Pages

Kamis, 30 Maret 2017

TUJUAN DAN PERENCANAAN DIRI






BAB I

PENDAHULUAN


1.1.Pendahuluan

Semua agama, jalan kebenaran, bahkan sains pun diarahkan untuk mengungkap jati diri manusia. Manusia yang mengenali dirinya dengan baik, maka ia akan mampu mengatur kehidupan di dunia ini dengan baik. Orang yang melangkah tanpa tujuan yang jelas, maka hidupnya tidak mempunyai makna. Selain itu orang yang mengalami kegagalan adalah orang yang tidak memiliki tujuan yang jelas dalam hidupnya. Oleh karena itu, manajemen diri merupakan hal yang penting dalam meraih kesuksesan.
Orang yang bertaqwa akan sangat berhati-hati dalam me-manage dirinya. Sementara bekal yang selalu mengiringi ketakwaannya akan menjadikan dirinya sadar bahwa tiada tujuan yang lebih utama dari setiap langkahnya di dunia, melainkan dalam rangka mencari ridha Allah SWT.
Manusia diberi oleh Allah bakat yang berbeda-beda dan unik. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat dikelola untuk semakin didayagunakan, sehingga akhirnya manusia dapat menjadi baik dengan bakat yang dimiliki.
Sesungguhnya manusia diberi potensi emosi yang bisa mendorong dirinya untuk melakukan perbuatan baik maupun jelek. Menghilangkan sama sekali emosi dalam diri seseorang juga tidak baik. Adanya emosi dalam diri seseorang inilah yang menyebabkan ia bersemangat makan ketika lapar, ia menjadi sedih, senang, punya rasa cinta dan sebagainya. Maka yang baik adalah mengendalikan dan mengarahkannya agar ia menjadi motivator ke arah hal yang baik.
Dalam khazanah psikologi manusia memiliki tiga kemampuan yang diperlukan untuk mengelola (manajemen) diri: berpikir rasional (IQ), mematangkan emosi (EQ), dan mengutuhkan spiritualitas (SQ). Jika ketiga kemampuan ini dikelola dengan baik, maka manusia akan menjadi makhluk termulia. Namun jika tidak, maka dikatakan seperti binatang, bahkan lebih rendah daripadanya. Tiga fungsi ini hanya dapat diwujudkan dengan baik jika seseorang memahami bagaimana otak dapat difungsikan.
Jika seseorang telah mampu memahami dan mengenal dengan baik tentang dirinya, baik dari aspek jasmani maupun rohani, maka ia akan dapat merasakan fungsi potensi yang dimilikinya. Kekuatan serta potensi mengenal secara mendalam tentang eksistensi jasmani dan rohani dapat dicapai melalui bimbingan dan pengajaran Allah yang dihasilkan dari esensi ketakwaan dan penghambaan yang sangat tinggi dan suci kepada-Nya. Manusia memiliki kepribadian multidimensi dan unik. Karena keunikannya sampai sekarang masih banyak manusia yang belum dapat mengenali dirinya sendiri secara penuh.
Islam sebagai petunjuk ilahi yang terakhir telah menyiapkan tuntunan yang cukup, baik yang ada dalam Al-Qur’an maupun yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana bimbingan dan konseling Islam yang merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada seseorang, artinya tidak menentukan atau mengharuskan, melainkan sekedar membantu individu.
Keteraturan dalam melaksanakan sesuatu merupakan suasana yang kondusif bagi kehidupan seseorang. Semakin rapi dalam beramal dan semakin baik perencanaannya, akan semakin mempengaruhi seseorang untuk me-manage dirinya, atau minimal tidak mengganggu rencana dan manajemen dirinya.Jalan utama untuk menuju kesuksesan hidup adalah keberhasilan dalam mengatur diri (manajemen diri). Kegagalan dalam mengatur diri akan berakibat pada kegagalan hidup.

1.2.Rumusan Masalah

1.      Apa defenisi manajemen diri?
2.      Bagaimana tujuan dan perencanaan diri?
3.      Bagaimana manajemen diri dalam perspektif islam?

1.3.Tujuan

1.      Mengetahui defenisi manajemen diri
2.      Mengetahui tujuan dan perencanaan diri
3.      Mengetahuimanajemen diri dalam perspektif islam



BAB II

PEMBAHASAN


2.1.Definisi Manajemen Diri

Manajemen diri adalah orang yang mampu untuk mengurus dirinya sendiri. Sedangkan kemampuan untuk mengurus diri sendiri itu dilihat dari kemampuan untuk mengurus wilayah diri yang paling bermasalah. Dan yang paling biasa bermasalah dalam diri itu adalah hati.
Istilah Self Management ataumanajemen diri muncul didasarkan pada keyakinan bahwa manajemen itu diawali dalam kehidupan individu. Menurut Muhyidin (2003: 227) Manajemen diri adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengevaluasian segala sifat dan tindak-tanduk diri kita sendiri dengan subyek pelaksana diri kita dan obyek pelaksana juga diri kita sendiri.
Menurut Akram Ridha (2006: 7), "manajemen diri adalah kemampuanseseorang untuk mengarahkan perasaan dan pemikirannya serta segalakemampuannya untuk menggapai cita-cita dan tujuan dirinya". Lebih lanjut Suit dan Almasdi (2006: 13) mengemukakan manajemen diri adalah suatu organisasi diri yang manajernya adalah hati nurani dan sebagaipelaksananya adalah organ tubuh, penerima perintah yang dipengaruhioleh sikap mental. Salah satu bentuk dari manajemen diri adalahpengendalian diri dalam memenuhi keinginan hati nurani, sesuaipengetahuan yang dimiliki.
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa self management adalah suatu pengelolaan individu terhadap dirinya sendiri. Pengelolaan individu ini tentu saja diawali dari pengenalan terhadap kadar kemampuan atau potensi yang dimiliki seseorang, selanjutnya dianalisis dan dilakukan pengembangan diri. Pengenalan terhadap kadar kemampuan atau potensi diri sangat membantu dalam menentukan atau memposisikan diri secara tepat dalam berbagai situasi kehidupan.
Manajemen diri jika dihubungkan dengan peningkatan kualitas insani adalah adanya usaha untuk memenej hati nurani untuk menemukan kembali fitrah manusia yaitu kembali ke agama Islam, sehingga kualitas kemanusiaan seseorang dapat dipelihara bahkan dapat ditingkatkan dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga mencapai derajat kemanusiaan yang paling tinggi (insan kamil) dan dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi, sehingga terwujudlah pribadi sebagai 'ibadur ar rahman yang istiqamah. Hal ini juga terkait dengan kewajiban dakwah Islam yang mewajibkan umatnya berdakwah sesuai dengan batas-batas kemampuannya, dan batas minimal dari kewajiban dakwah tersebut adalah mendakwahi dirinya sendiri, yaitu membenahi diri atau membenahi hatinya kearah kesempurnaan, yang pada akhirnya dari dirinya itu akan muncul perbuatan yang mengandung nilai teladan (dakwah) bagi orang lain (Suisyanto, 2006:64).
Individu, baik dia sebagai pemimpin atau yang dipimpin harus mampu mengoptimalkan potensi diri yang dimilikinya. Kemampuan untuk mengoptimalkan diri tersebut hanya dapat dilakukan apabila individu tersebut telah memiliki tujuan dan arah hidup yang jelas serta target dalam hidupnya. Urgensi menentukan target individu ini juga dikemukakan oleh Abdul Jawwad (2004: 9) yang menyatakan bahwa "jika kita tidak tahu mau pergi kemana, maka jalan apapun yang akan kita tempuh tidak akan mengantarkan kita".
Pengenalan diri sangat diperlukan, karena melalui pengenalan diri secara intens, seseorang dapat mengenali potensi-potensi yang ada dalam dirinya, dan juga mengenali kelemahan dirinya. Pengenalan terhadap potensi saja tidak cukup, karena tanpa mengenali kelemahan dirinya, potensi akan menjadi ancaman. Keseimbangan dalam mengenali dan memahami diri baik sisi kekuatan dan kelemahan, kebaikan dan keburukan adalah mutlak diperlukan, karena bila tidak maka dapat menjebak seseorang tersebut ke sisi yang tidak menguntungkan. “Anda perlu bertanggung jawab untuk diri anda sendiri dan mengakui diri anda sendiri” (Balke, 2003: 16). Sebagai seorang muslim misalnya, tentu kita mempunyai tujuan hidup yang jelas yaitu untuk mencapai keridhaan Allah dan kebahagiaan dunia serta akhirat. Sehingga apa yang kita lakukan tidak lain hanyalah untuk tujuan tersebut. Namun demikian, tujuan hidup kita tersebut hanya akan tercapai manakala kita mampu melakukan Amar ma'ruf nahimungkar, atau melaksanakan perinyah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Dalam perjalanan hidup dan perputaran waktu yang panjang, tentu kita akan mengalami dan menghadapi perubahan. Salah satu hakikat manajemen diri adalah upaya untuk mempersiapkan diri seseorang untuk menghadapi dan mengendalikan imperative perubahan (Aribowo, 2002:1). Apalagi pada saat sekarang, dimana berbagai krisis multidimensional harus disikapi sebagai bagian dari proses perubahan ttu sendiri.
Menurut pandangan manajemen diri, dalam menghadapi setiap perubahan atau krisis yang terjadi dalam hidup, seseorang harus berusaha untuk tidak menjadi korban atau bersikap reaktif terhadap perubahan tersebut. Seseorang harus menjadi subyek dari perubahan karena esensi manajemen diri adalah bagaimana seseorang mampu mengendalikan dan bahkan menciprakan realiras kehidupan baru yang diinginkan serta mengendalikan arah kehidupan jika terjadi krisis /perubahan

-          Fungsi Self Management
Tidak ada sesuatu yang lebih berat pada diri manusia selain usaha mengendalikan diri, mengubahnya dari sifat tercela dan menggantikannya dengan akhlak yang mulia. Saat ini bisa dilihat manusia berlomba-lomba mengejar materi dan meninggalkan ajaran-ajaran Ilahi. Situasi ini mengakibatkan munculnya berbagai penyakit mental yang berbahaya, yang dapat merugikan kehidupan manusia. Diantara penyakit mental itu adalah ketidakmampuan seseorang dalam mengendalikan diri.
Setiap perilaku atau akhlak seseorang pasti ada karakteristik khusus yang mengatur dan mendorong dari belakang, sehingga seseorang dapat memutuskan perilaku apa yang akan dilakukan, mencapai tingkatan tertentu dengan akhlaknya tersebut dan membatasi diri dalam melakukannya. Dibalik perilaku jelek ada akhlak yang tercela, dan sebaliknya dibalik perilaku yang baik, terdapat akhlak mulia yang mendorongnya untuk berperilaku baik.
Pengendalian diri terletak pada keterampilan dalam mengendalikan suasana hati. Mengendalikan diri dan mengarahkannya agar menjadi motivator kearah yang lebih baik merupakan sesuatu yang perlu dilatih secara terus-menerus dengan memohon bimbingan dari Allah.
Secara umum penegndalian diri adalah faktor yang dapat digunakan untuk mengembangkan diri. Penguasaan diri berarti menyadari akan kemampuan diri dan berusaha mengaktualisasikan dan mengarahkan kepada kreasi yang konstruktif. Penguasaan diri berarti kemampuan untu mengendalikan diri (Slamet:2007).

2.2.Tujuan Dan Perencanaan Diri

Kebanyakan orang merasa bahwa lingkup tindakan mereka dibatasi oleh tembok-tembok pembatas yang tak terbilang jumlahnya. Namun, kita kerap hanya menerima bahwa ada pembatasan-pembatasan, tanpa memeriksa apakah pada kenyataannya pembatasan-pembatasan itu sungguh-sungguh ada. Kita perlu mengetahui berap besar kebebasan yang kita miliki atau yang dapat kita peroleh (Stewart, 1998:35), salah satunya adalah dengan melakukan manajemen diri.
Manajemen diri jika dihubungkan dengan perencanaan strategi adalah berarti apa yang diinginkan seseorang di masa mendatang dan bagaimana cara mencapainya. Ini berarti seseorang harus mampu mengendalikan dan mengelola masa depan yang terbaik bagi dirinya melalui proses dan langkah-langkah terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Proses ini melibatkan berbagai pilihan mendasar tentang masa depan kehidupan yang akan dilalui, yaitu pilihan yang berkaitan dengan misi atau tujuan yang ingin dicapai dalam hidup ini, upaya atau tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan hidup, bagaimana memanfaatkan kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri (strengths and weaknesses) maupun berbagai peluang dan ancaman (opportunities and threats).
Visi yang kita rancang dan kita bangun harus senantiasa divisualisasikan dengan pikiran. Karena jika gambaran tentang masa depan kita telah sangat jelas, maka berarti kita ikut mengambil bagian dalam proses mewujudkan masa depan kita menjadi kenyataan. Sebabpikiran bawah sadar kita adalah lahan yang subur dan pikiran sadar kita adalah petaninya. Apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai, sehingga lama-kelamaan gambaran yangjelas akan tertanam dengan kuat serta tumbuh subur dalam pikiran bawah sadar, yang pada gilirannya akan mewujud menjadi realitas.
Dalam proses membangun visi, paling tidak ada tiga kekuatan yang harus diperhatikan yaitu misi hidup, kekuatan dan kelemahan serta berbagai peluang dan ancaman yang dihadapi. Misi hidup adalah semacam orientasi yang akan dicapai dan yang dijadikan komitmen. Seseorang yang hidup tanpa tujuan adalah bagaikan kapal tanpa kemudi. Dia akan terkatung-katung dan tidak menuju ke suatu tempat, dan akhirnya akan terdampar di pantai keputusasaan, kekalahan dan kesedihan.
Jadi sesungguhnya manajemen diri strategi adalah upaya secara terus menerus untuk mewujudkan visi dan misi hidup melalui serangkian aksi atau tindakan yang sesuai dengan kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan ancaman yang senantiasa dihadapi. Sementara itu, konsep kepemimpinan dalam manajemen diri adalah berupa pendekatan baru tentang bagaimana seseorang dapat mengoptimalkan potensi diri dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Kepemimpinan lebih diartikan sebagai kemampuan untuk memimpin dan mengelola diri sehingga dapat memberi kontribusi bagi penciptaan sinergi untuk mencapai tujuan atau sasaran tim. Hal ini mengandung konsep bahwa setiap individu dalam tim yang memberikan kontribusi terhadap penciptaan sinergi untuk mencapai tujuan bersama adalah seorang pemimpin.

-          Self Management Dalam Membangun Potensi Diri
Peran manajemen dalam kehidupan manusia sangat besar, dalam praktiknya dirasakan bahwa antara manajemen dengan potensi manusia sepertinya sulit dipisahkan. Hampir seluruh cita-cita; apakah itu cita-cita perorangan (individu), cita-cita kelompok masyarakat, atau cita-cita suatu bangsa, hanya mungkin dicapai melalui manajemen yang benar, baik itu organisasi pribadi, sosial, perusahaan, kenegaraan maupun internasional. Semuanya itu memerlukan pengelolaan yang handal.
Untuk melakukan pembinaan dasar dari potensi manusia sebetulnya pertama kali harus dimulai dari dalam lingkungan keluarga, kemudian ditingkatkan melalui pendidikan formal dan informal (Suit, 2006: 2). Dalam lingkungan keluarga inilah, manusia menerima didikan sejak masih bayi. Hal ini sesuai dengan hadits Rasululullah SAW yang menyatakan bahwa "setiap anak yang dilahirkan itu adalah dalam keadaan fitrah, tergantung kepada kedua orang tuanya untuk menjadikan dia Yahudi, Majusi atau Nasrani".
Manusia pada usia kanak-kanak sangat mudah menerima (meniru) berbagai macam perilaku yang dilihatnya dalam lingkungan sehari-hari, Oleh karena itu orang tua dan lingkungan harus memberikan contoh-contoh perilaku yang baik agar pembiasaan berperilaku yang baik dapat tertanam sejak dini sebagai modal dalam menjalani kehidupan, seperti terbiasa menghargai waktu, disiplin, berpikir, bekerja dengan sungguh-sungguh serta memiliki rasa percaya diri, dan kebiasan positif lainnya. Karena manusia adalah makhluk yang dibentuk oleh kebiasaannya (Leavitt, 2002: 7), maka pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan oleh orang tua dan lingkungan kepada anak tersebut adalah merupakan dasar pijakan terbentuknya manajemen diri (self management) dalam pribadi seseorang.
Kalau dalam tubuh organisasi dibutuhkan manajemen, maka demikian pula halnya dengan individu. Dalam kehidupan individu diperlukan manajemen untuk menata perilaku diri agar menjadi manusia seutuhnya-insan rabbani, yang mampu memimpin dan memenej diri serta menyelesaikan berbagai permasalahan menyangkut perilaku kehidupan pribadi dan umatnya.
Manajemen diri ini diperlukan karena tidak sedikit perbuatan atau perilaku diri manusia yang menyimpang dari apa yang diinginkan hati nuraninya, dengan alasan yang tidak jelas. Misalnya, seseorang mengetahui bahwa perbuatan itu dilarang karena dapat merusak, baik terhadap dirinya maupun terhadap orang lain, namun tetap dia kerjakan, sebaliknya dia mengetahui bahwa perbuatan itu perlu dikerjakan karena bermanfaat bagi dirinya maupun bagi kehidupan orang lain, tetapi tidak dikerjakannya.
Bentuk manajemen yang ada pada individu adalah pengendalian diri dalam memenuhi keinginan hati nurani, sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Pengendalian diri tersebut akan dipengaruhi oleh kebiasaan hidup, karena lebih dari 95 % keberhasilan seseorang dalam kehidupan dan pekerjaan ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang diIakukan sepanjang waktu (Aribowo, 2002:8). Suatu pembiasaan akan dapat menjadi kebiasaan jika dan hanya jika melalui latihan dan pengulangan terus menerus. Disinilah terlihat bahwa latihan dan pengulangan adalah kunci untuk menguasai keterampilan apapun termasuk yang berhubungan dengan manajemen diri.
Kebiasaan membuat prioritas, mengatasi penundaan, dan menyeIesaikan terlebih dahulu tugas kita yang sangat penting merupakan sebuah keterampilan mental tersendiri. Kebiasaan-kebiasaan ini dapat dipelajari melalui praktik dan pengulangan terus-menerus sampai tertanam dalam pikiran bawah sadar dan menjadi bagian permanen dari perilaku. Sekali hal tersebut menjadi kebiasaan, maka untuk melakukan hal selanjutnya akan menjadi otomatis dan mudah.
Pikiran kita itu seperti halnya otot tubuh kita, yang akan menjadi semakin kuat dan mampu malakukan apapun jika sering digunakan. Dengan berlatih kita dapat belajar untuk membentuk kebiasaan apapun atau mengubah perilaku apapun yang kita pandang perlu untuk mencapai sasaran dalam hidup. Dalam hal ini maka paling tidak ada tiga hal yang perIu kita perhatikan dalam mengembangkan kebiasaan, yaitu keputusan (decision), kedisiplinan (discipline) dan tekad serta kegigihan (determination).
Dalam menggali dan mendayagunakan potensi secara terarah dan produktif diperlukan pengelolaan, pengurusan dan pengaturanserta pemanfaatan potensi diri. Pekerjaan penggalian dan pendayagunaanpotensi tersebut harus dilakukan oleh individu itu sendiri lewatmanajemen diri yaitu dengan cara mengetahui kekuatan dan kelemahanyang ada pada diri (strengths and weaknesses) maupun berbagai peluangdan ancaman (opportunities and threats) serta pembiasaan, sebab denganmengetahui potensi diri, seseorang akan mudah untuk mengambillangkah selanjutnya, misalnya mengetahui kalau dirinya lemah dalamhal bahasa, maka dengan mudah seseorang tersebut mengambil berbagaialternatif atau cara dalam menguasai bahasa yang belum dikuasaidengan belajar dan latihan, yang pada akhirnya kelemahan yang adapada dirinya dapat diperkecil dan akan membawa seseorang tersebut kedalam kesuksesan.
Hal tersebut di atas dapat pula diterapkan dalam pengembangan diri seorang individu, Dalam melakukan pengembangan diri, seseorang hendaknya terlebih dahulu mengetahui konsep diri dan analisis potensi diri, karena dengan konsep diri yang jelas, akan dapat diketahui secara terfokus apa yang dapat dikontribusikan, sebab seorang pribadi akan dapat berperan secara efektif bila mampu menampilkan dengan baik dan benar siapa sesungguhnya dirinya (who he is) dan apa yang dapat ia lakukan (what he can).
Visi dan misi seseorang adalah merupakan konsep diri atau pribadi. Potensi yang melekat pada diri seseorang selanjutnya dapat dianalisis lebih dalam untuk mengetahui SWOT diri dengan baik. SWOT bukan hanya berlaku dalam manajemen, tetapi juga bagi individu. Dalam menyusun SWOT diri haruslah benar-benar objektif. Terkadang ada satu kelebihan yang dimiliki yang sekaligus sebagai kelemahan. Ada juga ancaman yang dapat berubah menjadi peluang.
Potensi seseorang dapat dikembangkan dengan baik manakala individu tersebut telah mengetahui kelebihan, kelemahan, maupun peluang dan ancaman yang ada pada dirinya. Kemudian dengan kesungguhan dan latihan mulailah rnengambil langkah-langkah yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Seseorang harus mampu mengendalikan dan mengelola masa depan yang terbaik bagi dirinya melalui proses dan langkah-langkah terbaik untuk mencapai tujuan tertentu. Proses ini melibatkan berbagai pilihan mendasar tentang masa depan kehidupan yang akan dilalui, yaitu pilihan yang berkaitan dengan misi atau tujuan yang ingin dicapai dalam hidup ini, upaya atau tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan hidup, bagaimana memanfaatkan kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri ($trength$ and weaknesses) maupun berbagai peluang dan ancaman (opportunities and threats) yang akhirnya akan menuai kesuksesan.
Aribowo (2002:3) mengemukakan, dalam mengembangkan reinventing hidup kita, ada tujuh pokok yang perlu diperhatikan, yaitu:
  1. Menetapkan secara jelas misi hidup kita
  2. Mengenali kekuatan dan kelemahan kita, maupun berbagai peluang dan ancaman yang kita hadapi
  3. Menetapkan perencanaan strategi tentang apa yang diinginkan dan bagaimana mencapainya
  4. Menetapkan tujuan atau sasaran berdasarkan jangka waktu tertentu
  5. Membangun kerjasama tim dalam jaringan kehidupan (keluarga, teman, rekan kerja, dll) untuk membantu pencapaian misi dan tujuan hidup kita.
  6. Senantiasa fokus terhadap arah dan sasaran kita
  7. Senantiasa bekerja dengan cerdas (work smart) dalam upaya pencapaian tujuan hidup kita.
Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa dengan manajemen diri yang baik, maka seseorang akan dapat menggali dan mengembangkan sumber daya yang ada pada dirinya. Perlunya manajemen diri ini juga dapat dilihat implikasinya pada organisasi atau kelompok, karena setiap manusia pada dasarnya adalah pemimpin, memimpin dirinya sendiri dan orang lain yang ada di sekitarnya untuk mencapai tujuan bersama. Memimpin berarti membangun sebuah tim yang dapat secara efektif dan efisien meraih sasaran yang tepat. Fungsi seorang pemimpin adalah membangun tim yang dapat menghasilkan sinergi, yaitu suatu momen dimana ketika seluruh tim bergerak sebagai satu kesatuan, semua energi tim berdenyut dalam kesatuan, kesearahan dan harmonis mengalir tak terbendung kearah sasaran atau tujuan bersama.
Pengelolaan diri sangat urgen bagi setiap individu dan merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki bagi seorang pemimpin sebagaimana yang dikemukakan oleh Goleman bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh pemimpin adalah pengelolaan diri, yang didalamnya mencakup pengendalian diri, transparansi, kemampuan menyesuaikan diri, memiliki standar prestasi yang tinggi (prestasi), penuh inisiatif dan selalu optimis (Goleman et al, 2004: 304).

-          Manfaat Manajemen Diri Dalam Kehidupan
Beberapa manfaat dari perencanaan adalah:
  1. Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan.
  2. Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami.
  3. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti.
  4. Manajer dapat memahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas
  5. Standar pelaksanaan dan pengawasan
  6. Pemilihan berbagai alternative terbaik
  7. Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan
  8. Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi
  9. Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan
  10. Memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait
Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
Banyak orang yang mengalami kegagalan dalam beberapa fase hidup ini, maupun dalam merealisasikan keinginan dan rencana-rencana yang mereka buat. Kita mengetahui bahwa kegagalan itu hanyalah hal biasa, yang pasti dialami oleh setiap orang untuk menguji konsistensi diri kita dan kesabaran kita. Namun, tentu harus ada usaha untuk meminimalisir ataupun meniadakan kegagalan tersebut.
Setiap pribadi yang sukses adalah orang-orang yang memiliki kemampuan untuk memanajemen dirinya dengan baik. Karena kesuksesan akan sulit dicapai jika seseorang tidak memiliki tujuan hidup yang jelas dan konsep diri yang jelas. Banyak orang yang salah persepsi tentang arti kesuksesan. Kesuksesan menurut mereka hanya kesuksesan di dunia saja, dimana mereka mendapatkan segala apa yang diinginkan dari harta, jabatan, ketenaran, dan pria atau wanita yang mereka inginkan. Namun disisi lain mereka kadangkala melupakan bahwa kesuksesan mereka berdiri di atas kesengsaraan orang lain. Oleh karena itu perlu didefinisikan apa sebenarnya arti sebuah kesuksesan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sukses berarti berhasil atau beruntung. Kesuksesan berarti keberhasilan atau keberuntungan.
Menurut John C.Maxwell sukses adalah mengetahui apa tujuan hidup anda; bertumbuh untuk mencapai kemampuan maksimal anda; dan menabur benih untuk memberikan manfaat kepada lainnya. Hendry Wadsorth menyebutkan sukses sebagai melakukan apa yang dapat anda kerjakan dengan baik dan melakukan sebaik-baiknya apa yang anda kerjakan.

2.3.Manajemen Diri Dalam Perspektif Islam

Konsep manajemen diri dalam islam adalah bagaimana seseorang mampu mengelola diri dalam berbagai hal. Kaitannya dengan manajemen diri seseorang hendaknya merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengadakan evaluasi terhadap dirinya sesuai petunjuk Allah SWT. Perencanaan berkaitan dengan apa yang akan dilakukan, baik berhubungan dengan pekerjaannya, pergaulannya, serta berhubungan dengan penghambaan kepada Allah. Pengorganisasian diri berkaitan dengan bagaimana cara seseorang dalam mengatur pelaksanaan dari perencanaan yang telah dibuat. Pelaksanaan merupakan proses dalam melaksanakan rencana yang sudah terorganisir. Sedangkan evaluasi yaitu proses untuk menghindari kesalahan dan kegagalan pelaksanaan dari perencanaan.Seperti telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Hasr yang berbunyi:
$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# öÝàZtFø9ur Ó§øÿtR $¨B ôMtB£s% 7tóÏ9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# 7ŽÎ7yz $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ÇÊÑÈ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”  (QS. Al-Hasyr: 18).

Ayat diatas menjelaskan bahwa manajemen diri dalam islam sebenarnya sangat signifikan dalam membentuk manusia berakhlakul karimah, dengan membantu seseorang menjaga atau mencegah timbulnnya berbagai masalah bagi dirinya sendiri, membantu individu memecahkan berbagai persoalan, membantu individu untuk menjaga agar situasi dan kondisi menjadi lebih baik, sehingga tercapai kebahagiaan di dunia maupun akhiratnya.

Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah mencintai orang yang apabila melakukan sesuatu, dia melakukan dengan sebaik-baiknnya” (HR. Al-Baihaqi).

Hadits diatas menerangkan bahwa orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang di setiap melakukan sesuatu, dia lakukan dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini perlunya pengelolaan (manajemen) dalam membentuk kepribadian individu. Keterampilan perencanaan membuat anda mampu mengatasi tantangan berat yang anda hadapi. Dengan belajar, melakukan lebih banyak dengan sumber yang lebih sedikit, anda dapat mengatasi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi (Capezio, 2004:5). Seseoranng dengan perencanaan yang matang, pengorganisasian yang terstruktur, hingga pelaksanaan yang baik, akan menghasilkan sesuatu yang lebih maksimal dibandingkan dengan sesuatu yang diperoleh tanpa adanya persiapan terlebih dahulu.



BAB III

PENUTUP


3.1.Kesimpulan

Manajemen diri adalah adalah suatu pengelolaan individu terhadap dirinya sendiri. Pengelolaan individu ini tentu saja diawali dari pengenalan terhadap kadar kemampuan atau potensi yang dimiliki seseorang, selanjutnya dianalisis dan dilakukan pengembangan diri. Pengenalan terhadap kadar kemampuan atau potensi diri sangat membantu dalam menentukan atau memposisikan diri secara tepat dalam berbagai situasi kehidupan.
Manajemen diri strategi adalah upaya secara terus menerus untuk mewujudkan visi dan misi hidup melalui serangkian aksi atau tindakan yang sesuai dengan kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan ancaman yang senantiasa dihadapi. Sementara itu, konsep kepemimpinan dalam manajemen diri adalah berupa pendekatan baru tentang bagaimana seseorang dapat mengoptimalkan potensi diri dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain.
Konsep manajemen diri dalam islam adalah bagaimana seseorang mampu mengelola diri dalam berbagai hal. Kaitannya dengan manajemen diri seseorang hendaknya merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengadakan evaluasi terhadap dirinya sesuai petunjuk Allah SWT. Perencanaan berkaitan dengan apa yang akan dilakukan, baik berhubungan dengan pekerjaannya, pergaulannya, serta berhubungan dengan penghambaan kepada Allah. Pengorganisasian diri berkaitan dengan bagaimana cara seseorang dalam mengatur pelaksanaan dari perencanaan yang telah dibuat. Pelaksanaan merupakan proses dalam melaksanakan rencana yang sudah terorganisir. Sedangkan evaluasi yaitu proses untuk menghindari kesalahan dan kegagalan pelaksanaan dari perencanaan.



Daftar Pustaka


Muhyidin, Muhammad. 2003. Cara Islami Melejitkan Citra Diri. Jakarta. Lentera.
Ridha, Akram. 2006. Menjadi Pribadi Sukses.Bandung: PT Syaamil Cipta Media.
Aribowo. 2002. Self Management.Makalah Pasca Sarjana UNY. tidak dipublikasikan. Yogyakarta
Goleman, Daniel et.al. 2004. Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Leavitt, Harold J. 2002. Psikologi Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Suit, Jusuf & Almasdi. 2006. Aspek Sikap Mental dalam Manajemen Sumber Daya Manusia.Bogor: Ghalia Indonesia.
Jawwad, M. A. Abdul. 2004. Kiat Sukses Menyusun Target. Bandung: PT Syaamil Cipta Media.
Suisyanto. 2006. Pengantar Filsafat Dakwah. Yogyakarta: Teras.
Balke, Ellen. 2003. Know Your Self. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.
Slamet, Tego. 2007. Manajemen Diri dalam Islam. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Stewart, Aileen Mitchell. 1998. Empowering People: Pemberdayaan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Kanisius.
Capezio, Peter. 2004. Powerful Planning Skills: Membayangkan Masa Depan dan Mewujudkannya. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar