PERCAYA DIRI
A.
Pengertian
Percaya Diri
Percaya diri (Self Confidence) adalah meyakinkan pada kemampuan dan penilaian (Judgement)
diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih pendekatan yang efektif. Hal ini
termasuk kepercayaan atas kemampuannya menghadapi lingkungan yang semakin
menantang dan kepercayaan atas keputusan atau pendapatnya. Sedangkan
kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya
untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti individu
tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri. Rasa percaya
diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari
kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu
dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual,
prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.
Percaya diri adalah suatu keyakinan
seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimiliki seseorang dan keyakinan
tersebut membuatnya merasa mampu untuk
bisa mencapai tujuan dalam hidupnya. (Hakim: 2002). Pengertian kepercayaan diri, dalam bahasa gaul
harian, pede yang kita maksudkan adalah percaya diri. Semua orang sebenarnya
punya masalah dengan istilah yang satu ini. Ada orang yang merasa telah
kehilangan rasa kepercayaan diri di hampir keseluruhan wilayah hidupnya.
Mungkin terkait dengan soal krisis diri, depresi,hilang kendali, merasa tak
berdaya menatap sisi cerah masa depan, dan lain-lain. Ada juga orang yang
merasa belum pede atau percaya diri dengan apa yang dilakukannya atau dengan
apa yang ditekuninya.
Menurut Lauster (2002: 4) kepercayaan
diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga
dalam tindakan-tidakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan
hal-hal yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam
berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal
kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Lauster menggambarkan bahwa orang yang
mempunyai kepercayaan diri memiliki ciri-ciri tidak mementingkan diri sendiri
(toleransi), tidak membutuhkan dorongan orang lain, optimis, dan gembira.
Menurut Rahmad (1991) kepercayaan diri
dapat diartikan sebagai suatu kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki
oleh setiap orang dalam kehidupannya serta bagaimana orang tersebut memandang
dirinya secara utuh dengan mengacu pada konsep diri.
Menurut Thantaway dalam kamus istilah bimbingan
dan konseling (2005), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri
seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan
sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif,
kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas
dapat disimpulkan bahwa percaya diri (Self Confidence) merupakan adanya
sikap individu yakin akan kemampuannya sendiri untuk bertingkah laku sesuai
dengan yang diharapkannya sebagai suatu perasaan yang yakin pada tindakannya,
bertanggung jawab terhadap tindakannya dan tidak terpengaruh oleh orang lain.
Orang yang memiliki kepercayaan diri mempunyai ciri-ciri : toleransi, tidak
memerlukan dukungan orang lain dalam setiap mengambil keputusan atau
mengerjakan tugas, selalu bersikap optimis dan dinamis, serta memiliki dorongan
prestasi yang kuat.
B.
Ciri-ciri
Individu yang Percaya Diri
Hakim (2005) menyebutkan beberapa ciri atau karakteristik
individu yang memiliki rasa percaya diri yang proposional diantaranya:
a.
Selalu merasa tenang disaat
mengerjakan sesuatu
b.
Mempunyai potensi dan kemampuan
yang memadai
c.
Mampu menetralisasi ketegangan
yang muncul di dalam berbagai situasi
d.
Mampu menyesuaikan diri dan
berkomunikasi di berbagai situasi
e.
Memiliki kondisi mental dan fisik
yang cukup menunjang penampilannya
f.
Memiliki kecerdasan yang cukup
g.
Memiliki tingkat pendidikan
formal yang cukup
h.
Memiliki keahlian dan
keterampilan lain yang menunjang kehidupannya, misalnya keterampilan berbahasa
asing
i.
Memiliki kemampuan bersosialisasi
j.
Memiliki latar belakang
pendidikan keluarga yang baik.
Senada dengan pendapat leman (2002)
mengenai remaja yang mempunyai rasa percaya diri akan memiliki sifat-sifat
antara lain sebagai berikut:
1.
Bersifat lebih endependen, tidak
terlalu tergantung pada orang lain
2.
Mampu memikul tanggung jawab yang
diberikan
3.
Tidak mudah mengalami masa
frustasi
4.
Bisa menghargai diri dan usahanya
sendiri
5.
Mampu menerima tantangan dan
tugas baru
6.
Memiliki emosi yang hidup tetapi
stabil
7.
Mudah berkomunikasi dan membantu
orang lain
Lindenfield
(1997) menjelaskan bahwa ada dua jenis percaya diri, yaitu: percaya diri lahir
dan percaya diri batin. Percaya diri batin adalah percaya diri yang memberi
kita perasaan dan anggapan bahwa kita dalam keadaan baik. Jenis percaya diri
lahir memungkinkan individu untuk tampil dan berperilaku dengan cara
menunjukkan pada dunia luar bahwa kita yakin akan diri kita.
Dari beberapa
uraian diatas, maka perlu dikemukakan adanya identifikasi percaya diri yaitu: optimis,
ambisi, terbuka terhadap pengalaman baru dan toleran, tidak tergantung pada
orang lain, serta memiliki kemantapan dan ketekunan dalam bertindak karena itu
adalah ciri utama dari seseorang yang percaya diri.
C.
Memupuk Rasa
Percaya Diri
Menumbuhkan rasa percaya diri dan
proposional harus dimulai dari dalam diri individu. Hal ini sangat penting
mengingat bahwa hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa percaya
diri yang sedang dialaminya. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan jika
individu mengalami krisis kepercayaan diri. Hakim (2005)
mengemukakan sikap-sikap hidup positif yang mutlak harus dimiliki dan
dikembangkan oleh mereka yang ingin membangun rasa percaya diri yang kuat,
yaitu:
a.
Bangkitkan kemauan yang keras
Kemauan dapat
dikatakan merupakan pondasi yang pertama dan utama untuk membangun kepribadian
yang kuat, termasuk rasa percaya diri.
b.
Biasakan untuk memberanikan diri
Manfaat situasi
sebagai salah satu sarana untuk berlatih dan membangun rasa percaya diri,
dengan cara membangkitkan keberanian dan berusaha menetralisir ketegangan
dengan bernapas panjang dan rileks.
c.
Biasakan untuk memberanikan diri
Menghilangkan
pikiran yang negatif dan membiasakan diri untuk berpikir yang logis dan
realistis, dapat membangun rasa percaya diri yang kuat dalam individu.
d.
Membiasakan untuk selalu
berinisiatif
Salah satu cara
efektif untuk membangkitkan rasa percaya diri adalah dengan membiasakan diri
berinisiatif dalam setiap kesempatan, tanpa menunggu perintah orang lain.
e.
Selalu bersikap mandiri
Melakukan segala
sesuatu terutama berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidupnya dengan tidak
terlalu bergantung pada orang lain.
f.
Mau belajar dari kegagalan
Sikap positif
yang harus dilaksanakan dalam menghadapi kegagalan adalah sikap mental untuk
menerimanya, untuk kemudian mengambil hikmah dan pelajaran dan mengetahui
faktor penyebab dari kegagalan tersebut.
g.
Tidak Mudah Menyerah
Menguatkan
kemauan untuk melangkah, bersikap sabar dalam menghadapi rintangan dan mau
berfikir kritis untuk menyelesaikan masalah merupakan sikap yang harus
dilakukan oleh seorang individu untuk membentuk rasa percaya diri yang kuat
dalam dirinya.
h.
Membangun pendirian yang kuat
Pendirian yang
kuat teruji jika kita dihadapkan dalam berbagai masalah dan pengaruh negatif
sebagai imbas dari proses interaksi sosial. Individu yang percaya diri selalu
yakin dengan dirinya dengan tidak berubah pendiriannya meskipun banyak pengaruh
negatif disekitarnya.
i.
Bersikap kritis dan objektif
Untuk membangun
rasa percaya diri yang kuat, setiap orang hendaknya selalu mengembangkan sikap
kritis dan objektif. Dengan demikian ia bisa menilai diri secara keseluruhan
dengan tepat yang meliputi kelemahan dan kelebihannya.
j.
Pandai membaca situasi
Situasi yang
perlu dibaca dan dipahami misalnya nilai-nilai etika yang berlaku, agama dan
adat-istiadat suatu masyarakat tertentu.
k.
Pandai menempatkan diri
Seseorang
individu bisa menempakan dirinya pada posisi yang tepat, yang bisa membuat
individu tersebut dihargai sehingga harga dirinya akan meningkat.
l.
Pandai melakukan penyesuaian diri
dan pendekatan pada orang lain
Seseorang yang
mampu melakukan penyesuaian diri tanpa kehilangan jati dirinya dan melakukan
pendekatan yang wajar untuk jati dirinya
dan melakukan pendekatan yang wajar untuk bekerja sama, akan memudahkan
individu untuk mencapai kesuksesan dan menimbulkan pengaruh positif bagi
peningkatan rasa percaya diri. Upaya yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan
rasa percaya diri, seseorang harus terlebih dahulu memahami dirinya sendiri,
dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Sehingga individu
tersebut akan selalu berfikiran positif akan dirinya dan orang lain, yang bisa
menimbulkan rasa saling menghargai antar keduanya.
D.
Perkembangan
Rasa Percaya Diri
Pola kepribadian
yang pada dasarnya telah diletakkan pada masa bayi, mulai terbentuk pada masa
kanak-kanak. Karena orang tua, saudara-saudara kandung dan sanak saudara yang
lainnya merupakan sanak-sanak saudara yang lain merupakan dunia sosial yang
pertama dan utama bagi anak, maka bagaimana perasaan dan perlakuan mereka
kepada anak merupakan faktor penting dalam pembentukan konsep diri, yaitu inti
pola keprobadian. Inilah sebabnya mengapa Glanser mengatakan bahwa konsep diri
anak terbentuk di dalam rahim hubungan keluarga (Hurlock: 199) Berdasarkan
pengertian di atas, rasa percaya diri baru bisa tumbuh dan berkembang baik
sejak kecila jika seseorang berada dalam keluarga yang baik.
Proses perubahan
tersebut merupakan hal yang harus terjadi, oleh karena dalam proses pematangan
kepribadian remaja sedikit demi sedikit memunculkan kepermukaan sifat-sifatnya
yang sesungguhnya yang harus berbenturan dengan rangsangan rangsangan dari
luar.
Untuk memiliki
kepercayaan diri yang baik, anda harus menciptakan self image yang baik
pula. Berdasarkan itu semua, kita juga bisa membuat semacam kesimpulan bahwa
kepercayaan diri itu adalah efek dari bagaimana kita merasa, menyakini, dan
mengetahui. Orang yang punya kepercayaan diri rendah atau kehilangan
kepercayaan diri memiliki perasaan negatif terhadap dirinya, memiliki keyakinan
lunak terhadap kemampuan dirinya dan punya pengetahuan yang kurang akurat
terhadap kepasitas yang dimilikinya.
Ketika ini
dikaitkan dengan praktek hidup sehari-hari orang yang memiliki kepercayaan
rendah atau telah kehilangan kepercayaan, cenderung merasa bersikap sebagai
berikut:
a.
Tidak memiliki sesuatu
(Keinginan, tujuan, target) yang diperjuangkan secara sungguh-sungguh.
b.
Mudah frustasi atau give-up ketika
menghadapi masalah atau kesulitan.
c.
Kurang termotivasi untuk maju,
malas-malasan atau setngah-setengah.
d.
Sering gagal dalam menyempurnakan
tugas-tugas atau tanggug jawab (Tidak optimal)
e.
Canggung dalam menghadapi orang.
f.
Tidak bisa mendemonstasikan kemampuan
berbicara dan kemampuan mendengarkan yang meyakinkan.
g.
Sering memiliki harapan yang
tidak realistis
h.
Terlalu perfeksionis
i.
Terlalu sensistif.
E.
Proses
Pembentukan Rasa percaya diri
Proses
terbentuknya rasa percaya diri menurut Hakim (2002) secara garis besar sebagai
berikut :
a.
Terbentuknya kepribadian yang
baik sesuai dengan proses perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan
tertentu.
b.
Pemahaman seorang terhadap
kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa
berbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihannya.
c.
Pemahaman dan reksi positif
seseorang terhadap kelemahan-kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan
rasa rendah diri atau sulit menyesuaikan diri.
d.
Pengalaman di dalam menjalankan
berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan segala kelebihan yang ada pada
dirinya.
Kekurangan pada salah satu proses
tersebut, kemungkinan besar akan mengakibatkan seseorang akan mengalami
hambatan untuk memperoleh rasa percaya diri (Hakim: 2002).
Menurut Rahmat (1991) bahwa keinginan
untuk menutup diri selain disebabkan oleh konsep diri yang negatif juga timbul
dari kurangnya suatu kepercayaan pada kemampuan diri sendiri. Oarang yang tidak menyenangi dirirnya tidak mampu
mengatasi suatu persoalan dan orang yang kurang percaya diri akan cenderung
sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi, dan ia takut akan orang lain
akan mengejeknya atau menyalahkannya. Dalam diskusi, ia akan lebih banyak diam.
F.
Akibat Kurang
Percaya Diri
Ketika ini
dikaitkan dengan praktek hidup sehari-hari, orang yang memiliki kepercayaan
diri rendah atau telah kehilangan kepercayaan, cenderung mereka atau bersikap
sebagai berikut:
a.
Tidak memiliki sesuatu
(keinginan, tujuan, target) yang diperjuangkan secara sungguh-sungguh
b.
Tidak memiliki keputusan
melangkah yang decisive (ngambang)
c.
Mudah frustasi atau give-up
ketika menghadapi masalah atau kesulitan
d.
Kurang termotivasi untuk maju,
malas-malasan atau setengah-setengah
e.
Sering gagal dalam
menyempurnkanan tugas-tugas atau tanggungjawab (tidak optimal)
f.
Cangguung dalam menghadapi orang
g.
Tidak bisa mendemontrasikan
kemampuan berbicara dan kemampuan mendengarkan yang meyakinkan
h.
Sering memiliki harapan yang
tidak realistis
i.
Terlalu perfeksionis
j.
Terlalu sensitive (perasa)
Sebaliknya, orang yang mempunyai kepercayaan
diri bagus, mereka memiliki perasaan positif terhadap dirinya, punya keyakinan
yang kuat atas dirinya dan punya pengethuan akurat terhadap kemampuan yang
diiliki. Orang yang punya punya kepercayaan diri bagus bukanlah orang yang
hanya merasa mampu (tetapi sebetulnya tidak mampu) melainkan adalah orang yang
mengetahuan bahawa dirinya mampu berdasarkan pengalaman dan perhitungan.
Jika anda menaruh kepercayaan kepada diri sendiri berarti anda juga
menaruh kepercayaan kepada orang lain. Dan, anda harus selalu ingat bahwa orang
yang tak memiliki sesuatu maka dia tidak akan dapat memberikan sesuatu yang
tidak akan dapat memberikan sesuatu yang tidak dimiliki itu kepada orang lain.
Dan, bila orang yang tidak percaya kepada dirinya sendiri bagaiaman dia akan
dapat mempercayai orang lain (al-Uqshari: 2005).
G.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Percaya Diri
Faktor-faktor
yang mempengaruhi rasa percaya diri pada seseorang menurut Hakim (2002) muncul
pada dirinya sendiri sebagai berikut:
a)
Lingkungan Keluarga
Keadaan
keluarga merupakan lingkungan hidup yang pertama dan utama dalam kehidupan
setiap manusia, lingkungan sangat mempengaruhi pembentukan awal rasa percaya
diri seseorang. Rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan seseorang terhadap
segala aspek kelebihan yang ada pada dirinya dan diwujudkan dalam tingkah laku
sehari-hari.
Berdasarkan
pengertian di atas, rasa percaya diri baru bisa tumbuh dan berkembang baik
sejak kecil, jika seseorang berada di dalam lingkungan keluarga yang baik,
namun sebaliknya jika lingkungan tidak memadai menjadikan individu tersebut
untuk percaya pada dirinya sendiri. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan
pertama dan utama yang sangat menentukan baik buruknya kepribadian seseorang.
Hakim
(2002) menjelaskan bahwa pola pendidikan keluarga yang bisa diterapkan dalam
membangun rasa percaya diri anak adalah seabagai berikut:
1.
Menerapkan pola pendidikan yang
demokratis
2.
Melatih anak untuk berani
berbicara tentang banyak hal
3.
Menumbuhkan sikap mandiri pada
anak
4.
Memperluas lingkungan pergaulan
anak
5.
Jangan terlalu sering memberikan
kemudahan pada anak
6.
Tumbuhkan sikap bertanggungjawab
pada anak
7.
Setiap permintaan anak jangan
terlalu dituruti
8.
Berikan anak penghargaan jika
berbuat salah
9.
Berikan hukuman jika berbuat
salah
10. Kembangkan
kelebihan-kelebihan yang memiliki anak
11. Anjurkan
anak agar mengikuti kegiatan kelompok di lingkungan rumah
12. Kembangkan
hoby yang positif
13. Berikan
pendidikan agama sejak dini
b)
Pendidikan Formal
Sekolah
bisa dikatakan sebagai lingkungan kedua bagi anak, dimana sekolah merupakan
lingkungan yang paling berperan bagi anak setelah ligkungan keluarga di rumah.
Sekolah memberikan ruang pada anak untuk mengekpresikan rasa percaya dirinya
terhadap teman-teman sebayanya.
Hakim
(2002) menjelaskan bahwa rasa percaya diri siswa disekolah bisa dibangun
melalui berbagai macam bentuk kegiatan sebagai berikut:
a.
Memupuk keberanian untuk bertanya
b.
Peran guru atau pendidikan yang
aktif bertanya pada siswa
c.
Melatih diskusi dan berpendapat
d.
Menegrjakan soal didepan kelas
e.
Bersaing dalam mencapai
pertandingan olahraga
f.
Belajar berpidato
g.
Mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler
h.
Penerapan disiplin yang konsisten
i.
Memperluas pergaulan yang sehat
dan lain-lain
c)
Pendidikan non formal
Salah
satu modal utama untuk bisa menjadi seseorang dengan kepribadian yang penuh
rasa percaya diri adalah memiliki kelebihan tertentu yang berarti bagi diri
sendiri dan orang lain. Rasa percaya diri akan menjadi lebih mantap jika
seseorang memiliki suatu kelebihan yang membuat orang lain merasan kagum.
Kemampuan atau keterampilan dalam bidang tertentu bisa didapatkan melalui
pendidikan no formal misalnya: mengikuti kursus bahasa asing, juralistik,
bermain alat musik, seni vokal, keterampilan memasuki dunia kerja (BLK),
pendidikan keagamaan dan lain sebagainya. Sebagai penunjang timbulnya rasa
percaya diri pada diri individu yang bersangkutan.
Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi rasa
percaya diri adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu
kemampuan yang dimiliki individu dalam mengerjakan sesuatu yang mampu
dilakukannya, keberhasilan individu untuk mendapaatkan sesuatu yang mampu
dilakukan dan di cita-citakan, keinginan dan tekad yang kuat untuk memperoleh
sesuatu yang diinginkan hingga terwujud. Faktor eksternal yaitu lingkungan
keluarga dimana lingkungan keluarga akan memberikan pembentukan awal terhadap
pola kepribadian seseorang. Yang kedua adalah lingkungan formal atau sekolah,
dimana sekolah adalah tempat kedua untuk senantiasa mempraktikkan rasa percaya
diri individu atau siswa yang telah didapat dari lingkungan keluarga kepada
teman-temannya dan kelompok bermainnya. Yang ketiga adalah lingkungan
pendidikan non formal tempat individu menimba ilmu secara tidak langsung
belajar keterampilan-keterampilan sehingga tercapailah keterampilan sebagi
salah satu faktor pendukung guna mencapai rasa percaya diri pada individu yang
bersangkutan.
Namun
demikian dari keluarga dalam hal keprcayaan diri anak semakin berkurang seiring
dengan mulai bernjaknya anak ke arah dewasa. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi rasa percaya diri adalah sebagai berikut (Lauster: 2002):
1.
Kemampuan Pribadi
Kemampuan
pribadi adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk mengembangkan diri
dimana individu yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakannya, dan
tidak tergantung pada orang lian mengenal kemampuan dirinya sendiri.
2.
Interaksi Sosial
Interaksi
sosial adalah mengenai bagaimana individu dalam hubungan dengan lingkungannya
bertoleransi, dapat menerima dan menghargai orang lain. H. Bonner (dalam
Gerungan: 2004) berpendapat bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara
dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu
mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau
sebaliknya. Rumusan ini dengan tepat menggambarkan kelangsungan timbal baliknya
interkasi sosial antara dua atau lebih manusia itu.
Sementara
itu, individu yang satu dapat menyesuaikan diri secara autoplastis
kepada individu yang lain, dimana dirinya dipengaruhi oleh dirinya yang lain.
Individu yang satu dapat juga menyesuaikan diri secara autoplastis
dengan individu lain, dimana individu yang lain itulah yan dipengaruhi oleh
dirinya yang pertama. Dengan demikian, hubungan antara individu yang
berinteraksi senantiasa merupakan hubungan timbal balik, saling pengaruh yang
timbal balik.
3.
Konsep Diri
Konsep
diri merupakan bagaimana individu memandang dan menilai dirinya secara positif
ataupun negatif, mengenal kelebihan dan kekurangannya.
Menurut
Hurlock (2002) konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki oleh seorang
individu tentang dirinya meliputi kondisi fisik, psikologis, sosial, emosionla,
aspirasi dan prestasi. Konsep diri mencakup semua konsep diri tentang citra
fisik dan psikologis diri.
Dari
uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi
kepercayaan diri adalah adanya pola asuh yang diberikan oleh keuarga sebagai
lingkungan sosial yang paling kecil ssesuai dengan tahap-tahap perkembangan
anak, dan juga adanya faktor dari dalam individu itu sendiri, kemampuan
pribadi, interaksi sosial dan konsep diri.
H.
Percaya Diri
Dalam Perspektif Islam
Dalam
Islam percaya diri dapat diwujudkan dengan sikap mensyukuri apa yang telah
dikaruniai Allah kepada manusia. Karena Allah telah menciptakan manusia sebagai
makhluk yang paling sempurna di muka bumi ini, serta dbekali akal dan nafsu
dalam dirinya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Q.S. At-Tin:4:
ôs)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þÎû Ç`|¡ômr& 5OÈqø)s? ÇÍÈ
Artinya:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya”.
Sesuai ayat
tersebut, maka sangat disayangkan apabila individu memiliki rasa tidak percaya
diri, sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna di muka bumi ini. Padahal,
sudah semestinya setiap individu menghargai apa yang telah dianugrahkan Allah
yakni pandai-pandai bersyukur , menghargai dan mengoptimalkan segala potensi
yang dimiliki.
Salah satu ciri
orang yang percaya diri adalah mempunyai sifat optimis, optimistis adalah suatu
sikap yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala
hal. Optimis adalah lawan kata dari putus asa. Putus asa timbul karena tiada
kemauan hati dan raga untuk mencari dan menyakinkan rahmat Allah SWT.
Pesimisme adalah
semacam dorongan jiwa yang bercokol dalam otak sebagai akibat dari rasa tak
percaya diri yang cenderung selalu melihat sesuatu dari sisi negatifnya saja. Disamping itu, individu pesimistis cenderung
menanggapi satu permasalahan dengan bentuk penafsiran yang negative. Dalam arti
lain, rasa pesimis ini tercermin dalam sikap-sikap negatife tertentu,
kecenderungan untuk menilai sesuatu dari sisi negatif, plus dengan mengabaikan
sisi-sisi positif lainnya. Bisa dikatakn, rasa pesimis adalah sebuah aklamasi
perang melawan diri sendiri dan orang lain (Al-Uqshari: 2005).
Sikap optimis
merupakan kebutuhan pokok yang sangat diperlukan oleh orang yang menempuh jalan
Allah SWT, yang seandainya dia mennggalkannya walaupun sekejap, maka akan luput
atau hampir luput, optimisme timbul dari rasa gembira dengan kemuraan Allah SWT
dan karunia-Nya serta perasaan lega menanti kemurahan Tuhannya. Seperti yang
dijelaskan dalam Al-Quran Surat Ali-Imran ayat 139:
wur (#qãZÎgs? wur (#qçRtøtrB ãNçFRr&ur tböqn=ôãF{$# bÎ) OçGYä. tûüÏZÏB÷sB ÇÊÌÒÈ
Artinya: ’’janganlah kamu bersikap lemah
(pesimis), dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamu adalah
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
Orang yang
mempunyai sikap optimis adalah orang yang mempunyai kelestarian dalam
menjalankan ketaatan dan menegakkan semua yang ditutut ole keimanannya. Dia
berharap agar Allah SWT tidak memalingkannya, menerima amalnya, dan tidak
mnolaknya, serta melipatgandakan pahala-Nya. Sebaliknya orang yang bersikap pesimis
seringkali merasa bimbang apabila menghadapi permasalan hidup, terkadang
kebimbangan itu menjadi sebuah kekhawatiran yang medalam yang akhirnya berujung
kepad sikap tidak percaya diri, dan mudah menyalahkan sesuatu.
Ada beberapa hal
yang perlu kita amalkan agar sikap optimisme terwujud dalam hati kita:
a.
Hendaknya kita selalu mengingat
nikmat-nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepada kita berkenaan dengan
urusan agama, kesehatan, dan juga urusan dunia kita
b.
Hendaknya kita senangtiasa
mengingat janji Allah SWT berupa pahala-Nya yang berlimpah dan kemurahan-Nya
yang besar.
c.
Hendaknya kita senangtiasa
mengingat luasnya rahmat Allah SWT, dan bahwa rahmat Allah itu senangtiasa
mendahului murka-Nya. Optimislah dalam hidup, sebab dengan optimis hidup ini
akan menjadi indah dan jangan berputus asa dari Rahmat Tuhanmu. Ayat tentang
tidak berputus asa dijelaskan pada sura Yusuf ayat 87.
¢ÓÍ_t7»t (#qç7ydø$# (#qÝ¡¡¡ystFsù `ÏB y#ßqã ÏmÅzr&ur wur (#qÝ¡t«÷($s? `ÏB Çy÷r§ «!$# ( ¼çm¯RÎ) w ߧt«÷($t `ÏB Çy÷r§ «!$# wÎ) ãPöqs)ø9$# tbrãÏÿ»s3ø9$# ÇÑÐÈ
Artinya: ’’Hai
anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir .” (Depag RI 1971)
Dari penjelasan
di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang harus selalu optimistis, optimistis
adalah suatu sikap yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam
menghadapi segala hal. Sikap optimistis merupakan kebutuhan pokok yang sangat
diperlukan oleh orang yang menempuh jalan Allah, yang seandainya dia
meninggalkannya walaupun sekejap, maka akan luput atau hampir luput. Orang yang
mempunyai kelestarian dalam menjalankan ketaatan dan menegakkan semua yang
dituntut oleh keimanannya. Dia berharap agar Allah SWT tidak memalingkannya,
memerima amalnya, dan tidak menolaknya, serta melipatgandakan pahala-Nya.
Sebaliknya orang yang bersikap pesimis sering kali merasa bimbang apabila
menghadapi permaslahan hidup, terkadang kebimbangan itu menjadi sebuah
kekhawatiran yang mendalam yang akhirnya berujung kepada sikap tidak percaya
diri, dan mudah menyalahkan sesuatu.
Dari beberapa firman
Allah di atas manusia diharapkan dapat memunculkan rasa percaya diri pada
setiap individu yang didukung dengan segala kekurangan dan kelebihan ang
dimiliki oleh manusia serta keyakinan oleh penciptaan Allah bahwa manusia
diciptakan dengan segala kelebihan dan kekurangan, maka diharapkan setiap
inividu akan dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya. Dengan demikian tidak ada
alasan bag manusia untuk merasa lebih baik ataupn lebih rendah dari pada
manusia lainnya.
Dalam penciptaan
manusia Allah menciptakan dalam keadaan suci dan bersih (fitrah) dengan membawa
potensi diri, sehingga lingkungannya kelak akan membentuknya menjadi baik atau
buruk. Tidak ada yang membedakan manusia kecuali ketaqwaan kepada Allah SWT.
Jadi dapat dikatakan tidak ada manusia yang lebih sempurna kecuali derajat
ketaqwaannya kepada Allah.
Allah
menciptakan manusia dengan berbagi bentuk, suku, warna kulit, dan berbagai
perbedaan lain agar saling mengenal. Hal ini menggambarkan bahwa manusia adalah
makhluk hidup bersosialisasi dan tidak mungkin tidak membutuhkan oranglain.
Dengan kekurangan yang dimilikinya, maka berhubungan dengan orang lain akan
dapat melengkapi kekurangannya, dan dengan kelebihan akan dapat membagi dengan
orang lain.
Proses
perkenalan atau proses sosial berperan besar dalam pembetukan kepercayaan diri.
Dengan kelebihannya manusia mendapat kekuatan dalam gambaran diri bahwa dia
mampu melakukan apa saja yang sesuai dengan kelebihan yang dimilikinya.
Sedangkan dengan kelemahannya manusia dapat mengambil apa yang dipelajari dari
lingkungan untuk menutupi kelemahan tersebut, kemudian pengalaman yang didapat
dari lingkungan juga berpengaruh pada terbentuknya kepercayaan diri pada
individu.
Sebagai seorang
muslim, sepatutnya memiliki rasa kepercayaan diri pada dirinya sendiri, sebab
kekuatan yang ada pada dirinya itu digantungkan kepada kekuatan yang mengatur
alam ini yaitu Allah Yang Maha Esa. Seseorang harus mmpercayai bahwa Allah itu
selalu ada didekt kita. Dialah Maha segala-galanya yang menguasai alam seluruh
jagat raya, hanya kepada-Nyalah manusia diharuskan untuk berserah diri.
I. Aplikasi Kepercayaan Diri dalam Lingkup Ekonomi
Dalam
dunia yang penuh persaingan ini, rasa percaya diri dapat menjadi modal utama
untuk mencapai sebuah kesuksesan. Menurut W.H. Miskell (1939), percaya diri
adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan
yang dimiliki, serta dapat memanfaatkannya secara tepat.
Ketika
percaya pada kemampuan kita yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki,
kita menjadi berani mempergunakan dan menunjukkannya di tempat kerja. Orang
yang percaya diri dapat berkembang lebih baik daripada orang yang tidak percaya
diri. Orang yang tidak percaya diri cenderung berpikiran negatif tentang
kemampuannya, sehingga membuatnya tidak bisa mengembangkan potensi-potensi yang
ada. Jadi orang yang percaya diri terlihat lebih unggul daripada orang yang
tidak percaya diri, padahal belum tentu kemampuan yang dimilikinya lebih baik.
·
Percaya diri dapat menumbuhkan motivasi
Motivasi
yang kuat dibutuhkan untuk mencapai sebuah kesuksesan. Terkadang sebuah tujuan
dan cara mencapainya sudah terlihat jelas, namun tersamarkan karena kurangnya
motivasi. Orang yang percaya diri memiliki motivasi yang kuat, sehingga mereka
akan memperjuangkan tujuan atau target mereka dengan sungguh-sungguh karena
yakin dapat mencapainya.
·
Percaya diri membuat orang berpikir positif
Walaupun
gagal meraih tujuan atau target, orang yang percaya diri tidak mudah menyerah
karena mereka dapat berpikir positif terhadap segala sesuatu yang mereka
hadapi. Gagal tidak membuat mereka menyalahkan diri sendiri dan menyerah karena
mereka yakin akan kemampuan yang mereka miliki. Hal tersebut membuat mereka
mampu bangkit lebih cepat dibandingkan orang yang tidak percaya diri ketika
mengalami kegagalan.
·
Percaya diri dapat membangun hubungan sosial
yang baik.
Orang
yang percaya diri dapat berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya dengan
baik, dan dengan yakin akan kemampuannya, mereka dapat meyakinkan orang lain
terhadap kemampuan yang dimilikinya. Hubungan sosial yang baik membuat mereka
lebih diakui dibandingkan dengan orang yang tidak percaya diri. Kesuksesan
identik dengan status sosial yang lebih tinggi. Status sosial adalah tempat
atau posisi seseorang di masyarakat, dalam dunia kerja dapat dilihat dari
jabatan yang dimiliki seseorang. Dengan lebih tingginya status sosial yang
dipunyai seseorang, maka bisa dikatakan orang tersebut lebih sukses dari orang
yang mempunyai status sosial di bawahnya. Peluang untuk mendapat status sosial
lebih tinggi akan lebih besar ketika kita mempunyai rasa percaya diri yang
tinggi. Dengan percaya diri, kita membuka kesempatan orang lain untuk memberi
kepercayaannya kepada kita, karena tidak akan ada orang yang percaya pada kita
jika kita saja tidak percaya kepada diri sendiri.
Jadi,
kesiapan Anda menjadi orang sukses dapat dilihat dari seberapa besar rasa
percaya diri Anda untuk menjadi orang sukses. Jika sudah mempunyai rasa percaya
diri yang tinggi, Anda sudah melakukan langkah pertama menuju kesuksesan.
Cara meningkatkan rasa
percaya diri terutama dilingkungan kerja penting untuk seorang karyawan. Rasa
percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, baik dalam pergaulan, bisnis maupun lingkungan kerja.
Dapat dikatakan bahwa
orang yang percaya diri, memiliki keyakinan yang tinggi pada dirinya. Dia juga
yakin dengan apa yang ia katakan dan ia lakukan, terlebih diwujudkan dalam
sebuah tindakan yang positif.
Seseorang yang memiliki
rasa percaya diri, selalu memiliki pengharapan yang tinggi meskipun
harapan/cita-citanya belum terwujud. Dalam kondisi apapun, selalu berpikir
positif, itulah salah satu ciri orang yang percaya diri.
Di dunia kerja,
percaya diri sangat diperlukan untuk menunjang semangat kerja dan rasa betah di
kantor. Namun, banyak orang-orang yang masih tidak paham betapa pentingnya hal
tersebut di dunia kerja. Percaya diri disini maksudnya adalah seberapa besar
Anda yakin dengan kemampuan diri sendiri, kelebihan yang dimiliki dan juga
tidak mempermasalahkan kekurangan. Ketika merasa percaya diri di tempat kerja,
kita akan cenderung lebih tegas dan memiliki inisiatif yang banyak. Selain itu
juga memiliki kontribusi yang baik dan yakin dengan segala keputusan yang
diambil.
Ada banyak hal
yang dapat menjatuhkan rasa percaya diri di kantor, seperti melihat rekan
sekantor yang dipuji Bos, yang berpakaian bagus, mendengar pembicaraan negative
terhadap diri Anda, dan masih banyak lagi lainnya.
Ada beberapa
cara untuk meningkatkan rasa percaya diri di lingkungan kerja, yaitu:
1)
Identifikasi
dan tonjolkan Kelebihan
Menurut
ahli personal branding, Arruda, salah satu cara terbaik untuk membangun
kepercayaan diri adalah mengenali kekuatan Anda dan menemukan cara untuk
mengintegrasikan kekuatan itu ke setiap apa yang kita lakukan setiap hari. Hal
pertama yang Anda lakukan adalah tulis semua kekuatan yang Anda miliki, lalu
tonjolkan kelebihan-kelebihan tersebut dalam menunjang kinerja Anda di tempat
kerja.
2)
Identifikasi
kelemahan
Jika
kita menemukan kelemahan dalam diri, tentu kita berusaha menghilangkan atau
setidaknya menguranginya. Anda tidak harus fokus pada kelemahan ini, tapi upaya
untuk menguranginya pastilah bisa tingkatkan kepercayaan diri.
3)
Lupakan Standar
Yang Ditetapkan Orang Lain
Terlepas
dari situasi yang membuat anda mengalami krisis percaya diri, anda bisa
membantu diri anda sendiri dengan berpegang pada standar yang anda miliki.
Orang lain memiliki nilai yang berbeda dengan anda, dan sekeras apa pun anda
mencoba, anda tidak pernah bisa memuaskan semua orang setiap saat. Jangan
khawatir jika orang-orang menyebut anda gendut, kurus, pemalas, membosankan,
pelit, konyol, dll.. Bertahanlah pada standar yang anda miliki, bukan pada
standar yang dimiliki orang lain. Ingatlah nilai-nilai dan standar-standar yang
dimiliki umumnya berbeda dalam masyarakat; anda tidak harus menerima nilai dan
standar tersebut hanya karena orang-orang di sekitar anda menerimanya.
4)
Tetap fokus
pada diri Anda sendiri.
Penulis
"Tame Your Terrible Office Tyrant", Lynn Taylor, menyarankan
fokus saja pada tugas-tugas Anda sendiri, jangan tergoyahkan dengan gosip
murahan di kantor yang tidak produktif.
5)
Menjalin
hubungan yang baik dengan rekan kantor
Cara
ini merupakan cara termudah untuk membangun rasa percaya diri Anda di tempat
kerja. Dengan menjalin hubungan baik, Anda akan lebih mengetahui dengan siapa
Anda bekerja dan Anda pun memiliki hubungan yang baik dengan mereka, sehingga
timbul saling percaya dan tidak ada alasan untuk saling menjatuhkan antara satu
sama lain.
6)
Menetapkan
tujuan terbesar pada karir
Rasa
percaya diri dapat dicapai dan semakin meningkat pada saat Anda telah berhasil
menetapkan tujuan terbesar dari karir Anda sendiri. Tetapi perlu diingat dan
ditekankan bahwa tujuan karir haruslah realistis dan sejalan dengan kemampuan
dan kemauan belajar serta kerja keras, sehingga membuat Anda tetap fokus dan
terus termotivasi.
7)
Berpikir
Positif dan Percaya
Percaya
atau tidak, pikiran kita dapat menggerakkan lingkungan di sekitar kita terlebih
lagi menggerakkan potensi yang ada di dalam diri sendiri. Oleh karena nya,
sangat disarankan untuk membentuk pola pikir Anda menjadi positive. Pikirkanlah
bahwa Anda bisa, Anda mampu, Anda cerdas, Anda hebat, Anda rendah hati, Anda
bisa sukses, maka secara otomatis, diri Anda pun akan berupaya dalam
mewujudkannya dan sudah tentu rasa percaya diri pun dapat meningkat.
8)
Berpenampilan
yang rapi dan bersih
Penampilan
kita juga menjadi salah satu factor untuk meningkatkan rasa percaya diri yang
kuat. Tidak perlu berpakaian mahal dan gelamor, cukup rapikan penampilan Anda
dan jaga kebersihan diri serta pakaian, maka orang-orang di sekitar pun akan
senang bila melihat Anda.
9)
Perbanyak
senyum
Senyum
yang tulus merupakan hal termanis yang bisa wajah Anda berikan terhadap
rekan-rekan kantor yang Anda temui. Seburuk apapun masalah yang Anda hadapi,
cobalah untuk tersenyum apabila berpapasan dengan rekan kerja di lorong, tempat
parkir atau area manapun. Senyuman dapat membuat otot-otot pipi yang menegang
karena stress menjadi lebih rileks sehingga akan berdampak baik juga pada diri
Anda. hal tersebut juga untuk meingkatkan hubungan baik Anda dengan rekan-rekan
kerja lainnya. Maka, tersenyumlah!
Johann
von Goethe pernah mengatakan, “treat people as if they already are
competent, and you’ll help them to become so.” Kita harus memperlakukan
orang seolah-olah mereka sudah kompeten untuk membuat mereka benar-benar
kompeten.
Sama
halnya dengan kita menumbuhkan rasa percaya diri karyawan, semakin meningkat
percaya dirinya, semakin meningkat pula ketajamannya dalam memecahkan masalah,
mengambil keputusan dan bahkan kinerjanya akan membaik.
Sebagai
seorang manager atau supervisor, kita dapat menumbuhkan percaya diri karyawan
dengan berbagai cara, misalnya:
1. Memberikan pujian
Ketika
mendapati karyawan melakukan tugasnya dengan baik, memberinya pujian adalah
tindakan yang tepat. Memberi pujian pun ada seninya, kita tidak cukup hanya
mengatakan, “kerjaan kamu bagus”, tetapi juga memberikan feedback di
dalam pujian tersebut. Misalnya saja, “Ide kamu untuk membuat brosur sangat
bagus, kemarin ada klien kita yang minta untuk diberikan kepada
teman-temannya”. Dengan pujian yang lebih spesifik, karyawan akan merasa lebih
dihargai karena hasil karyanya benar-benar dilihat oleh atasan.
2. Memberikan tugas sesuai kompetensi
Sebagai
seorang manager, harusnya kita tahu kompetensi anak buah atau yang team kita
pimpin. Dalam memberi penugasan, kita sesuaikan dengan kompetensi yang ia
miliki. Seiring dengan bertambahnya kompetensi, kita bisa memberikan tugas
dengan kesulitan yang semakin bertambah secara bertahap.
3. Memberikan Training
Training
sesuai kebutuhan akan meningkatkan kompetensi karyawan. Dengan kompetensi
tersebut, karyawan akan lebih percaya diri dalam menyelesaikan tugasnya.
4. Berilah tanggung jawab yang memiliki nilai
Contohnya
resepsionis. Meskipun tugas utama dia adalah mengangkat telepon masuk atau
menerima tamu, berilah resepsionis tersebut kehormatan untuk menjadi ambassador
perusahaan. Berilah kebebasan baginya untuk mengantarkan tamu berkeliling
ruangan kantor jika itu diperlukan.
5. Menyemangati karyawan ketika mereka menghadapi
kegagalan
James E.
Tingstad dalam bukunya “How to Manage the R&D staffs” mengungkapkan bahwa
satu kata penyemangat setelah kegagalan sama harganya dengan kata-kata pujian
setebal buku setelah kesuksesan. Jadi, jangan ragu untuk memberikan kata
semangat bagi karyawan.
6. Terima karyawan apa adanya
Dalam
melihat seorang karyawan, lihatlah kepribadiannya dan bukan semata-mata
bagaimana kinerjanya. Kita harus menahan diri untuk tidak memberi tahu
terus-menerus apa yang harus dilakukan oleh seorang karyawan. Biarkan ia
belajar dari proses dan berikan ruang untuk trial and error bagi mereka.
OPTIMALISASI
POTENSI DIRI
A.
Pengertian
Potensi Diri
Kata potensi berasal dari bahasa
Inggris, yaitu potencial yang berarti
kesanggupan, tenaga, dan kekuatan. Sedangkan menurut kamus besar bahasa
Indonesia, defenisi potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk
dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, kekuatan, kesanggupan, dan daya. Secara
sederhana, potensi adalah sesuatu yang bisa kita kembangkan (Majdi: 2007).
Potensi dapat diartikan sebagai
kemampuan dasar dari sesuatu yang masih terpendam didalamnya yang menunggu
untuk diwujudkan menjadi sesuatu kekuatan nyata dalam diri sesuatu tersebut
(Wiyono: 2006). Dari pengertian ini dapat dikatakan potensi diri manusia adalah
kemampuan dasar yang dimiliki manusia yang masih terpendam didalam dirinya yang
menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu manfaat nyata dalam kehidupan diri
manusia.
Sedangkan Habsari (2005) menjelaskan,
potensi diri adalah kemampuan dan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang baik
fisik maupun mental dan mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan bila dilatih
dan ditunjang dengan sarana yang baik.
Dari penjelasan beberapa defenisi
diatas, dapat disimpulkan bahwa potensi diri adalah kemampuan dasar yang
dimiliki oleh seseorang yang masih terpendam dalam mempunyai kemungkinan untuk
dikembangkan jika didukung dengan latihan, dan sarana yang memadai.
B.
Macam-Macam Potensi Diri
1.
Potensi Fisik ( Psychomotoric )
Merupakan
potensi fisik manusia yang dapa.t diberdayakan
sesuai fungsinya untuk berbagai kepentingan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
hidup. Potensi
diri ini dapat diberdayakan sesuai fungsinya untuk saling membagi kepentingan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Contohnya hidung untuk mencium bau, tangan
untuk menulis, kaki untuk berjalan, telinga untuk mendengar, dan mata untuk
melihat.
2.
Potensi Mental Intelektual (Intellectual
Quotient )
Merupakan
potensi kecerdasan yang ada pada otak manusia (terutama otak sebelah kiri).
Fungsi potensi tersebut adalah untuk merencanakan sesuatu, menghitung dan
menganalisis.
3.
Potensi Sosial Emosional (Emotional
Quotient)
Merupakan
potensi kecerdasan yang ada pada otak manusia (terutama otak sebelah kanan). Fungsinya
antara lain untuk mengendalikan amarah, bertanggungjawab, motivasi dan
kesadaran diri.
4.
Potensi Mental Spiritual (Spiritual
Quotient)
Merupakan
potensi kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang
berhubungan dengan jiwa sadar atau kearifan di luar ego. Secara umum Spiritual
Quotient merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan keimanan dan akhlak
mulia.
5.
Potensi Daya Juang (Adversity
Quotient)
Merupakan
potensi kecerdasan manusia yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang
berhubungan dengan keuletan, ketangguhan dan daya juang tinggi. Melalui potensi
ini, seseorang mampu mengubah rintangan dan tantangan menjadi peluang (Wiyono: 2004)
C.
Cara Mengenali
Potensi Diri
Islahulben
(2014) dalam Jurnal “Mengenal Potensi Diri”, beberapa cara untuk dapat mengenal diri kita
adalah sebagai berikut:
1.
Luangkan waktu untuk diri kita sendiri
Kompleksitas yang kita hadapi pada
era modern ini telah banyak sekali menyita waktu kita karena semakin kompleks
sebuah permasalahan semakin banyak waktu dan tenaga yang harus kita curahkan.
Jangankan waktu untuk diri sendiri, waktu untuk keluarga pun tersita. Namun
bukan berarti kita tidak memiliki waktu untuk diri kita sendiri, yang ada
adalah kita tidak cukup memilikikeinginan
untuk mengenal diri kita. Manfaatkan waktu kesendirian kita untuk
merenung dan memikirkan siapa kita, apa yang telah kita lakukan, mengapa kita
melakukannya, bagaimana dampaknya terhadap orang lain dan lingkungan. Lakukan
saat-saat luang kita seperti setelah sholat, pada saat istirahat makan siang,
sore hari atau waktu-waktu luang lainnya. Jadi jangan semua waktu kita
dihabiskan untuk berinteraksi dengan dunia luar. Akrablah dengan diri kita
sendiri, cobalah berkomunikasi dengan diri kita sendiri sehingga kita tidak
menjadi orang asing di tubuh dan jiwa kita sendiri.
2.
Tanyakan pada orang lain (keluarga, teman, guru dan
orang-orang di sekitar kita)
Selain merenung dan
berkomunikasi dengan diri sendirikita dapat bertanya dengan orang-orang di
sekitar kita. Tanyakan mengenai sifat-sifat kita, perilaku kita, pendapat
mereka tentang kita dan sebagainya. Karena sangat mungkin orang lain lebih
mengenal diri kita dibandingkan diri kita sendiri. Namun sebelum melakukannya,
berusahalan untuk berpikiran
positifdan bersedia
untuk menerima pendapat serta
kritikan orang lain sebagai sesuatu yang membangun dan media evaluasi diri.
3.
Catat kejadian-kejadian yang kita alami setiap hari
Untuk poin ini bagi yang suka
menulis diary. Karena dengan menulis pengalaman sehari-hari kita, kita dapat
membacanya dan merenungkannya di kemudian hari. Di dalam diary selain
pengalaman turut tertuang emosi, perasaan dan pikiran kita atas apa yang
dialami. Makanya tidak mengherankan para Psikolog dan Psikiater menggunakan
diary ini sebagai salah satu sarana untuk mengevaluasi atau menilai kepribadian seseorang.
D.
Pengembangan
Pribadi melalui Potensi Diri
Pengembangan potensi diri adalah suatu
usaha atau proses yang terus menerus menuju pribadi yang mantap dan sukses.
Pribadi yang mantap dalam artian menuju kepada kedewasaan mental, sedangkan
pribadi yang sukses dalam artian pribadi yang mampu tampil sebagai pemenang
dengan mengalahkan semua unsur negatif dalam diri. Salah satu cara untuk
mengetahui apakah seseorang telah mencapai perkembangan diri secara optimal
atau mencapai pribadi yang sukses dan mantap adalah dengan mengenal diri
sendiri. Mengenal diri sendiri yaitu dengan memperoleh pengetahuan tentang
totalitas diri yang tepat dengan menyadari kekuatan dan kelemahan
masing-masing.
Pengenalan diri sangat diperlukan dalam
mengembangkan dan mengoptimalkan potensi-potensi yang positif serta meminimalisasi
potensi-potensi yang negatif. Pengenalan diri dapat melalui (1) introspeksi
diri, (2) umpan balik dari orang lain, dan (3) test psikologi.
1) Introspeksi Diri
Introspeksi diri merupakan peninjauan terhadap (perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan, dan sebagainya) diri sendiri atau disebut juga dengan mawas diri. Introspeksi diri dilakukan, karena hanya orang lain yang paling mengetahui dirinya sendiri, dengan mendengarkan suara hati yang paling dalam dan dilakukan secara jujur. Misalnya: merenungkan diri sendiri dan menuangkan potensi-potensi yang ada pada diri sendiri ke dalam tabel kekuatan diri dan kelemahan diri. Introspeksi diri akan sulit dilakukan apabila seseorang tidak mengetahui potensi dirinya sendiri, baik yang positif maupun yang negatif. Untuk mengetahui potensi yang tersembunyi dari diri sendiri, seseorang dapat meminta bantuan orang lain yang ada disekitarnya.
2) Umpan Balik dari Orang Lain
Pengenalan
diri melalui orang lain dapat dilakukan dengan meminta umpan balik tentang
potensi diri baik yang positif maupun yang negatif. Bila seseorang
ingin menggunakan umpan balik sebagai alat
untuk membantu orang lain mengembangkan pribadinya agar umpan balik yang
dimaksud untuk kebaikan orang lain, maka hal ini cara yang benar-benar efektif. Sebaliknya
umpan balik dari orang lain yang
dimaksudknan untuk hal yang negatif, maka dapat menyebabkan salah mengerti dan bahkan dapat
diakhiri dengan perasaan tersinggung, tegang, kesal, jengkel, marah, sedih,
frustasi, dan menimbulkan pertikaian.
3) Test Psikologi
Pengenalan diri melalui
test psikologis dilakukan karena potensi diri yang dimiliki tidak diketahui
oleh diri sendiri dan orang lain. Tes ini dilaksanakan dengan cara pengisian
instrumen-instrumen yang telah dirancang untuk mengenal diri sendiri. Dari
hasil pengisian tersebut akan didapat dimensi tipologi seperti: (1)
Extrovertion, (2) Introvertion, (3) Intuition, (4) Sensation, (5) Thinking, (6)
Feeling, (7) Judging, dan (8) Perceiving. Cara yang paling cocok untuk lebih
mengenal diri sendiri adalah berpulang kepada diri sendiri. Namun yang jelas,
seseorang harus meluangkan waktu untuk melihat bagaimana keadaan dirinya yang
sebenarnya secara terbuka dengan menerapkan kejujuran. Tanpa kejujuran dan
keterbukaan, seseorang hanya menemukan topeng-topeng dirinya (Cenaya: 2008).
E.
Kekuatan Dalam
Optimalisasi Potensi Diri
Ada lima kekuatan yang bisa digunakan
untuk mengembangkan atau mengoptimalkan potensi diri. Lima kekuatan tersebut
antara lain:
1. Kekuatan Keyakinan (The Power of Belief)
Keyakinan
adalah fondasi untuk melakukan apa saja. Seseorang baru akan bertindak apabila
merasa yakin dan mampu melakukan sesuatu. Jika tidak yakin maka upaya yang
dilakukan akan dikerjakan dengan setengah hati. Setiap orang mengetahui, bahwa
apapun yang dilakukan dengan setengah hati dan tanpa kesungguhan, maka hasilnya
pasti tidak akan maksimal. dalam hal keyakinan, seseorang tidak boleh asal
yakin saja. Yakin yang dimaksudkan adalah yakin yang berlandaskan kebijaksanaan
dan akal sehat, tidak hanya asal “yakin” dan “ngotot”.
Perlunya
kebijaksanaan dalam keyakinan yaitu karena yakin terbagi menjadi tiga macam. Pertama,
yakin yang hanya bermain di level kognisi atau pikiran sadar. Kedua,
yakin yang bermain pada level afeksi atau pikiran bawah sadar. Ketiga,
yaitu yakin yang asal-asalan atau sembarangan. Yakin tipe ini yang ketiga
adalah yakin yang berlebihan atau overconfident tapi tidak ekologis.
2. Kekuatan Semangat (The Power of Enthusiasm).
Adapun
komponen atau bagian dari kekuatan semangat adalah konsistensi, persistensi dan
kegigihan. Tindakan yang dilandasi dengan suatu keyakinan yang teguh, bahwa
seseorang pasti bisa berhasil, maka akan dilakukan dengan penuh semangat. Semangat
adalah motivasi intrinsik atau dorongan bertindak yang berasal dari dalam diri
seseorang. Kekuatan semangat merupakan hal yang membuat seseorang akan terus
mencoba walaupun telah gagal berkali-kali.
Seperti
contoh, kekuatan semangat yang menjadi pendorong Thomas Edison untuk terus
mencoba walaupun ia telah berkali-kali gagal menemukan bahan yang sesuai untuk
membuat bola lampu listrik. Kekuatan semangat ini pula yang mendorong Harland
Sanders untuk terus menawarkan resep ayam gorengnya yang istimewa Kentucky
Fried Chicken, walaupun ia telah ditolak berkali-kali.
3. Kekuatan Fokus (The Power of Focus).
Fokus berarti seseorang hanya melakukan
hal-hal yang memang berhubungan dengan target yang ingin dicapainya. Pikiran
seseorang menjadi sangat tajam dan terpusat jika sudah berada pada tingkatan
fokus. Seseorang yang sudah fokus terhadap suatu hal, maka tidak akan
membiarkan berbagai halangan atau distraksi membuat pikiran atau kegiatannya
menyimpang dari tujuan semula. Saat kekuatan fokus bekerja, seseorang akan
sangat memperhatikan hal-hal detil dalam upaya mencapai keberhasilan. Kekuatan
fokus ini yang mendorong seseorang untuk menghasilkan tujuan yang ingin
dicapainya.
4. Kekuatan Kedamaian Pikiran (The Power of Peace of Mind).
Kekuatan
keempat ini sangat penting, karena ini merupakan barometer untuk menentukan
apakah keyakinan seseorang terhadap sesuatu itu ekologis atau tidak. Saat
seseorang yakin, semangat, dan fokus melakukan sesuatu maka perlu diperiksa
apakah seseorang tersebut merasakan ketenangan baik dipikiran maupun dihatinya.
Jika jawabannya “tidak” maka perlu diperiksa ulang keyakinan kita. Perlunya
pemeriksaan ini adalah untuk meyakinkan bahwa tujuan yang diinginkan apakah
karena keinginan yang sungguh-sungguh atau hanya karena dorongan emosi tertentu,
misalnya emosi takut atau keserakahan.
Bila
keyakinan seseorang bersifat ekologis, didasari dengan pikiran yang benar dan
kebijaksanaan, maka saat bekerja keras dan giat untuk mencapai
impian-impiannya, pikiran dan hatinya akan tetap merasa tenang, damai, dan
bahagia. Ini adalah satu aspek penting yang jarang sekali diperhatikan oleh
kebanyakan orang. Perasaan tenang, damai, dan bahagia merupakan indikasi bahwa
apa yang dilakukan seseorang benar-benar keyakinan yang akan berhasil.
Seseorang hanya perlu melakukan pekerjaannya saja dan sukses sudah pasti akan
didapatkan.
5. Kekuatan Kebijaksanaan (The Power of Wisdom).
Kekuatan
ini sangat penting karena digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap apa yang
telah dilakukan pada empat langkah sebelumnya. Dengan menggunakan kebijaksanaan
seseorang dapat melakukan evaluasi dengan baik, benar, akurat, dan tanpa
melibatkan emosi. Jika hasil yang dicapai belum seperti yang diinginkan, maka
dengan menggunakan kebijaksanaan seseorang akan dapat mengetahui permasalahannya
dan dapat meningkatkan potensi dirinya.
Jika
hasilnya sudah seperti yang kita inginkan, maka dengan menggunakan
kebijaksanaan, seseorang dapat mempertahankan dan meningkatkan pencapaian itu.
Kebijaksanaan juga digunakan untuk memeriksa keyakinan atau kepercayaan yang
menjadi langkah awal tindakan untuk mencapai goal. Dengan bijaksana seseorang
dapat memeriksa keabsahan keyakinannya.
F.
Cara Mengelola Potensi Diri
Setelah
benar-benar memahami apa sebenarnya potensi diri yang anda miliki, maka langkah
selanjutnya yang harus diketahui adalah bagaimana cara mengelola potensi diri
anda sendiri. Dalam hal cara mengelola potensi diri disini yang perlu
ditekankan terdiri dari beberapa langkah penting. Dimana langkah-langkah ini
disampaikan pada acara diklat kepemimpinan di Yogyakarta. Diantaranya adalah
sebagai berikut:
- Membuang belenggu “tidak mungkin”
- Membuang beban yang tidak perlu
- Memasarkan diri sendiri
- Menyingkirkan kebiasaan yang mematikan sensitivitas, kreativitas, inovasi
- Membuat nyali kemanusiaan berfungsi
G.
Hambatan-Hambatan
Pengembangan Potensi Diri
Menurut Mike Woodcook dan Dave Francis,
(dalam Sulastiana: 2010), hambatan-hambatan dalam mengembangkan potensi
diri dapat berasal dari diri sendiri dan juga dari lingkungan. Berikut penjelasannya.
1.
Hambatan-hambatan pengembangan
potensi diri dari diri sendiri, yaitu:
a.
Tidak memiliki tujuan hidup yang
jelas
Charles Garfield, seorang psikolog yang
telah bekerja dengan para astronot, atlet kelas dunia, pakar ilmu pengetahuan,
penemu, pengusaha dan orang berprestasi puncak lainnya. dia percaya bahwa jenis
keberhasilan apapun dimulai dengan sebuah tujuan tertentu yang diiringi kemauan
yang kuat. Tujuan telah menjadi bagian awal setiap kemajuan dalam sejarah
kehidupan manusia (Urban: 2003).
Hidup tanpa
tujuan adalah seperti bepergian tanpa alamat. Anda tidak tau mau pergi kemana,
dan membuat anda tidak berhenti dimanapun dan anda akan tetap berada di jalan.
Oleh sebab itu,
dalam rangka mengembangkan potensi diri hendaklah seseorang itu menetapkan
tujuan hidupnya terlebih dahulu. Adapun dalam menetapkan tujuan itu harus jelas
dan terukur. Misalnya, anda seorang mahasiswa S1 yang sebentar lagi akan lulus,
tujuan anda setelah lulus ialah akan melanjutkan studi ke luar negeri dengan
beasiswa dari pemerintah, maka untuk mendapatkan tujuan tersebut mulai dari
sekarang anda mempersiapkan hal-hal yang perlu di persiapkan untuk mencapai
tujuan anda tersebut.
b.
Kurang termotivasi
Faktor yang paling menentukan ialah
motivasi. Motivasi akan memperkuat tujuan hidup seseorang dan merangsangnya
mencapai tujuan tersebut. Seseorang yang tidak termotivasi untuk melakukan
optimalisasi potensi diri nya biasanya dikarenakan tidak percaya diri, acuh,
takut gagal, dan sering mencari-cari alasan.
c.
Enggan mengenali diri sendiri
Mengenali diri sendiri ialah kegiatan
mentuk melihat kembali sisi interpersonal pada diri seseorang. Bagi sebagian
orang kegiatan ini adalah hal yang sangat biasa, namun bagi golongan yang lain
ajakan ini ibarat petualangan baru dalam diri. Manusia, dengan segala
kesibukannya dalam interaksi sosial, sering sekali alpa untuk berinteraksi
dengan dirinya sendiri, atau bahkan dengan penciptanya. Pribadi yang enggan
mengenali dirinya sendiri merupakan pribadi yang tidak memiliki jiwa kompetitif
didalam dirinya. Ajakan untuk mengenal diri sendiri, tak terlepas dari
keinginan menjadi lebih baik dari diri sebelumnya dan itu diikuti oleh rasa
bersaing untuk mencapai pribadi yang terbaik.
d.
Tidak mau mengambil resiko
Maksudnya ialah seseorang yang lebih memilih
zona kenyamanan dan tak ingin berpindah karena takut dengan resiko yang akan
dihadapi.
e.
Takut situasi yang baru
Seseorang yang sudah merasa nyaman
dengan kehidupannya yang sekarang, enggan untuk melangkah ke penghidupan yang
lebih baik dari sebelumnya. Hal ini didorong oleh ketidak siapannya mengambil
resiko ketidak nyamanan untuk melangkah.
f.
Negative thinking
Buanglah pikiran-pikiran negative yang
bias menghambat langkah anda dalam mencapai tujuan. Setiap kali anda menghadapi
hambatan, jangan menyalahkan orang lain. Lebih baik coba evaluasi kembali
langkah anda mungkin ada sesuatu yang perlu diperbaiki. Kemudian melangkahlah
kembali ketika anda telah menemukan jalan yang mantap.
2.
Hambatan-hambatan pengembangan
potensi diri dari lingkungan, yaitu:
a.
Sistem yang dianut
b.
Kurang mendapatkan dukungan dari
lingkungan
c.
Harapan yang berlebihan dari
orang lain
d.
Hancur sebelum waktunya
e.
Kebencian dari orang lain
f.
Umpan balik yang kurang memadai
H.
Potensi Diri
dalam Perspektif Islam
·
Potensi Manusia Menurut Agama
Islam (Sholeh:
2009)
Manusia
merupakan makhluk yang sangat luar biasa dengan segala potensi yang
dimilikinya. Pada saat ini telah banyak terjadi perkembangan dan kemajuan yang
dibuat oleh manusia. ini disebabkan oleh potensi otak manusia yang luar biasa
hebat. Kemampuan otak manusia dapat menerima dan menyimpan banyak memori.
Dengan pemanfaatan otak ini manusia telah banyak menciptakan inovasi baru.
Pada
hakikatnya manusia sejak lahirnya telah diberi oleh Allah berbagai macam
potensi. Potensi-potensi tersebut berupa potensi.untuk mendengar (sam’a),
potensi untuk melihat (abshara), dan potensi memahami dengan hati (af-idah).
Ketiga potensi tersebut merupakan potensi dasar yang perlu dikembangkan. Apabila kita
merenungkan sejarah kehidupan manusia diawali sejak Nabi Adam dan anak cucunya
yang mendiami muka bumi ini. Mereka yang dibesarkan oleh perkembangan zaman,
lalu disusul dengan terwujudnya kesejahteraan di bumi yang diikuti dengan
semakin beranekaragamnya peradaban dari generasi ke generasi. Berikut ini beberapa potensi manusia
menurut agama Islam yang diberikan oleh Allah Swt.
1. Potensi Akal
Manusia
memiliki potensi akal yang dapat berpikir, menyusun konsep-konsep,
menciptakan sesuatu, mengembangkan, dan mengemukakan gagasan. Dengan potensi ini, manusia
dapat melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pemimpin di muka bumi. Namun, faktor penilain manusia
dapat mengarahkan manusia pada kesalahan dan kebenaran.
2. Potensi Fitrah
Manusia pada
saat lahir memiliki potensi fitrah. Fitrah tidak selalu dimaknai sebagai sesuatu yang
suci. Fitrah di sini adalah bawaan sejak lahir. Fitrah manusia sejak lahir adalah
membawa agama yang lurus. Namun, kondisi fitrah ini berpotensi tercampur dengan faktor yang lain
dalam proses perkembangannya. Termasuk juga faktor lingkungan.
3. Potensi Ruh
Manusia
memiliki ruh. Banyak pendapat para ahli tentang ruh. Ada yang mengatakan bahwa
ruh pada manusia adalah nyawa. Sementara sebagian yang lain memahami ruh pada
manusia sebagai dukungan dan peneguhan kekuatan batin.permasalahan ruh ini
memang tidak
bisa sepenuhnya dapat dimengerti manusia karena manusia
memiliki keterbatasan
ilmu pengetahuan. dan
selebihnya hanyalah allah yang manetahui urusan ruh. Allah swt
berfirman:
tRqè=t«ó¡our Ç`tã Çyr9$# ( È@è% ßyr9$# ô`ÏB ÌøBr& În1u !$tBur OçFÏ?ré& z`ÏiB ÉOù=Ïèø9$# wÎ) WxÎ=s% ÇÑÎÈ
Katakanlah,
“Ruh adalah urusan Tuhan-Ku, kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit”. (QS. Al-Isra: 85)
4. Potensi Qalbu
Qalbu di sini tidak dimaknai sekadar ‘hati’ yang ada pada manusia. Qalbu lebih
mengarah pada aktivitas rasa yang bolak-balik. Terkadang senang terkadang juga susah. Kadang setuju kadang menolak.
Qalbu berhubungan dengan keimanan. Qalbu merupakan wadah dari rasa takut,
cinta, kasih sayang, dan keimanan. Karena qalbu ibarat sebuah wadah, ia
berpotensi menjadi kotor atau tetap bersih.
5. Potensi Nafsu
Dalam bahasa
indonesia nafsu yang berarti 'dorongan kuat untuk berbuat kurang baik'. Sementara nafsu yang ada pada manusia tidak hanya dorongan berbuat buruk, tetapi berpotensi
berbuat baik. Dengan kata lain,nafsu ini
berpotensi positif dan negatif.Hakikatnya, nafsu pada diri manusia cenderung
berpotensi positif. Namun, potensi negatif daya tariknya lebih kuat dari pada
potensi positif. Oleh karena itu, manusia diminta untuk menjaga kesucian nafsunya agar
tidak kotor.
potensi dasar manusia dapat
mengambil wujud dorongan-dorongan naluriah dimana pada dasarnya manusisa
memiliki tiga dorongan nafsu, yaitu :
a. Dorongan
naluri mempertahankan diri
Naluri
mempertahankan diri ini terwujud secara biologis dalam wujud
dorongan untuk mencari makanan ketika lapar, menghindari diri dari bahaya,
menjaga diri agar tetap sehat, mencari perlindungan untuk hidup aman. Dorongan
menjaga diri berfungsi melayani dorongan cinta keabadian, sebab dengan memenuhi
kebutuhan-kebutuhan fisiologis, tubuh sebenarnya telah mengusahakan kelang
sungan hidup seseorang.
Dalam
kitab Al-qur’an ada ayat-ayat yang menunjukkan tentang naluri manusia
untuk mempertahankan diri, di antaranya pertahanan diri dari
lapar,haus,kepanasan, kedinginan,dan kesakitan.
b. Dorongan
naluri mengembangkan diri
Naluri
mengembangka diri sendiri juga merupakan sebuah potensi dasar manusia sebagai
bentukan antara rohani dan jasmani. Dimensi jasmani yang statis dihiasi
dimensi rohani melahirkan sebuah unsur yang dinamika. Dinamika diri ini
terarah pada uasah pengembangan diri yag terwujud dalam bentuk pencapaian
diri dalam aspek pengetahuan bahkan pada bentuk aktualisasi diri. Seperti
dorongan rasa ingin tahu dan mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya. pada
dorongan inilah yang menjadikan budaya-budaya manusia makin maju dan makin
berkembang.
Dalam
konsep islam, pengembangan diri merupakan sikap dan perilaku yang sangat
diistimewakan. Manusia yang mampu mengoptimalkan potensi yang ada pada
dirinya, sehingga manjadi manusia yang memiliki ilmu pengetahuan yang
luas akan diberikan kedudukan yang mulia di sisi Allah.
c. Dorongan
Naluri diri mempertahankan jenis
Manusia
ataupun hewan secara sadar maupun tidak sadar, selalu menjaga agar jenisnya
atau keturunannya tetap berkembang dan tetap hidup. Dorongan nafsu ini terlihat
oleh adanya perjodohan dan perkawinan serta dorongan untuk memelihara dan
mendidik anak-anak mereka.
Dorongan
naluri melestarikan keturunan terbagi manjadi 2 dorongan :
1) Dorongan
seksual
2) Dorongan
keibuan
Dengan adanya tiga naluri tersebut, maka setiap
kebiasaan, tindakan dan sikap manusia yang dilakukannya setiap hari mendapat
dorongan atau digerakkan oleh oleh tiga naluri tersebut.Sebagai manusia, fitrah
kita cenderung mengarah kepada hal-hal yang baik dan terpuji. Namun, karena
manusia diberi akal, nafsu, dan syahwat. Tetapi karena manusia memiliki hawa
nafsu, maka dari itulah derajat manusia lebih tinggi dari pada malaikat,
syetan, bahkan semua makhluk ciptaan Allah.
Karena di
dalam hadis, Nabi bersabda bahwa golongannyalah yang dapat menyamakan derajat
pahalanya dengan nabi-nabi sebelum Nabi. Itu karena golongan Nabi Muhammad
tidak melihat dan menjumpai nabinya, melainkan hanya menjumpai apa yang telah
ditinggalkan, yaitu Al-Quran dan Hadis.Sebagaimana dalam Al-Quran yang isinya
“Telah aku tinggalkan 2 perkara, di mana jika kalian mengikutinya, kalian tidak
akan tersesat, yaitu kitabillah (Al-Quran) dan sunnati Nabi (hadis Nabi)”.
Sampai ada istilah manusia itu ada di antara setan dan malaikat karena memiliki
potensi berbuat baik dan berbuat buruk.
Sepanjang
menjalani hidup, manusia pasti tidak akan luput dari perbuatan salah. Akan
tetapi, sebaik-baiknya manusia ialah yang berbuat salah dan bisa manobatiobati.
Sebagaimana yang terdapat dalam Al-Quran, yang artinya “Setiap anak turunnya
nabi Adam pasti melakukan kesalahan, sebaik-baiknya kesalahan, yaitu ditobati”.
Namun, jika
perbuatan itu melanggar aturan Allah dan Rasul-Nya, dapat dikategorikan sebagai
orang yang berakhlak tercela atau buruk. Yang mana kita telah mengetahui orang
yang melakukan perbuatan yang tercela atau buruk, Allah selalu memberikan
balasan yang jelek pula.
Seperti di
dalam Al-Quran surat An-Nisa’ ayat 14 yang artinya “Barang siapa yang menentang
Allah, Rasul, dan melanggar aturan-aturan-Nya, maka dia akan dimasukkan ke
dalam neraka, dan mereka kekal di dalam neraka”.
Di dalam
hadis Nabi bersabda bahwa di dalam neraka adalah seburuk-buruk tempat
kembali. Di dalam hadis itu juga diterangkan bahwa api yang ada di neraka itu berwarna hitam, itu
karena begitu panasnya di dalam neraka.
Orang yang
masuk ke dalam neraka adalah orang-orang yang berdosa, baik itu dosa kecil
maupun dosa besar. Di zaman sekarang, baik dosa kecil maupun dosa besar,
tingkat ketakutannya itu hampir tidak ada. Banyak orang yang meninggalkan solat
dengan sengaja, tidak berzakat, minum minuman yang memabukkan atau dalam
Al-Quran disebut khomr, pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan, dan
masih banyak lagi.
Itulah
pekerjaan syetan yang selalu mengganggu anak turun Adam supaya mereka banyak
yang masuk ke dalam neraka. Dan, Allah pun telah meridhokan syetan untuk
mengganggu sebanyak-banyaknya untuk dijerumuskan ke dalam neraka.
Adapun
syetan itu lebih pintar untuk menggoda anak Adam karena syetan telah hidup
berabad-abad tahun. Padahal dalam Al-Quran telah dijelaskan dalam surat Bani
Israil yang artinya, ”Dan janganlah kalian mendekati zina karena zina itu adalah
sejelek-jeleknya perbuatan”.
Tetapi jika
kita sebaliknya, jika kita taat, maka kita akan dimsukkan ke dalam surga.
Seperti dalam surat An-Nisa’ ayat 13 yang artinya, “Barang siapa yang taat
kepada Allah dan rasul, maka dia akan dimasukkan ke dalam surga, yang mana
mereka kekal selamanya di sana”.
Seperti kita
telah ketahui bahwa surga adalah senikmat-nikmatnya tempat. Semua orang pasti
ingin ke sana. Orang-orang yang masuk ke dalam surga ini jelaslah bukan
orang-orang yang senang berbuat tercela. Mereka adalah orang-orang yang selalu
berbuat kebajikan dan ikhlas dengan niat karena Allah.
·
Potensi Diri Menurut Al-Qur’an
Di dalam kitab suci Al-Qur’an ada banyak penjelasan yang
membahas tentang manusia dan makna filosofis dari penciptaannya (Allah SWT). Manusia
merupakan makhluk yang sempurna dan sebaik-baik ciptaan yang dilengkapi dengan
akal,pikiran dan nafsu.
Murthada Mutahhari menjelaskan pandangan Al-Qur’an
tentang manusia, yaitu manusia sebagai suatu makhluk pilihan Tuhan, sebagai
khalifah-Nya di bumi, serta sebagai makhluk semi samawi dan semi duniawi yang
didalam dirinya ditanamkan sifat mengakui Tuhan, bebas terpecaya, rasa tanggung
jawab terhadap dirinya maupun alam semesta, langit dan bumi. Akan tetapi manusia sering melupakan hakikat kedudukannya sebagai hamba
Allah.
Di dalam kitab suci Al-Quran potensi-potensi manusia dikenalkan
dengan berbagai macam kata-kata untuk
memahami manusia secara mendalam yaitu al-insan,al-ins,al-basyar,al-nas,dan Bani Adam.
Kata insan
jika berasal
dari kata anasa mempunyai arti melihat, mengetahui dan minta izin. Pengertian
ini menunjukkan adanya potensi untuk dapat dilihat pada diri manusia, artinya
manusia merupakan makhluk yang dapat diberikan ilmu pengetahuan. Kemudian
kata insan bila dilihat dari asal kata nasiya yang artinya lupa,
menunjukkan bahwa manusia merupakan makhluk yang bisa melakukan dari lupa
dan salah.
Al-Ins
hampir semua bersanding dengan kata Al-Jin namun dua kata ini memiliki arti yang berbeda dan
berlawanan. Kata Al-Jin dalam Al-Qur’an menerangkan suasana yang mencekam dan
mengerikan, kebuasan, dan kacau, sedangkan Al-Ins bermakna
kelembutan, jinak, dan kedamaian. Dalam mu’jam ghorib al-quran lil ashfahani
ditambahkan bahwa al-ins berarti berbeda juga dari sekelompok orang. Dikatakan
seperti itu karena banyaknya sifat ramah atau senangnya. Oleh karena itu
dikatakan hewan yang jinak. Dari pengertian tersebut menunjukkan bahwa manusia berpotensi untuk
bertingkah laku yang lembut Dan labih senang dengan keadaan damai.
Kata basyar adalah jamak dari kata basyarah
yang artinya permukaan kulit kepala, wajah, dan tubuh yang menjadi tempat
tumbuhnya rambut. kata Al-Basyar ini dinyatakan dalam alqur’an sebanyak
36 kali yang tersebar dalam 26 surat. Pemaknaan manusia dengan
al-basyar memberikan pengertian bahwa manusia adalah makhluk biologis serta
memiliki sifat-sifat yang ada di dalamnya, seperti makan, minum,berjalan, dan lain2 yang bersifat
jasmaniah.
Dari
pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa manusia, dilihat dari kaitannya
dengan kata insan, merupakan makhluk yang berpotensi. Kemudian jika dikaitkan
dengan kata basyar, manusia satu dengan lainnya merupakan makhluk yang sama
dari aspek lahiriyahnya, yaitu makhluk yang memiliki kesamaan dalam bentuk
tubuh, makan dan minum dari sumber yang sama dari alam ini, sama mengalami
pertumbuhan dan perkembangan dan pada akhirnya akan menemui ajalnya, kembali
kepada Sang pencipta. Jadi pada dasarnya manusia memiliki potensi jasmani dan rohani. Potensi
jasmani mengacu pada kata basyar dan potensi rohani mengacu pada kata insan.
Dengan potensi tersebut mampu menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi,
sebagai pendukung, penerus dan pengembang kebudayaan.
Kata Al-Nas
juga menerangkan di dalam Al-Qur’an yaitu untuk menunjukkan kepada makna lawan dari binatang buas.
Ia diartikan sebagai makhluk yang senantiasa tunduk dan patuh pada allah. Kata ini
menunjukkan kepada karakteristik manusia senantiasa berada dalam keadaan labil.
Hal ini
menggambarkan bahwa potensi manusia yang bisa untuk patuh kepada aturan-aturan allah,
juga bisa labil dan menjadi pembangkang. namun hanya
sebagian manusia yang mau memmpergunakannya sesuai dengan ajaran Tuhannya.
Sedangkan sebagian yang lain menggunakan potensi tersebut untuk menentang aturan-aturan tuhan.
Dalam Al-Qur’an istilah bani adam disebutkan
sebanyak 7 kali dalam 7 ayat (Abdul Mukti Ro’uf: 2008). Adapun kata bani adam
yang berarti anak Adam atau keturunan Adam, digunakan untuk menyatakan manusia
bila dilihat dari asal keturunannya (Quraish Shihab: 1996). bani Adam menunjuk pada arti manusia secara umum
(Nizar: 200). Dalam al-qur’an kata bani adam merupakan anjuran sekaligus peringatan Allah kepada anak adam dalam rangka
memuliakan keturunan Adam dibanding makhluk-Nya yang lain agar saling bersatu, berbudaya, dan
beribadah. Dari keterangan tersebut dapat dilihat bahwasanya manusia itu
berpotensi untuk saling bersatu dan berbudaya dalam suatu kesatuan.
I.
Aplikasi Potensi
Diri dalam Lingkup Ekonomi
Adapun implementasi potensi diri dalam
ilmu ekonomi dapat dilihat dari praktek wirausaha yang sering dilakukan oleh
masyarakat, tidak terkecuali oleh mahasiswa yang masih aktif kuliah. Disini
kami akan sedikit membahas tentang potensi diri dalam kewirausahaan.
Potensi diri merupakan
kemampuan, kekuatan, baik yang belum terwujud maupun yang telah terwujud, yang
dimiliki seseorang, tetapi belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara
maksimal. Jadi kalau dihubungkan dengan kewirausahaan berarti kemampuan,
kekuatan yang dimiliki seseorang dalam berusaha atau melakukan suatu usaha.
Secara umum, potensi dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
·
Kemampuan
dasar, seperti tingkat intelegensi, kemampuan abstraksi, logika dan daya
tangkap.
·
Etos kerja, seperti ketekunan,
ketelitian, efisiensi kerja dan daya tahan terhadap tekanan.
·
Kepribadian, yaitu pola
menyeluruh semua kemampuan, perbuatan, serta kebiasaan seseorang, baik
jasmaniah, rohaniah, emosional maupun sosial yang ditata dalam cara khas di
bawah aneka pengaruh luar.
Menurut Howard Gardner, potensi yang terpenting adalah intelegensi, yaitu
sebagai berikut:
1.
Intelegensi
linguistik, intelegensi yang menggunakan dan mengolah kata-kata, baik lisan maupun
tulisan, secara efektif. Intelegensi ini antara lain dimiliki oleh para
sastrawan, editor, dan jurnalis.
2.
Intelegensi
matematis-logis, kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan pada kepekaan
pola logika dan perhitungan.
3.
Intelegensi
ruang, kemampuan yang berkenaan dengan kepekaan mengenal bentuk dan benda secara
tepat serta kemampuan menangkap dunia visual secara cepat. Kemampuan ini
biasanya dimiliki oleh para arsitek, dekorator dan pemburu.
4.
Intelegensi
kinestetik-badani, kemampuan menggunakan gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan
perasaan. Kemampuan ini dimiliki oleh aktor, penari, pemahat, atlet dan ahli
bedah.
5.
Intelegensi
musikal, kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati
bentuk-bentuk musik dan suara. Kemampuan ini terdapat pada pencipta lagu dan
penyanyi.
6.
Intelegensi
interpersonal, kemampuan seseorang untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan,
motivasi, dan watak temperamen orang lain seperti yang dimiliki oleh seseorang
motivator dan fasilitator.
7.
Intelegensi
intrapersonal, kemampuan seseorang dalam mengenali dirinya sendiri. Kemampuan ini
berkaitan dengan kemampuan berefleksi (merenung) dan keseimbangan diri.
8.
Intelegensi
naturalis, kemampuan seseorang untuk mengenal alam, flora dan fauna dengan baik.
9.
Intelegensi
eksistensial, kemampuan seseeorang menyangkut kepekaan menjawab persoalan-persoalan
terdalam keberadaan manusia, seperti apa makna hidup, mengapa manusia harus
diciptakan dan mengapa kita hidup dan akhirnya mati.
Potensi diri sebaiknya dikembangkan
dengan cara berusaha dengan keras. Karena potensi ini tidak akan berpengaruh
bila kita tidak berusaha untuk mengembangkan dan mewujudkanya.
TUJUAN DAN PERENCANAAN DIRI
A. Tujuan Dan Perencanaan Diri
Kebanyakan orang merasa bahwa lingkup
tindakan mereka dibatasi oleh tembok-tembok pembatas yang tak terbilang
jumlahnya. Namun, kita kerap hanya menerima bahwa ada pembatasan-pembatasan,
tanpa memeriksa apakah pada kenyataannya pembatasan-pembatasan itu
sungguh-sungguh ada. Kita perlu mengetahui berap besar kebebasan yang kita
miliki atau yang dapat kita peroleh (Stewart: 1998), salah satunya adalah
dengan melakukan manajemen diri.
Manajemen diri jika dihubungkan dengan
perencanaan strategi adalah berarti apa yang diinginkan seseorang di masa
mendatang dan bagaimana cara mencapainya. Ini berarti seseorang harus mampu
mengendalikan dan mengelola masa depan yang terbaik bagi dirinya melalui proses
dan langkah-langkah terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Proses ini
melibatkan berbagai pilihan mendasar tentang masa depan kehidupan yang akan
dilalui, yaitu pilihan yang berkaitan dengan misi atau tujuan yang ingin dicapai
dalam hidup ini, upaya atau tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan hidup, bagaimana memanfaatkan kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri (strengths
and weaknesses) maupun berbagai peluang dan ancaman (opportunities and
threats).
Visi yang kita rancang dan kita bangun
harus senantiasa divisualisasikan dengan pikiran. Karena jika gambaran tentang
masa depan kita telah sangat jelas, maka berarti kita ikut mengambil bagian
dalam proses mewujudkan masa depan kita menjadi kenyataan. Sebab pikiran bawah
sadar kita adalah lahan yang subur dan pikiran sadar kita adalah petaninya. Apa
yang kita tanam itulah yang akan kita tuai, sehingga lama-kelamaan gambaran
yangjelas akan tertanam dengan kuat serta tumbuh subur dalam pikiran bawah
sadar, yang pada gilirannya akan mewujud menjadi realitas.
Dalam proses membangun visi, paling
tidak ada tiga kekuatan yang harus diperhatikan yaitu misi hidup, kekuatan dan
kelemahan serta berbagai peluang dan ancaman yang dihadapi. Misi hidup adalah
semacam orientasi yang akan dicapai dan yang dijadikan komitmen. Seseorang yang
hidup tanpa tujuan adalah bagaikan kapal tanpa kemudi. Dia akan
terkatung-katung dan tidak menuju ke suatu tempat, dan akhirnya akan terdampar
di pantai keputusasaan, kekalahan dan kesedihan.
Jadi sesungguhnya manajemen diri
strategi adalah upaya secara terus menerus untuk mewujudkan visi dan misi hidup
melalui serangkian aksi atau tindakan yang sesuai dengan kekuatan dan
kelemahan, serta peluang dan ancaman yang senantiasa dihadapi. Sementara itu,
konsep kepemimpinan dalam manajemen diri adalah berupa pendekatan baru tentang
bagaimana seseorang dapat mengoptimalkan potensi diri dan kemampuan
berinteraksi dengan orang lain. Kepemimpinan lebih diartikan sebagai kemampuan
untuk memimpin dan mengelola diri sehingga dapat memberi kontribusi bagi
penciptaan sinergi untuk mencapai tujuan atau sasaran tim. Hal ini mengandung
konsep bahwa setiap individu dalam tim yang memberikan kontribusi terhadap
penciptaan sinergi untuk mencapai tujuan bersama adalah seorang pemimpin.
B.
Self Management Dalam Membangun
Potensi Diri
Peran manajemen dalam kehidupan manusia
sangat besar, dalam praktiknya dirasakan bahwa antara manajemen dengan potensi
manusia sepertinya sulit dipisahkan. Hampir seluruh cita-cita; apakah itu cita-cita
perorangan (individu), cita-cita kelompok masyarakat, atau cita-cita suatu
bangsa, hanya mungkin dicapai melalui manajemen yang benar, baik itu organisasi
pribadi, sosial, perusahaan, kenegaraan maupun internasional. Semuanya itu
memerlukan pengelolaan yang handal.
Untuk melakukan pembinaan dasar dari
potensi manusia sebetulnya pertama kali harus dimulai dari dalam lingkungan
keluarga, kemudian ditingkatkan melalui pendidikan formal dan informal (Suit:
2006). Dalam lingkungan keluarga inilah, manusia menerima didikan sejak masih
bayi. Hal ini sesuai dengan hadits Rasululullah SAW yang menyatakan bahwa
"setiap anak yang dilahirkan itu adalah dalam keadaan fitrah, tergantung
kepada kedua orang tuanya untuk menjadikan dia Yahudi, Majusi atau Nasrani".
Manusia pada usia kanak-kanak sangat
mudah menerima (meniru) berbagai macam perilaku yang dilihatnya dalam
lingkungan sehari-hari, Oleh karena itu orang tua dan lingkungan harus
memberikan contoh-contoh perilaku yang baik agar pembiasaan berperilaku yang
baik dapat tertanam sejak dini sebagai modal dalam menjalani kehidupan, seperti
terbiasa menghargai waktu, disiplin, berpikir, bekerja dengan sungguh-sungguh
serta memiliki rasa percaya diri, dan kebiasan positif lainnya. Karena manusia
adalah makhluk yang dibentuk oleh kebiasaannya (Leavitt: 2002), maka
pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan oleh orang tua dan lingkungan kepada anak
tersebut adalah merupakan dasar pijakan terbentuknya manajemen diri (self
management) dalam pribadi seseorang.
Kalau dalam tubuh organisasi dibutuhkan
manajemen, maka demikian pula halnya dengan individu. Dalam kehidupan individu
diperlukan manajemen untuk menata perilaku diri agar menjadi manusia
seutuhnya-insan rabbani, yang mampu memimpin dan memenej diri serta menyelesaikan
berbagai permasalahan menyangkut perilaku kehidupan pribadi dan umatnya.
Manajemen diri ini diperlukan karena
tidak sedikit perbuatan atau perilaku diri manusia yang menyimpang dari apa
yang diinginkan hati nuraninya, dengan alasan yang tidak jelas. Misalnya,
seseorang mengetahui bahwa perbuatan itu dilarang karena dapat merusak, baik
terhadap dirinya maupun terhadap orang lain, namun tetap dia kerjakan,
sebaliknya dia mengetahui bahwa perbuatan itu perlu dikerjakan karena
bermanfaat bagi dirinya maupun bagi kehidupan orang lain, tetapi tidak
dikerjakannya.
Bentuk manajemen yang ada pada individu
adalah pengendalian diri dalam memenuhi keinginan hati nurani, sesuai dengan
pengetahuan yang dimiliki. Pengendalian diri tersebut akan dipengaruhi oleh
kebiasaan hidup, karena lebih dari 95 % keberhasilan seseorang dalam kehidupan
dan pekerjaan ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang diIakukan sepanjang
waktu (Aribowo: 2002). Suatu pembiasaan akan dapat menjadi kebiasaan jika dan
hanya jika melalui latihan dan pengulangan terus menerus. Disinilah terlihat
bahwa latihan dan pengulangan adalah kunci untuk menguasai keterampilan apapun
termasuk yang berhubungan dengan manajemen diri.
Kebiasaan membuat prioritas, mengatasi
penundaan, dan menyeIesaikan terlebih dahulu tugas kita yang sangat penting
merupakan sebuah keterampilan mental tersendiri. Kebiasaan-kebiasaan ini dapat
dipelajari melalui praktik dan pengulangan terus-menerus sampai tertanam dalam
pikiran bawah sadar dan menjadi bagian permanen dari perilaku. Sekali hal
tersebut menjadi kebiasaan, maka untuk melakukan hal selanjutnya akan menjadi
otomatis dan mudah.
Pikiran kita itu seperti halnya otot
tubuh kita, yang akan menjadi semakin kuat dan mampu malakukan apapun jika
sering digunakan. Dengan berlatih kita dapat belajar untuk membentuk kebiasaan
apapun atau mengubah perilaku apapun yang kita pandang perlu untuk mencapai
sasaran dalam hidup. Dalam hal ini maka paling tidak ada tiga hal yang perIu
kita perhatikan dalam mengembangkan kebiasaan, yaitu keputusan (decision), kedisiplinan
(discipline) dan tekad serta kegigihan (determination).
Dalam menggali dan mendayagunakan
potensi secara terarah dan produktif diperlukan pengelolaan, pengurusan dan
pengaturanserta pemanfaatan potensi diri. Pekerjaan penggalian dan
pendayagunaanpotensi tersebut harus dilakukan oleh individu itu sendiri
lewatmanajemen diri yaitu dengan cara mengetahui kekuatan dan kelemahanyang ada
pada diri (strengths and weaknesses) maupun berbagai peluangdan ancaman (opportunities
and threats) serta pembiasaan, sebab denganmengetahui potensi diri,
seseorang akan mudah untuk mengambillangkah selanjutnya, misalnya mengetahui
kalau dirinya lemah dalamhal bahasa, maka dengan mudah seseorang tersebut
mengambil berbagaialternatif atau cara dalam menguasai bahasa yang belum
dikuasaidengan belajar dan latihan, yang pada akhirnya kelemahan yang adapada
dirinya dapat diperkecil dan akan membawa seseorang tersebut kedalam
kesuksesan.
Hal tersebut di atas dapat pula
diterapkan dalam pengembangan diri seorang individu, Dalam melakukan
pengembangan diri, seseorang hendaknya terlebih dahulu mengetahui konsep diri
dan analisis potensi diri, karena dengan konsep diri yang jelas, akan dapat
diketahui secara terfokus apa yang dapat dikontribusikan, sebab seorang pribadi
akan dapat berperan secara efektif bila mampu menampilkan dengan baik dan benar
siapa sesungguhnya dirinya (who he is) dan apa yang dapat ia lakukan (what
he can).
Visi dan misi seseorang adalah merupakan
konsep diri atau pribadi. Potensi yang melekat pada diri seseorang selanjutnya
dapat dianalisis lebih dalam untuk mengetahui SWOT diri dengan baik. SWOT bukan
hanya berlaku dalam manajemen, tetapi juga bagi individu. Dalam menyusun SWOT
diri haruslah benar-benar objektif. Terkadang ada satu kelebihan yang dimiliki
yang sekaligus sebagai kelemahan. Ada juga ancaman yang dapat berubah menjadi
peluang.
Potensi seseorang dapat dikembangkan
dengan baik manakala individu tersebut telah mengetahui kelebihan, kelemahan,
maupun peluang dan ancaman yang ada pada dirinya. Kemudian dengan kesungguhan
dan latihan mulailah rnengambil langkah-langkah yang dapat mencapai tujuan yang
diinginkan. Seseorang harus mampu mengendalikan dan mengelola masa depan yang
terbaik bagi dirinya melalui proses dan langkah-langkah terbaik untuk mencapai
tujuan tertentu. Proses ini melibatkan berbagai pilihan mendasar tentang masa
depan kehidupan yang akan dilalui, yaitu pilihan yang berkaitan dengan misi
atau tujuan yang ingin dicapai dalam hidup ini, upaya atau tindakan apa yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan hidup, bagaimana memanfaatkan kekuatan
dan kelemahan yang ada pada diri (Strenght and weaknesses) maupun
berbagai peluang dan ancaman (opportunities and threats) yang akhirnya
akan menuai kesuksesan.
Aribowo (2002) mengemukakan, dalam
mengembangkan reinventing hidup kita, ada tujuh pokok yang perlu
diperhatikan, yaitu:
- Menetapkan secara jelas misi hidup kita
- Mengenali kekuatan dan kelemahan kita, maupun berbagai peluang dan ancaman yang kita hadapi
- Menetapkan perencanaan strategi tentang apa yang diinginkan dan bagaimana mencapainya
- Menetapkan tujuan atau sasaran berdasarkan jangka waktu tertentu
- Membangun kerjasama tim dalam jaringan kehidupan (keluarga, teman, rekan kerja, dll) untuk membantu pencapaian misi dan tujuan hidup kita.
- Senantiasa fokus terhadap arah dan sasaran kita
- Senantiasa bekerja dengan cerdas (work smart) dalam upaya pencapaian tujuan hidup kita.
Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa
dengan manajemen diri yang baik, maka seseorang akan dapat menggali dan
mengembangkan sumber daya yang ada pada dirinya. Perlunya manajemen diri ini
juga dapat dilihat implikasinya pada organisasi atau kelompok, karena setiap
manusia pada dasarnya adalah pemimpin, memimpin dirinya sendiri dan orang lain
yang ada di sekitarnya untuk mencapai tujuan bersama. Memimpin berarti
membangun sebuah tim yang dapat secara efektif dan efisien meraih sasaran yang
tepat. Fungsi seorang pemimpin adalah membangun tim yang dapat menghasilkan
sinergi, yaitu suatu momen dimana ketika seluruh tim bergerak sebagai satu
kesatuan, semua energi tim berdenyut dalam kesatuan, kesearahan dan harmonis
mengalir tak terbendung kearah sasaran atau tujuan bersama.
Pengelolaan diri sangat urgen bagi
setiap individu dan merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki bagi
seorang pemimpin sebagaimana yang dikemukakan oleh Goleman bahwa salah satu
kompetensi yang harus dimiliki oleh pemimpin adalah pengelolaan diri, yang
didalamnya mencakup pengendalian diri, transparansi, kemampuan menyesuaikan
diri, memiliki standar prestasi yang tinggi (prestasi), penuh inisiatif dan
selalu optimis (Goleman et al: 2004).
C.
Manfaat
Tujuan dan Perencanaan Diri
- Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan.
- Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami.
- Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti.
- Manajer dapat memahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas
- Standar pelaksanaan dan pengawasan
- Pemilihan berbagai alternative terbaik
- Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan
- Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi
- Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan
- Memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait
- Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
Banyak orang yang mengalami kegagalan
dalam beberapa fase hidup ini, maupun dalam merealisasikan keinginan dan
rencana-rencana yang mereka buat. Kita mengetahui bahwa kegagalan itu hanyalah
hal biasa, yang pasti dialami oleh setiap orang untuk menguji konsistensi diri
kita dan kesabaran kita. Namun, tentu harus ada usaha untuk meminimalisir
ataupun meniadakan kegagalan tersebut.
Setiap pribadi yang sukses adalah
orang-orang yang memiliki kemampuan untuk memanajemen dirinya dengan baik.
Karena kesuksesan akan sulit dicapai jika seseorang tidak memiliki tujuan hidup
yang jelas dan konsep diri yang jelas. Banyak orang yang salah persepsi tentang
arti kesuksesan. Kesuksesan menurut mereka hanya kesuksesan di dunia saja,
dimana mereka mendapatkan segala apa yang diinginkan dari harta, jabatan,
ketenaran, dan pria atau wanita yang mereka inginkan. Namun disisi lain mereka
kadangkala melupakan bahwa kesuksesan mereka berdiri di atas kesengsaraan orang
lain. Oleh karena itu perlu didefinisikan apa sebenarnya arti sebuah
kesuksesan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sukses berarti berhasil atau
beruntung. Kesuksesan berarti keberhasilan atau keberuntungan.
Menurut John C. Maxwell sukses adalah
mengetahui apa tujuan hidup anda; bertumbuh untuk mencapai kemampuan maksimal
anda; dan menabur benih untuk memberikan manfaat kepada lainnya. Hendry
Wadsorth menyebutkan sukses sebagai melakukan apa yang dapat anda kerjakan
dengan baik dan melakukan sebaik-baiknya apa yang anda kerjakan.
D. Tujuan dan Perencanaan Diri Dalam Perspektif Islam
Konsep manajemen diri dalam islam adalah
bagaimana seseorang mampu mengelola diri dalam berbagai hal. Kaitannya dengan
manajemen diri seseorang hendaknya merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan dan mengadakan evaluasi terhadap dirinya sesuai petunjuk Allah
SWT. Perencanaan berkaitan dengan apa yang akan dilakukan, baik berhubungan
dengan pekerjaannya, pergaulannya, serta berhubungan dengan penghambaan kepada
Allah. Pengorganisasian diri berkaitan dengan bagaimana cara seseorang dalam mengatur
pelaksanaan dari perencanaan yang telah dibuat. Pelaksanaan merupakan proses
dalam melaksanakan rencana yang sudah terorganisir. Sedangkan evaluasi yaitu
proses untuk menghindari kesalahan dan kegagalan pelaksanaan dari
perencanaan.Seperti telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Hasr yang
berbunyi:
$pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# öÝàZtFø9ur Ó§øÿtR $¨B ôMtB£s% 7tóÏ9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# 7Î7yz $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ÇÊÑÈ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan” (QS. Al-Hasyr: 18).
Ayat diatas menjelaskan bahwa manajemen
diri dalam islam sebenarnya sangat signifikan dalam membentuk manusia
berakhlakul karimah, dengan membantu seseorang menjaga atau mencegah timbulnnya
berbagai masalah bagi dirinya sendiri, membantu individu memecahkan berbagai
persoalan, membantu individu untuk menjaga agar situasi dan kondisi menjadi
lebih baik, sehingga tercapai kebahagiaan di dunia maupun akhiratnya.
Rasulullah
SAW bersabda:
“Sesungguhnya
Allah mencintai orang yang apabila melakukan sesuatu, dia melakukan dengan
sebaik-baiknnya”
(HR. Al-Baihaqi).
Hadits diatas menerangkan bahwa orang
yang paling dicintai Allah adalah orang yang di setiap melakukan sesuatu, dia
lakukan dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini perlunya pengelolaan (manajemen)
dalam membentuk kepribadian individu. Keterampilan perencanaan membuat anda
mampu mengatasi tantangan berat yang anda hadapi. Dengan belajar, melakukan
lebih banyak dengan sumber yang lebih sedikit, anda dapat mengatasi
perubahan-perubahan yang mungkin terjadi (Capezio: 2004). Seseoranng dengan
perencanaan yang matang, pengorganisasian yang terstruktur, hingga pelaksanaan
yang baik, akan menghasilkan sesuatu yang lebih maksimal dibandingkan dengan
sesuatu yang diperoleh tanpa adanya persiapan terlebih dahulu.
E.
Aplikasi Tujuan
dan Perencanaan Diri dalam Lingkup Ekonomi
Adapun penerapan Tujuan
dan Perencanaan dalam Lingkungan Kerja dapat dilihat dari Visi dan Misi
Perusahaan atau Organisasi. Dalam sebuah perusahaan atau organisasi visi
merupakan sebuah tujuan, sedangkan misi adalah langkah-langkah yang
direncanakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Adanya visi dan misi
merupakan syarat wajib bagi sebuah perusahan atau organisasi.
Setiap perusahaan memiliki visi dan misi yang berbeda, semua tergantung tujuan
yang akan dicapai oleh masing-masing perusahaan. Biasanya visi dan misi dibuat
saat perusahaan sedang akan dibangun, karena visi dan misi perusahaan menjadi
landasan dasar bagi sebuah perusahaan. Oleh karena itu tak perlu ditanyakan
lagi, bahwa peranan visi dan misi perusahaan sangatlah penting (Redaksi bisnis
ukm: 2010).
Tanpa adanya visi dan
misi, sebuah perusahaan tidak akan bisa mencapai tujuan yang diimpikan. Contoh
mudahnya, kita misalkan membangun perusahaan sama halnya dengan memulai sebuah
perjalanan. Sebelum memulai perjalanan, Anda tentukan terlebih dahulu kota
tujuan Anda. Tanpa memiliki tujuan tempat atau kota yang akan dikunjungi, orang
tersebut tidak akan pernah beranjak kemanapun. Sama halnya dengan perusahaan
yang belum memiliki visi, perusahaan tersebut juga belum bisa bergerak
kemanapun karena belum memiliki tujuan usaha.
Tak kalah pentingnya
dengan visi, misi perusahaan juga berpengaruh terhadap perjalanan perusahaan.
Jika perusahaan tidak memiliki misi, keadaannya akan sama dengan orang yang
sudah memiliki kota tujuan ( misalnya : perjalanan ke kota Jogja ) namun belum
memiliki rencana sarana transportasi yang akan digunakan dan kapan waktu
keberangkatan. Sehingga perjalanan menuju Jogja hanya sekedar angan-angan, yang
belum bisa diwujudkan.
Dari contoh diatas
dapat di ambil kesimpulan bahwa tanpa adanya visi dan misi perusahaan yang saling
bersinergi, mustahil rasanya bila sebuah perusahaan dapat berjalan. Maka bagi
Anda yang berminat untuk membuka usaha baru, siapkan pondasi
bisnis Anda dengan membuat visi dan misi yang kuat.
Dalam
hal pencapaian suatu tujuan di perlukan suatu perencanaan dan tindakan nyata
untuk dapat mewujudkannya, secara umum bisa di katakan bahwa visi dan misi
adalah suatu konsep perencanaan yang disertai dengan tindakan sesuai dengan apa
yang di rencanakan untuk mencapai suatu tujuan.
Setiap organisasi perlu
melakukan suatu perencanaan dalam setiap kegiatan organisasinya, baik
perencanaan produksi, perencanaan rekrutmen karyawan baru, program penjualan
produk baru, maupun perencanaan anggarannya. Perencanaan (planning)
merupakan proses dasar bagi organisasi untuk memilih sasaran dan menetapkan
bagaimana cara mencapainya. Oleh karena itu, perusahaan harus menetapkan tujuan
dan sasaran yang hendak dicapai sebelum melakukan proses-proses perencanaan.
Dalam ilmu manajemen
Perencanaan merupakan fungsi yang paling dasar dari fungsi manajemen lainnya
Fungsi perencanaan dan fungsi-fungsi serta kegiatan-kegiatan manajerial lainnya
adalah saling berhubungan, saling tergantung dan berinteraksi (Arie:
2009):
·
Pengorganisasian (organizing).
Perencanaan menunjukkan cara dan perkiraan bagaimana mengorganisasikan sumber
daya-sumber daya organisasi untuk mencapai efektivitas paling tinggi.
·
Pengarahan (directing).
Perencanaan menentukan kombinasi paling baik dari sumber daya-sumber daya yang
diperlukan untuk mengarahkan, mempengaruhi dan memotivasi karyawan.
·
Pengawasan (controlling).
Perencanaan dan pengawasan saling berhubungan erat. Pengawasan bertindak
sebagai kriteria penilaian pelaksanaan kerja terhadap rencana.
Ada dua alasan dasar perlunya perencanaan:
1.
untuk mencapai “protective
benefits” yang dihasilkan dari pengurangan kemungkinan terjadinya kesalahan
dalam pembuatan keputusam
2.
untuk mencapai “positive
benefits” dalam bentuk meningkatnya sukses pencapaian tujuan organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Uqshari, Yusuf. 2005. Bebaskan Diri Anda. Jakarta: Gema Insani
Al-Uqshari, Yusuf. 2005. Percaya Diri Pasti. Jakarta: Gema Insani
Aribowo.
2002. Self Management. Makalah Pasca Sarjana UNY. tidak dipublikasikan.
Yogyakarta.
Balke,
Ellen. 2003. Know Your Self. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.
Capezio,
Peter. 2004. Powerful Planning Skills: Membayangkan Masa Depan dan
Mewujudkannya. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.
Cenaya.
2008. Pengembangan Potensi Diri.
Diambil dari wordpress.com. pada 5 September 2016.
Goleman,
Daniel et.al. 2004. Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hakim. T. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri.
Jakarta : Purwa Suara
Hakim. T.2005. Mengatasi
Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta : Purwa Suara.
http://portalhr.com/tips/6-langkah-membangun-kepercayaan-diri-karyawan/.
Diakses pada jum’at, 09 Des 2016 pukul 05.06 WIB
http://www.marketing.co.id/pentingnya-rasa-percaya-diri-dalam-dunia-kerja/.
Diakses pada jum’at, 09 Des 2016 pukul 04.55 WIB.
Islahulben, 2014, Mengenal Potensi Diri, Jurnal Nasional,
vol.06
Jawwad,
M. A. Abdul. 2004. Kiat Sukses Menyusun Target. Bandung: PT
Syaamil Cipta Media.
Lauter, P. 2002. Tes Kepribadian. Jakarta. Gaya Media Pratama
Leavitt,
Harold J. 2002. Psikologi Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Majdi,
Udo Yamin Efendi. 2007. Quranic Quotient.
Jakarta: Qultum Media.
Muhyidin,
Muhammad. 2003. Cara Islami Melejitkan Citra Diri. Jakarta. Lentera.
Nizar, Samsul. 2001. Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta:
Gaya Media Pratama.
Ridha,
Akram. 2006. Menjadi Pribadi Sukses.Bandung: PT Syaamil Cipta Media.
Shihab, Quraish.
1996. Wawasan Al-Quran. Bandung: Mizan.
Sholeh, Abdurrahman. 2009. Pengantar Psikologi dalam
Perspektif Islam. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Slamet,
Tego. 2007. Manajemen Diri dalam Islam. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Stewart,
Aileen Mitchell. 1998. Empowering People: Pemberdayaan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Kanisius.
Suisyanto.
2006. Pengantar Filsafat Dakwah. Yogyakarta: Teras.
Suit,
Jusuf & Almasdi. 2006. Aspek Sikap Mental dalam Manajemen Sumber Daya
Manusia.Bogor: Ghalia Indonesia.
Sulastiana,
Marina. 2010. Pengembangan Potensi Diri. Catatan Diklat Kepemimpinan
Jogja.
Suprapti,
Wahyu. 2010. Pengembangan Potensi Diri. Diambil dari presentasi Badan
Diklat DIY.
Urban. 2003. Bangkit dari
Kegagalan. Yogyakarta: Think.
Wiyono,
Slamet. 2006. Manajemen Potensi Diri.
Jakarta: PT Grasindo.
Wiyono,
Slamet, 2004, Manajemen Potensi Diri,
Jakarta: PT Grasindo.