diharapkan dapat membantu perusahaan bersaing
secara efektif. Peluncuran produk baru kadang merupakan jawaban tantangan dari
pesaing. Produk baru juga merupakan alat penyerangan untuk mengejar
pertumbuhan. Ada tiga alasan mengapa peluncuran produk baru itu penting yaitu :
(1) untuk melayani segmen lain yang belum terjamah, (2) untuk memuaskan
kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi oleh produk sebelumnya atau oleh produk
pesaing, dan (3) sebagai bentuk adaptasi untuk segmen pasar tertentu agar
sesuai. Secara umum alasan peluncuran produk baru karena siklus hidup produk.
Produk yang memiliki siklus hidup singkat akan tergantikan oleh produk – produk
baru dari pesaing.
3.
Fungsi
Perusahaan
dapat mengidentifikasi negara tertentu sebagai kaya energi, kaya sumber daya, atau kaya tenaga kerja. Setiap
kondisi ini dapat menghasilkan keputusan untuk memproduksi barang di lokasi
luar negeri untuk menekan harga pokok penjualan. Selain itu, perusahaan yang
telah mengekspor ke negara tertentu dapat menemukan bahwa memproduksi bahwa
memproduksi ke lokasi itu juga aka menguntungkan. Proteksi pasar domestik,
dapat menjadi alasan untuk melokasikan fasilitas produksi ke luar negeri.
Apabila suatu perusahaan menghadapi impor luar negeri yang berharga lebih rendah,
mereka dapat memindahkan sebagian atau seluruh fasilitasnya ke sumber
pesaingnya untuk memafaatkan biaya tenaga kerja, bahan, dan energi yang lebih
rendah. Persediaan bahan baku atau teknologi dapat menjadi alasan untuk memilih
lokasi fasilitas produksi di luar negeri.
4.
Pengganbungan
Berurutan
Pergerakan
ke arah pasar internasional seringkali bersifat inkremental. Kebayakan
perusahaan memulai dari ekspor. Ini melibatkan investasi dan risiko yang
relatif kecil. Bergantung pada kemampuan internal, perusahaan dapat mengekspor
langsung (internal) atau tak langsung
(eksternal). Yaitu perencana strategi dapat menentapkan seseorang di dalam
perusahaan itu untuk menangani
fungsi ini untuk membuka kantor penjualan sendiri di luar negeri. Apabila
perusahaan tidak memiliki keahlian khusus, dapat dicari agen-agen eksportir.
Tahap berikut bagi sebuah perusahaan adalah mengikutsertakan dalam usaha
patungan pemasaran dengan perusahaan setempat yang akan bertindak sebagai
agennya. Setelah keberadaan di luar negeri dicapai, perencana strategi dapat
memutuskan untuk memperluas aktivitas perusahaan (Jauch & William, 1988:
258-260).
E. Hasil Daya Saing
Strategis
a.
Diversifikasi
dan Laba Internasional
Diversifikasi
Internasional adalah sttrategi yang digunakan oleh sebuah perusahaan untuk
memperluas penjualan barang-barang dan jasanya ke lintas perbatasan dari
wilayah-wilayah dan negara-negara dunia, ke dalam berbagai lokasi dan pasar
yang secara geografis berbeda. Perusahaan memiliki sejumlah alasan untuk
melakukan diversifikasi secara internasional. Oleh karena potensi
keunggulannya, diversifikasi internasional harus berkaitan secara positif
dengan laba perusahaan. Penelitian telah menunjukkan bahwa, ketika
diversifikasi internasional meningkat, maka laba perusahaan juga meningkat
(Delios & Beamish, 1999: 711-727).
b.
Diversifikasi
dan Inovasi Internasional
Daya saing suatu bangsa
tergantung pada kapasitas industrinya untuk melakukan inovasi, dan perusahaan
akan mencapai keunggulan kompetitif dalam pasar-pasar internasional melalui
inovasi. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk mempertahankan keunggulan kompetitif
adalah dengan melakukan perbaikan secara terus-menerus (Luo, 1999: 505-533).
Diversifikasi internasional menyediakan potensi bagi perusahaan untuk mencapai
tingkat laba yang lebih besar untuk inovasi mereka dan karenanya menurunkan
tingkat risiko yang substansial dari investasi di bidang penelitia dan
pengembangan. Oleh karena itu, diversifikasi internasional memberikan insentif
bagi perusahaan untuk melakukan inovasi.
DAFTAR PUSTAKA
Jauch,
Lawrence R. & William F. Glueck. 1988. Manajemen
Strategis dan Kebijakan Perusahaan. Jakarta: Erlangga.
Stoner,
James A.F. et al. 1995. Manajemen.
Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
Hill,
CWL. 2000. International Business,
Competing in the global marketplace 3d ed. Boston: Irwin/Mcgraw Hill.
Vernon,
R. 1996. International Investment and
International Trade in the product cycle, Quarterly journal of Economics.
Korth.
International Business, Environmental and
management. 2nd. Ed.
Hitt,
M.A. & R.D. Treland. 2000. The
Intersection of enterpreneurship and strategic management research. In D.L section & H. Landstream (eds). The
Blackwell Handbook of Entrepreneurship. UK. Black publisher, Ltd.
Shan,
W. & J. Song. 1997. Foreign Direct
Investment and the Sourching of technological advantage: Evidence from the
biotechnology industry, journal of internatinal business studies, 28.
Siagian,
Sondang P. Manajemen Internasional. Jakarta: Bumi Aksara.
Thomas
L.G. & G. Waring.1999. Competing
Capitalism: Capital Investment in America, German, and Japanese firms,
strategic Management Journal, 20.
Luo,
Y. 1999. Time based exepenence and International expansion: The case of emerging
economy. Journal of Management Studies. 36.
Venables,
A. J. 1995. Econimic Integration and The
Location of firms, The American Economic Review. 85.
Rugman,
A. 1998. Multinational as Regional
flagships, as business goes global, part 1, Financial Time.
Delios,
A. & P.W. Beamish. 1999. Geographic Scope,
Product Diversivication and The Corporate Performance of Japanese firms,
Strategic Management Journal. 20.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar