Pages

Kamis, 30 Maret 2017

INDUSTRI KREATIF BERBASIS LOCAL WISDOM

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF
BERBASIS LOCAL WISDOM
(Studi di Industri Keramik Dinoyo)
 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sumber daya alam yang terbatas tidak dapat memenuhi kebutuhan setiap individu yang terus berkembang. Berbagai usaha dilakukan guna memenuhi kebutuhan tersebut. Tingkat kreativitas dan kemampuan dari setiap individu pastilah berbeda-beda, sehingga jenis usaha yang dilakukan pun berbeda. Hal inilah yang menimbulkan adanya berbagai jenis usaha.
Namun, di zaman yang sudah modern seperti sekarang ini, usaha padat karya sudah hampir jarang ditemukan. Tenaga manusia yang sudah bisa tergantikan oleh kecanggihan alat-alat teknologi menjadi salah satu alasan terjadinya perubahan tersebut. Alasan lain yang melatarbelakangi fenomena tersebut ialah waktu yang digunakan lebih efisien, tanpa mengurangi kuantitas barang ataupun jasa yang diproduksi. Jika fenomena tersebut terus-menerus terjadi, maka hal itu akan berdampak buruk bagi kalangan pekerja, karena tenaga mereka sudah tidak dibutuhkan lagi.
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan salah satunya dengan cara mengedepankan sektor industri. Tidak hanya mengandalkan bidang industri sebagai sumber ekonomi negara tetapi juga mengandalkan Sumber Daya Manusia yang kreatif. Nilai ekonomi dari suatu produk atau jasa juga tidak lagi ditentukan oleh bahan baku atau sistem produksi, tetapi lebih kepada pemanfaatan kreativitas dan penciptaan inovasi melalui perkembangan teknologi yang semakin maju.
Inilah yang dinamakan era ekonomi baru yang mengutamakan informasi dan kreativitas yang popular dengan sebutan Industri Kreatif atau Ekonomi Kreatif yang digerakkan oleh sektor industri yang bersangkutan di bidangnya. Industri kreatif sendiri merupakan pengembangan konsep berdasarkan modal kreativitas yang dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Keberadaan industri kreatif berbasis kearifan local saat ini mulai terancam. Selain darai segi internal mereka kurang mampu berproduksi dengan baik karena berbagai faktor, semakin banyaknya produk impor dari Cina dan negara-negara ASEAN membuat pemilik industri keramik lokal semakin resah.
 Perkembangan suatu usaha pastilah dipengaruhi oleh bagaimana strategi pengembangan yang dilakukan dan adanya faktor-faktor pendukung. Begitu pula yang dialami oleh usaha Keramik Ismo, sehingga fenomena tersebut menjadi latar belakang penelitian ini dilakukan. Agar bisa mengetahui kondisi riil dari bisnis mereka dan  akar permasalahan yang perlu dituntaskan dan dicarikan pemecahannya.
B.     Rumusan masalah
1. Bagaimana strategi manajemen industri “Keramik Ismo” di Dinoyo untuk mempertahankan eksistensi perusahaan mereka?
2. Bagaimana proses produksi, pemasaran, dan penjualan produk industri “Keramik Ismo” di Dinoyo?
3. Bagaimana Strategi Pengembangan yang diterapkan oleh “Keramik Ismo” di Dinoyo?
4. Bagaimana strategi industri “Keramik Ismo” di Dinoyo dalam menghadapi persaingan dengan sesama produsen lokal maupun  mancanegara?
C.     Tujuan penelitian
1. Mengetahui strategi manajemen industri “Keramik Ismo” di Dinoyo untuk mempertahankan eksistensi perusahaan mereka
2. Mengetahui  proses produksi, pemasaran, dan penjualan produk industri “Keramik Ismo” di Dinoyo
3. Mengetahui Strategi Pengembangan yang diterapkan oleh “Keramik Ismo” di Dinoyo
4. Mengetahui strategi industri “Keramik Ismo” di Dinoyo dalam menghadapi persaingan dengan sesama produsen lokal maupun  mancanegara
D.    Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Teoritis
1.1 Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya mengenai gambaran pengetahuan tentang kewirausahaan.
1.2 Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
2.      Manfaat Praktis
2.1 Dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas pemasaran suatu usaha, khususnya dalam memberikan informasi tentang pentingnya strategi pengembangan pada suatu bidang usaha, serta sebagai evaluasi terhadap strategi pengembangan yang telah digunakan.

BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Strategi
            Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.(Gary:1997,227)
B. Jenis-Jenis Strategi
ü  Strategi integrasi secara umum menggambarkan mengenai upaya kepemilikan usaha yang dapat membantu usaha yang sedang di jalankan yang membedakan hanyalah usaha siapa yang harus dimiliki.
ü  Strategi intensif, Strategi ini meggambarkan bagaimana agar produk kita dapat menjangkau konsumen semaksimal mungkin baik dari segi konsumsi dan geografis
ü  Strategi Diversifikasi. Strategi ini secara umum menggambarkan sebuah strategi dimana Anda mendirikan sebuah usaha lain,yang membedakan adalah apakah usaha tersebut sejenis atau tidak.
ü  Strategi defensif. Strategi ini menggambarkan ketika Anda harus mempertahankan keberlangsungan hidup perusahaan Anda atau ingin berhenti berbisnis dengan mewujudkan usaha Anda dengan nilai kekayaannya. (George:1998,18)
C. Pengembangan
            Menurut Gary Dessler, pengembangan adalah usaha untuk meningkatkan prestasi manajemen dimasa depan dengan menanamkan pengetahuan, perubahan perilaku, atau peningkatan keterampilan.(Gary:2009,228)
D. Industri Kreatif
Industri adalah bidang yang menggunakan ketrampilan dan ketekunan kerja dan penggunaan alat-alat dibidang pengolahan hasil-hasil bumi, dan distribusinya sebagai dasarnya. Maka industri umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi kebutuhan ekonomi yang berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan, dan pertambangan yang berhubungan erat dengan tanah. Kedudukan industri semakin jauh dari tanah, yang merupakan basis ekonomi, budaya, dan politik.
Kreatif artinya memiliki daya cipta atau mampu melakukan perubahan atau pembaharuan dari suatu yang sudah lazim atau baku. Industri yang kreatif adalah Kemampuan melakukan modifikasi maupun kemampuan mencari terobosan dalam mengatasi suatu masalah yang menyebabkan seorang wiraswasta selalu dinamis dan proaktif dalam mengembangkan usahanya.(Amir:2000,26)
E. Local Wisdom
Dalam pengertian kamus, kearifan Lokal (Local Wisdom) terdiri dari dua kata: kearifan (wisdom) dan local (lokal). Dalam kamus inggris-indonesia karya John. M.Echoles dan M. Hasan Sadili, Local berati setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Dengan kata lain, kearifan lokal dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai, pandangan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Francis Fukuyama, memandang kearifan lokal sebagai model sosial yang dipandang sebagai bumbu vital bagi perkembangan pemberdayaan perekonomian masyarakat. Model sosial yang kuat dapat memicu pertumbuhan di berbagai sektor perekonomian karena adanya tingkat rasa percaya yang tinggi dan keeratan hubungan dalam jaringan yang lebih luas yang tumbuh dikalangan masyarakat.
Kearifan lokal merupakan kekuasaan dan potensi riil yang dimilki suatu daerah sebagai aset daerah yang dapat mendorong perkembangan dan pembangunan daerah. Selanjutnya dalam usaha membangun daerah perlu diberlakukan pemberdayaan budaya lokal atau kearifan lokal yang mendukung penyusunan strategi budaya.(Suryadi:2010)





















BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang akan digunakan adalah metode kualitatif dan metode kuantitatif. Adapun definisi menurut Bogdan dan Taylor dalam Fatoni (2009), “Penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.” Adapun definisi metode kuantitatif menurut Render dalam Adi (2010), “Metode kuantitatif adalah suatu pendekatan ilmiah untuk pengambilan keputusan manajerial dan ekonomi.”
Metode kualitatif  yang digunakan pada penelitian ini diterapkan dengan cara mengambil data yang berdasarkan pada kenyataan sosial dan dilakukan melalui beberapa cara misalnya wawancara, observasi lapangan dan lain-lain. Jadi data yang diperoleh berbentuk deskripsi atau ungkapan objek penelitian. Adapun penerapan metode kuantitatif dalam penelitian ini adalah dengan cara mengambil data mengenai jumlah pendapatan rata-rata per hari, harga per porsi, harga rata-rata produk, dan sebagainya. Data tersebut langsung didapatkan dari proses wawancara dan observasi.
B.     Sumber Data Penelitian
Data-data yang digunakan dalam penelitian merupakan data yang diperoleh secara primer, yakni diperoleh dari  Wawancara langsung dengan Bapak Junaidi, salah satu pemilik Industri Keramik di Dinoyo dan observasi ke lokasi yang akan di jadikan sampel penelitian.
C.    Pengumpulan Data
Sebuah penelitian pasti memerlukan data, sebab data merupakan pencatatan peristiwa-peristiwa, hal-hal, keterangan-keterangan atau karakteristik-karakteristik sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian dengan parameter tertentu. Data tersebut dapat diperoleh melalui berbagai teknik, supaya data yang diperlukan dapat terkumpul. Adapun teknik yang akan dilakukan antara lain:
1.      Wawancara
Pada penelitian ini akan digunakan teknik wawancara sebagai sarana pengumpulan data. Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan cara bertanya langsung kepada responden atau informan. Selain itu, wawancara merupakan tanya jawab sepihak yang berarti pertanyaan hanya akan berasal dari peneliti dan nara sumber akan aktif menjawab pertanyaan yang telah diberikan. Adapun pihak yang kami wawancarai  yaitu:
ü  Bapak Junaidi, salah satu pemilik Industri Keramik di Dinoyo
2.      Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang melakukan pengamatan langsung terhadap suatu kegiatan yang sedang dilakukan. Jenis observasi yang akan digunakan adalah observasi partisipan, karena pada aktivitas jual beli yang dilakukan usaha Keramik Dinoyo. Melalui observasi akan diperoleh pandangan-pandangan mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Adapun objek yang akan diobservasi adalah lokasi Usaha Kampung Wisata Keramik Dinoyo, Jl.MT Haryono No. XI D Malang. RW 003. Kel. Dinoyo.
D.    Metode Analisis Data
Pada tahap ini akan dilakukan pemilihan dan pemusatan perhatian untuk penyederhanaan data. Setelah itu, akan dilakukan penguraian data dan pengembangan sebuah deskripsi informasi yang telah didapatkan dari hasil observasi dan wawancara.  Kemudian, langkah selanjutnya adalah proses penarikan kesimpulan sesuai dengan hasil penguraian dan pengembangan data.
E.     InstrumenPenelitan
Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, recorder, kamera, dan panduan wawancara untuk memudahkan dalam melakukan penelitian.
F.     Waktu dan Tempat Penelitian
1.      Waktu Penelitian
            Waktu penelitian dilaksanakan pada Jum’at, 04 September pukul 16.00 WIB
2.      Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang digunakan selama proses penelitian ialah Kampung Wisata Keramik Dinoyo, Jl.MT Haryono No. XI D Malang. RW 003. Kel. Dinoyo.
G.    Prosedur Penelitian
Untuk memudahkan dalam penelitian maka disusunlah prosedur penelitian sebagai berikut:
1.      Pengambilan data dari proses observasi dan wawancara
2.      Melakukan Observasi
1.1 Menyiapkan instrumen penelitian yang berkaitan dengan pelaksanaan observasi, seperti alat tulis dan alat perekam.
1.2 Melakukan observasi di lokasi Keramik Dinoyo
1.3 Melakukan observasi terhadap aktivitas jual beli di Keramik Dinoyo
3.      Melakukan Wawancara
3.1 Menyiapkan instrumen penelitian yang terkait dengan pelaksanaan wawancara seperti recorder, alat tulis, dan kamera.
3.2 Melakukan wawancara dengan pemilik warung makan mbok mi.
4.      Menarik kesimpulan berdasarkan hasil observasi dan wawancara.


BAB IV
PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
A. Analisis SWOT
Industri keramik yang dijalankan oleh Bapak Junaidi telah berdiri sejak tahun 1993. Produk dari industri olahan keramik ini berupa guci, asbak, souvenir, vas bunga, boneka, celengan, frame, dan lain-lain. Rentang harga produknya mulai dari 20.000-300.000. Sejauh ini konsumennya kebanyakan berasal dari luar daerah Malang bahkan dari luar Jawa.
Kondisi industri keramik Ismo” di Dinoyo berdasarkan hasil análisis SWOT antara lain:
·         Strenght ( Kekuatan/kelebihan)
Kekuatan/kelebihan Industri keramik Dinoyo adalah memiliki terletak pada pengerjaannya yang manual. Mulai proses cetak tuang, pengukiran, bahkan sampai pembakaran. Dengan pengerjaan seperti demikian membuat hasilnya lebih halus, detail, dan khas. Produk keramik mereka memiliki ciri khas terdiri dari beraneka warna yang cerah.
·         Weakness (Kekurangan/Kelemahan)
ü  Kelemahan dari segi produk adalah dalam proses produksinya yang masih manual dan masih mengandalkan panas matahari (cuaca) untuk pengeringan dan penjemuran. Sehingga proses produksi akan terkendala apabila cuaca sedang tidak cerah terutama di musim penghujan. 
ü  Dari segi karyawan, Pengusaha hanya mempunyai karyawan sebanyak 3 orang. Dari keterbatasan karyawan itulah menyebabkan industri tidak bisa memproduksi hasil olahan keramik dalam jumlah yang besar, sehingga banyak pesanan yang akhirnya dibatalkan atau di bagi pengerjaannya dengan produsen lain.
·         Opportunities (Peluang)
Peluang industri keramik ini cukup terbuka seiring semakin banyaknya permintaan souvenir untuk hadiah dan oleh-oleh. Terutama untuk acara seperti pernikahan. Penggunaan media sosial dan online marketing diharapkan mampu menjaring konsumen yang lebih luas lagi. Sekaligus memperkuat proses pemasaran dengan cara mulut ke mulut yang telah lama digunakan.
·         Threats (Tantangan)
Tantangan bagi industri keramik ini adalah lemahnya support  dari pemerintah terhadap bisnis mereka. Jangankan memberikan wadah bagi pelaku industri untuk memamerkan produknya, pemerintah menurut penuturan Bapak Junaidi hanya sekali dua kali mengadakan pelatihan dan sifatnya tidak berkelanjutan. Tantangan berikutnya adalah harga minyak tanah dan gas elpiji yang fluktuatif dan cenderung terus meningkat membuat beberapa pedagang kesulitan dalam pengadaan mesin. Selain itu, salah satu tantangan terbesar produsen produk keramik ini adalah banyaknya produk keramik impor dari Cina. Belum lagi dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akhir tahun ini.
B. Pertanyaan dan Jawaban Wawancara
1.      Apa keunggulan dari produk kerajinan keramik yang bapak produksi dibandingkan dengan produk pengrajin keramik lainnya (keunggulan kompetitif) ?
Jawab: Ciri khas produk keramik Ismo ialah Proses Produksinya yang masih manual alias cetak tuang. Semua proses pembuatannya dengan manual mulai dari pencetakan, pengukiran, bahkan sampai pembakaran. Akibatnya barang yang diproduksi bentuknya lebih bagus dan dengan proses pembuatan manual otomatis akan mengurangi tingkat pengangguran, dengan tersedianya lapangan pekerjaan bagi orang-orang yang mempunyai skill dalam bidang kerajian, Karena masih sangat dibutuhkannya tangan-tangan kreatif mereka.
2.      Bagaimana cara bapak dalam menentukan Target Pasar (sasaran konsumen)?
Jawab: Sasaran konsumen yang kami tuju ialah untuk umum, artinya semua konsumen bisa menkonsumsi produk ini baik anak kecil, remaja hingga dewasa. Tujuan pemesanan juga beragam, antara lain untuk souvenir hajatan seperti pernikahan, oleh-oleh atau membeli untuk dijual sendiri kemudian dipasarkan kembali. Konsumennya pun beragam bisa sampai keluar jawa, Rata-rata sumatera, kalimantan, dan bali.
3.      Berapa target harga yang bapak tentukan untuk produk keramik ini?
Jawab: Jika untuk harga, tergantung pada ukuran dan segi kerumitan proses pembuatannya. Biasanya mulai dari harga 20.000-300.000. Produknya meliputi gelas (MUG), asbak, vas bunga, guci, souvenir, boneka, celengan, frame, dan lain-lain.
4.      Bagaimana proses pembuatan dan pengerjaan yang diterapkan “keramik ismo?
Jawab: Untuk proses pembuatannya tergantung pada permintaan konsumen,  intinya  proses pengerjaan tidak bisa dilakukan dengan tergesa-gesa.  Biasanya bapak junaidi memberi kurun waktu selama 2 minggu untuk pemesanan barang sebanyak 100-200 biji. Namun bisa jadi lebih apabila pemesanan dalam jumlah yang besar.
5.      Kapan usaha ini dirilis dan berapa modal awal untuk memulai usaha? Adakah investor?
Jawab: Bapak junaidi mengawali usahanya pada tahun 1993 hingga sekarang. Dulu di tempat ini banyak sekali orang yang berprofesi sebagai pengrajin. Namun saat ini pengrajin (produksi) hanya tinggal beberapa orang saja. Termasuk bapak junaidi sendiri. Tidak ada investor untuk usaha ini, modal awal usaha berasal dari modal sendiri. Karena kurangnya pula perhatian pemerintah terhadap kalangan pengrajin.
6.      Bagaimana strategi pemasaran (distribusi) ataupun penjualannya ?
Jawab: Awal untuk promosi dari mulut ke mulut dari orang terdekat seperti tetangga lingkup desa hingga tersebar kemana-mana. Untuk saat ini bapak junaidi telah menggunakan e-commerce sebagai wadah untuk promosi. Untuk penjualannya sendiri bapak junaidi bisa menerima penjualan eceran atau pemesanan, itu semua tergantung pada pihak pembeli.
7.      Berapa kisaran keuntungan yang diperoleh dari “keramik ismo” sendiri?
Jawab: Dalam produksi kerajinan keramik omset 1 bulan bisa mencapi 20-40 juta. Untuk laba bersihnya kira-kira 7 jutaan,  hasilnya pun tidak menentu.
8.      Bagaimana strategi bapak dalam menghadapi pesaing bisnis?
Jawab: Untuk produksi keramik dinoyo, memang mempunyai banyak sekali pesaing, karena di kampung tersebut rata-rata mata pencaharian warganya ialah pengrajin keramik. Produk ini juga mempunyai pesaing produksi kerajinan dari tiongkok. Langkah-langkah menghadapi banyak produk pesaing lokal maupun mancanegara yakni dengan pelayanan prima, menyelesaikan pesanan dengan tepat waktu, lebih kreatif dan inovatif dari setiap model kerajinan  agar menarik pihak konsumen.
9.      Masalah apa yang biasanya menjadi kendala dalam proses produksi kerajianan keramik?
Jawab: Untuk kendala selama ini dari faktor cuaca, potensi tanah liat,dan banyaknya pesaing. Jika musim kemarau dalam penjemurannya 1 hari cukup. Namun, ketika musim hujan proses penjemuran menjadi lebih lama. Bahan baku tanah liat di malang sendiri jauh dari tempat produksi. Masalah kelemahan produksi kerajinan keramik di bidang pembuatan yang masih manual. Dan banyaknya pesaing bisnis dari lokal maupun mancanegara.

















BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kekuatan (Strenght) Industri keramik Dinoyo adalah memiliki terletak pada pengerjaannya yang manual. Mulai proses cetak tuang, penggambaran, bahkan sampai pembakaran. Dengan pengerjaan seperti demikian membuat hasilnya lebih halus, detail, dan khas. Produk keramik mereka memiliki ciri khas terdiri dari beraneka warna yang cerah.
Kelemahan (Weakness) dari segi produk adalah dalam proses produksinya yang masih manual dan masih mengandalkan panas matahari (cuaca) untuk pengeringan dan penjemuran. Sehingga proses produksi akan terkendala apabila cuaca sedang tidak cerah terutama di musim penghujan. Dari segi karyawan, Pengusaha hanya mempunyai karyawan sebanyak 3 orang. Dari keterbatasan karyawan itulah menyebabkan industri tidak bisa memproduksi hasil olahan keramik dalam jumlah yang besar, sehingga banyak pesanan yang akhirnya dibatalkan atau di bagi pengerjaannya dengan produsen lain.
Peluang (Opportunities) industri keramik ini cukup terbuka seiring semakin banyaknya permintaan souvenir untuk hadiah dan oleh-oleh. Terutama untuk acara seperti pernikahan. Penggunaan media sosial dan online marketing diharapkan mampu menjaring konsumen yang lebih luas lagi. Sekaligus memperkuat proses pemasaran dengan cara mulut ke mulut yang telah lama digunakan.
Tantangan (Threats) bagi industri keramik ini adalah lemahnya support  dari pemerintah terhadap bisnis mereka. Tantangan berikutnya adalah harga minyak tanah dan gas elpiji yang fluktuatif dan cenderung terus meningkat membuat beberapa pedagang kesulitan dalam pengadaan mesin. Selain itu, salah satu tantangan terbesar produsen produk keramik ini adalah banyaknya produk keramik impor dari Cina. Belum lagi dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akhir tahun ini.
B. Saran
1.      Bagi konsumen, seharusnya lebih memilih dan mengkonsumsi produk lokal daripada produk asing.
2.      Bagi pemerintah, seharusnya lebih mendukung bila perlu menciptakan kebijakan yang berhubungan dengan bisnis kerajinan keramik ini.













DAFTAR PUSTAKA
Amir M.S. 2000. Wiraswasta (Manusia-Berbudi Unggul). Jakarta: PT.Pustaka Binaman Pressindo.
Dessler, Gary.1997.Manajemen Sumber Daya Manusia jilid 1.Jakarta:PT Prenhallindo.
Dessler, Gary.2009.Manajemen Sumber Daya Manusia jilid 2.Jakarta:PT Prenhallindo.
Steiner, George A. dan Miner John. 1998. Kebijakan dan Strategi Manajemen. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
Michael, Porter dan Maulana Agus. 2010. Strategi Bisnis Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
Suryadi, Dede. 2010. http://swa.co.id/2010/02/berawal-dai-kearifan-lokal/. diakses 04 September 2015, pukul 13.00).
Dessler, Gary. Definisi Pelatihan dan Pengembangan. http://www.slideshare.net/putratidore/msdm-pelatihan-dan-pengembangan-28438852. diakses pada 04 September 2015, pukul 12.17
Jurnal Pengembangan Industri Kreatif di Sumatera Utara
Sofo, Fransesco. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Surabaya: Airlangga University Press.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar