Pages

Jumat, 31 Maret 2017

SELF MANAGEMENT



PERCAYA DIRI

A.    Pengertian Percaya Diri
Percaya diri (Self Confidence) adalah meyakinkan pada kemampuan dan penilaian (Judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih pendekatan yang efektif. Hal ini termasuk kepercayaan atas kemampuannya menghadapi lingkungan yang semakin menantang dan kepercayaan atas keputusan atau pendapatnya. Sedangkan kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.
Percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimiliki seseorang dan keyakinan tersebut  membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai tujuan dalam hidupnya. (Hakim: 2002). Pengertian kepercayaan diri, dalam bahasa gaul harian, pede yang kita maksudkan adalah percaya diri. Semua orang sebenarnya punya masalah dengan istilah yang satu ini. Ada orang yang merasa telah kehilangan rasa kepercayaan diri di hampir keseluruhan wilayah hidupnya. Mungkin terkait dengan soal krisis diri, depresi,hilang kendali, merasa tak berdaya menatap sisi cerah masa depan, dan lain-lain. Ada juga orang yang merasa belum pede atau percaya diri dengan apa yang dilakukannya atau dengan apa yang ditekuninya.
Menurut Lauster (2002: 4) kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-tidakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Lauster menggambarkan bahwa orang yang mempunyai kepercayaan diri memiliki ciri-ciri tidak mementingkan diri sendiri (toleransi), tidak membutuhkan dorongan orang lain, optimis, dan gembira.
Menurut Rahmad (1991) kepercayaan diri dapat diartikan sebagai suatu kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki oleh setiap orang dalam kehidupannya serta bagaimana orang tersebut memandang dirinya secara utuh dengan mengacu pada konsep diri.
Menurut Thantaway dalam kamus istilah bimbingan dan konseling (2005), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa percaya diri (Self Confidence) merupakan adanya sikap individu yakin akan kemampuannya sendiri untuk bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkannya sebagai suatu perasaan yang yakin pada tindakannya, bertanggung jawab terhadap tindakannya dan tidak terpengaruh oleh orang lain. Orang yang memiliki kepercayaan diri mempunyai ciri-ciri : toleransi, tidak memerlukan dukungan orang lain dalam setiap mengambil keputusan atau mengerjakan tugas, selalu bersikap optimis dan dinamis, serta memiliki dorongan prestasi yang kuat.

B.     Ciri-ciri Individu yang Percaya Diri
Hakim (2005) menyebutkan beberapa ciri atau karakteristik individu yang memiliki rasa percaya diri yang proposional diantaranya:
a.       Selalu merasa tenang disaat mengerjakan sesuatu
b.      Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai
c.       Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai situasi
d.      Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi
e.       Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya
f.       Memiliki kecerdasan yang cukup
g.      Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup
h.      Memiliki keahlian dan keterampilan lain yang menunjang kehidupannya, misalnya keterampilan berbahasa asing
i.        Memiliki kemampuan bersosialisasi
j.        Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik.

Senada dengan pendapat leman (2002) mengenai remaja yang mempunyai rasa percaya diri akan memiliki sifat-sifat antara lain sebagai berikut:
1.      Bersifat lebih endependen, tidak terlalu tergantung pada orang lain
2.      Mampu memikul tanggung jawab yang diberikan
3.      Tidak mudah mengalami masa frustasi
4.      Bisa menghargai diri dan usahanya sendiri
5.      Mampu menerima tantangan dan tugas baru
6.      Memiliki emosi yang hidup tetapi stabil
7.      Mudah berkomunikasi dan membantu orang lain

Lindenfield (1997) menjelaskan bahwa ada dua jenis percaya diri, yaitu: percaya diri lahir dan percaya diri batin. Percaya diri batin adalah percaya diri yang memberi kita perasaan dan anggapan bahwa kita dalam keadaan baik. Jenis percaya diri lahir memungkinkan individu untuk tampil dan berperilaku dengan cara menunjukkan pada dunia luar bahwa kita yakin akan diri kita.
Dari beberapa uraian diatas, maka perlu dikemukakan adanya identifikasi percaya diri yaitu: optimis, ambisi, terbuka terhadap pengalaman baru dan toleran, tidak tergantung pada orang lain, serta memiliki kemantapan dan ketekunan dalam bertindak karena itu adalah ciri utama dari seseorang yang percaya diri.

C.    Memupuk Rasa Percaya Diri
Menumbuhkan rasa percaya diri dan proposional harus dimulai dari dalam diri individu. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa percaya diri yang sedang dialaminya. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan jika individu mengalami krisis kepercayaan diri. Hakim (2005) mengemukakan sikap-sikap hidup positif yang mutlak harus dimiliki dan dikembangkan oleh mereka yang ingin membangun rasa percaya diri yang kuat, yaitu:


a.       Bangkitkan kemauan yang keras
Kemauan dapat dikatakan merupakan pondasi yang pertama dan utama untuk membangun kepribadian yang kuat, termasuk rasa percaya diri.
b.      Biasakan untuk memberanikan diri
Manfaat situasi sebagai salah satu sarana untuk berlatih dan membangun rasa percaya diri, dengan cara membangkitkan keberanian dan berusaha menetralisir ketegangan dengan bernapas panjang dan rileks.
c.       Biasakan untuk memberanikan diri
Menghilangkan pikiran yang negatif dan membiasakan diri untuk berpikir yang logis dan realistis, dapat membangun rasa percaya diri yang kuat dalam individu.
d.      Membiasakan untuk selalu berinisiatif
Salah satu cara efektif untuk membangkitkan rasa percaya diri adalah dengan membiasakan diri berinisiatif dalam setiap kesempatan, tanpa menunggu perintah orang lain.
e.       Selalu bersikap mandiri
Melakukan segala sesuatu terutama berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidupnya dengan tidak terlalu bergantung pada orang lain.


f.       Mau belajar dari kegagalan
Sikap positif yang harus dilaksanakan dalam menghadapi kegagalan adalah sikap mental untuk menerimanya, untuk kemudian mengambil hikmah dan pelajaran dan mengetahui faktor penyebab dari kegagalan tersebut.
g.      Tidak Mudah Menyerah
Menguatkan kemauan untuk melangkah, bersikap sabar dalam menghadapi rintangan dan mau berfikir kritis untuk menyelesaikan masalah merupakan sikap yang harus dilakukan oleh seorang individu untuk membentuk rasa percaya diri yang kuat dalam dirinya.
h.      Membangun pendirian yang kuat
Pendirian yang kuat teruji jika kita dihadapkan dalam berbagai masalah dan pengaruh negatif sebagai imbas dari proses interaksi sosial. Individu yang percaya diri selalu yakin dengan dirinya dengan tidak berubah pendiriannya meskipun banyak pengaruh negatif disekitarnya.
i.        Bersikap kritis dan objektif
Untuk membangun rasa percaya diri yang kuat, setiap orang hendaknya selalu mengembangkan sikap kritis dan objektif. Dengan demikian ia bisa menilai diri secara keseluruhan dengan tepat yang meliputi kelemahan dan kelebihannya.
j.        Pandai membaca situasi
Situasi yang perlu dibaca dan dipahami misalnya nilai-nilai etika yang berlaku, agama dan adat-istiadat suatu masyarakat tertentu.
k.      Pandai menempatkan diri
Seseorang individu bisa menempakan dirinya pada posisi yang tepat, yang bisa membuat individu tersebut dihargai sehingga harga dirinya akan meningkat.
l.        Pandai melakukan penyesuaian diri dan pendekatan pada orang lain
Seseorang yang mampu melakukan penyesuaian diri tanpa kehilangan jati dirinya dan melakukan pendekatan yang wajar untuk jati dirinya  dan melakukan pendekatan yang wajar untuk bekerja sama, akan memudahkan individu untuk mencapai kesuksesan dan menimbulkan pengaruh positif bagi peningkatan rasa percaya diri. Upaya yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri, seseorang harus terlebih dahulu memahami dirinya sendiri, dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Sehingga individu tersebut akan selalu berfikiran positif akan dirinya dan orang lain, yang bisa menimbulkan rasa saling menghargai antar keduanya.

D.    Perkembangan Rasa Percaya Diri
Pola kepribadian yang pada dasarnya telah diletakkan pada masa bayi, mulai terbentuk pada masa kanak-kanak. Karena orang tua, saudara-saudara kandung dan sanak saudara yang lainnya merupakan sanak-sanak saudara yang lain merupakan dunia sosial yang pertama dan utama bagi anak, maka bagaimana perasaan dan perlakuan mereka kepada anak merupakan faktor penting dalam pembentukan konsep diri, yaitu inti pola keprobadian. Inilah sebabnya mengapa Glanser mengatakan bahwa konsep diri anak terbentuk di dalam rahim hubungan keluarga (Hurlock: 199) Berdasarkan pengertian di atas, rasa percaya diri baru bisa tumbuh dan berkembang baik sejak kecila jika seseorang berada dalam keluarga yang baik.
Proses perubahan tersebut merupakan hal yang harus terjadi, oleh karena dalam proses pematangan kepribadian remaja sedikit demi sedikit memunculkan kepermukaan sifat-sifatnya yang sesungguhnya yang harus berbenturan dengan rangsangan rangsangan dari luar.
Untuk memiliki kepercayaan diri yang baik, anda harus menciptakan self image yang baik pula. Berdasarkan itu semua, kita juga bisa membuat semacam kesimpulan bahwa kepercayaan diri itu adalah efek dari bagaimana kita merasa, menyakini, dan mengetahui. Orang yang punya kepercayaan diri rendah atau kehilangan kepercayaan diri memiliki perasaan negatif terhadap dirinya, memiliki keyakinan lunak terhadap kemampuan dirinya dan punya pengetahuan yang kurang akurat terhadap kepasitas yang dimilikinya.
Ketika ini dikaitkan dengan praktek hidup sehari-hari orang yang memiliki kepercayaan rendah atau telah kehilangan kepercayaan, cenderung merasa bersikap sebagai berikut:
a.       Tidak memiliki sesuatu (Keinginan, tujuan, target) yang diperjuangkan secara sungguh-sungguh.
b.      Mudah frustasi atau give-up ketika menghadapi masalah atau kesulitan.
c.       Kurang termotivasi untuk maju, malas-malasan atau setngah-setengah.
d.      Sering gagal dalam menyempurnakan tugas-tugas atau tanggug jawab (Tidak optimal)
e.       Canggung dalam menghadapi orang.
f.       Tidak bisa mendemonstasikan kemampuan berbicara dan kemampuan mendengarkan yang meyakinkan.
g.      Sering memiliki harapan yang tidak realistis
h.      Terlalu perfeksionis
i.        Terlalu sensistif.

E.     Proses Pembentukan Rasa percaya diri
Proses terbentuknya rasa percaya diri menurut Hakim (2002) secara garis besar sebagai berikut :
a.       Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu.
b.      Pemahaman seorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihannya.
c.       Pemahaman dan reksi positif seseorang terhadap kelemahan-kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau sulit menyesuaikan diri.
d.      Pengalaman di dalam menjalankan berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya.

Kekurangan pada salah satu proses tersebut, kemungkinan besar akan mengakibatkan seseorang akan mengalami hambatan untuk memperoleh rasa percaya diri (Hakim: 2002).
Menurut Rahmat (1991) bahwa keinginan untuk menutup diri selain disebabkan oleh konsep diri yang negatif juga timbul dari kurangnya suatu kepercayaan pada kemampuan diri sendiri. Oarang  yang tidak menyenangi dirirnya tidak mampu mengatasi suatu persoalan dan orang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi, dan ia takut akan orang lain akan mengejeknya atau menyalahkannya. Dalam diskusi, ia akan lebih banyak diam.

F.     Akibat Kurang Percaya Diri
Ketika ini dikaitkan dengan praktek hidup sehari-hari, orang yang memiliki kepercayaan diri rendah atau telah kehilangan kepercayaan, cenderung mereka atau bersikap sebagai berikut:
a.       Tidak memiliki sesuatu (keinginan, tujuan, target) yang diperjuangkan secara sungguh-sungguh
b.      Tidak memiliki keputusan melangkah yang decisive (ngambang)
c.       Mudah frustasi atau give-up ketika menghadapi masalah atau kesulitan
d.      Kurang termotivasi untuk maju, malas-malasan atau setengah-setengah
e.       Sering gagal dalam menyempurnkanan tugas-tugas atau tanggungjawab (tidak optimal)
f.       Cangguung dalam menghadapi orang
g.      Tidak bisa mendemontrasikan kemampuan berbicara dan kemampuan mendengarkan yang meyakinkan
h.      Sering memiliki harapan yang tidak realistis
i.        Terlalu perfeksionis
j.        Terlalu sensitive (perasa)



Sebaliknya, orang yang mempunyai kepercayaan diri bagus, mereka memiliki perasaan positif terhadap dirinya, punya keyakinan yang kuat atas dirinya dan punya pengethuan akurat terhadap kemampuan yang diiliki. Orang yang punya punya kepercayaan diri bagus bukanlah orang yang hanya merasa mampu (tetapi sebetulnya tidak mampu) melainkan adalah orang yang mengetahuan bahawa dirinya mampu berdasarkan pengalaman dan perhitungan.
Jika anda menaruh kepercayaan kepada diri sendiri berarti anda juga menaruh kepercayaan kepada orang lain. Dan, anda harus selalu ingat bahwa orang yang tak memiliki sesuatu maka dia tidak akan dapat memberikan sesuatu yang tidak akan dapat memberikan sesuatu yang tidak dimiliki itu kepada orang lain. Dan, bila orang yang tidak percaya kepada dirinya sendiri bagaiaman dia akan dapat mempercayai orang lain (al-Uqshari: 2005).

G.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Percaya Diri
Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri pada seseorang menurut Hakim (2002) muncul pada dirinya sendiri sebagai berikut:
a)      Lingkungan Keluarga
Keadaan keluarga merupakan lingkungan hidup yang pertama dan utama dalam kehidupan setiap manusia, lingkungan sangat mempengaruhi pembentukan awal rasa percaya diri seseorang. Rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang ada pada dirinya dan diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari.
Berdasarkan pengertian di atas, rasa percaya diri baru bisa tumbuh dan berkembang baik sejak kecil, jika seseorang berada di dalam lingkungan keluarga yang baik, namun sebaliknya jika lingkungan tidak memadai menjadikan individu tersebut untuk percaya pada dirinya sendiri. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama yang sangat menentukan baik buruknya kepribadian seseorang.
Hakim (2002) menjelaskan bahwa pola pendidikan keluarga yang bisa diterapkan dalam membangun rasa percaya diri anak adalah seabagai berikut:
1.      Menerapkan pola pendidikan yang demokratis
2.      Melatih anak untuk berani berbicara tentang banyak hal
3.      Menumbuhkan sikap mandiri pada anak
4.      Memperluas lingkungan pergaulan anak
5.      Jangan terlalu sering memberikan kemudahan pada anak
6.      Tumbuhkan sikap bertanggungjawab pada anak
7.      Setiap permintaan anak jangan terlalu dituruti
8.      Berikan anak penghargaan jika berbuat salah
9.      Berikan hukuman jika berbuat salah
10.  Kembangkan kelebihan-kelebihan yang memiliki anak
11.  Anjurkan anak agar mengikuti kegiatan kelompok di lingkungan rumah
12.  Kembangkan hoby yang positif
13.  Berikan pendidikan agama sejak dini

b)      Pendidikan Formal
Sekolah bisa dikatakan sebagai lingkungan kedua bagi anak, dimana sekolah merupakan lingkungan yang paling berperan bagi anak setelah ligkungan keluarga di rumah. Sekolah memberikan ruang pada anak untuk mengekpresikan rasa percaya dirinya terhadap teman-teman sebayanya.
Hakim (2002) menjelaskan bahwa rasa percaya diri siswa disekolah bisa dibangun melalui berbagai macam bentuk kegiatan sebagai berikut:
a.       Memupuk keberanian untuk bertanya
b.      Peran guru atau pendidikan yang aktif bertanya pada siswa
c.       Melatih diskusi dan berpendapat
d.      Menegrjakan soal didepan kelas
e.       Bersaing dalam mencapai pertandingan olahraga
f.       Belajar berpidato
g.      Mengikuti kegiatan ekstrakulikuler
h.      Penerapan disiplin yang konsisten
i.        Memperluas pergaulan yang sehat dan lain-lain

c)      Pendidikan non formal
Salah satu modal utama untuk bisa menjadi seseorang dengan kepribadian yang penuh rasa percaya diri adalah memiliki kelebihan tertentu yang berarti bagi diri sendiri dan orang lain. Rasa percaya diri akan menjadi lebih mantap jika seseorang memiliki suatu kelebihan yang membuat orang lain merasan kagum. Kemampuan atau keterampilan dalam bidang tertentu bisa didapatkan melalui pendidikan no formal misalnya: mengikuti kursus bahasa asing, juralistik, bermain alat musik, seni vokal, keterampilan memasuki dunia kerja (BLK), pendidikan keagamaan dan lain sebagainya. Sebagai penunjang timbulnya rasa percaya diri pada diri individu yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu kemampuan yang dimiliki individu dalam mengerjakan sesuatu yang mampu dilakukannya, keberhasilan individu untuk mendapaatkan sesuatu yang mampu dilakukan dan di cita-citakan, keinginan dan tekad yang kuat untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan hingga terwujud. Faktor eksternal yaitu lingkungan keluarga dimana lingkungan keluarga akan memberikan pembentukan awal terhadap pola kepribadian seseorang. Yang kedua adalah lingkungan formal atau sekolah, dimana sekolah adalah tempat kedua untuk senantiasa mempraktikkan rasa percaya diri individu atau siswa yang telah didapat dari lingkungan keluarga kepada teman-temannya dan kelompok bermainnya. Yang ketiga adalah lingkungan pendidikan non formal tempat individu menimba ilmu secara tidak langsung belajar keterampilan-keterampilan sehingga tercapailah keterampilan sebagi salah satu faktor pendukung guna mencapai rasa percaya diri pada individu yang bersangkutan.
Namun demikian dari keluarga dalam hal keprcayaan diri anak semakin berkurang seiring dengan mulai bernjaknya anak ke arah dewasa. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri adalah sebagai berikut (Lauster: 2002):
1.      Kemampuan Pribadi
Kemampuan pribadi adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk mengembangkan diri dimana individu yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakannya, dan tidak tergantung pada orang lian mengenal kemampuan dirinya sendiri.
2.      Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah mengenai bagaimana individu dalam hubungan dengan lingkungannya bertoleransi, dapat menerima dan menghargai orang lain. H. Bonner (dalam Gerungan: 2004) berpendapat bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Rumusan ini dengan tepat menggambarkan kelangsungan timbal baliknya interkasi sosial antara dua atau lebih manusia itu.
Sementara itu, individu yang satu dapat menyesuaikan diri secara autoplastis kepada individu yang lain, dimana dirinya dipengaruhi oleh dirinya yang lain. Individu yang satu dapat juga menyesuaikan diri secara autoplastis dengan individu lain, dimana individu yang lain itulah yan dipengaruhi oleh dirinya yang pertama. Dengan demikian, hubungan antara individu yang berinteraksi senantiasa merupakan hubungan timbal balik, saling pengaruh yang timbal balik.
3.      Konsep Diri
Konsep diri merupakan bagaimana individu memandang dan menilai dirinya secara positif ataupun negatif, mengenal kelebihan dan kekurangannya.
Menurut Hurlock (2002) konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki oleh seorang individu tentang dirinya meliputi kondisi fisik, psikologis, sosial, emosionla, aspirasi dan prestasi. Konsep diri mencakup semua konsep diri tentang citra fisik dan psikologis diri.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri adalah adanya pola asuh yang diberikan oleh keuarga sebagai lingkungan sosial yang paling kecil ssesuai dengan tahap-tahap perkembangan anak, dan juga adanya faktor dari dalam individu itu sendiri, kemampuan pribadi, interaksi sosial dan konsep diri.


H.    Percaya Diri Dalam Perspektif Islam
Dalam Islam percaya diri dapat diwujudkan dengan sikap mensyukuri apa yang telah dikaruniai Allah kepada manusia. Karena Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna di muka bumi ini, serta dbekali akal dan nafsu dalam dirinya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Q.S. At-Tin:4:
ôs)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þÎû Ç`|¡ômr& 5OƒÈqø)s? ÇÍÈ
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya”.
Sesuai ayat tersebut, maka sangat disayangkan apabila individu memiliki rasa tidak percaya diri, sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna di muka bumi ini. Padahal, sudah semestinya setiap individu menghargai apa yang telah dianugrahkan Allah yakni pandai-pandai bersyukur , menghargai dan mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki.
Salah satu ciri orang yang percaya diri adalah mempunyai sifat optimis, optimistis adalah suatu sikap yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal. Optimis adalah lawan kata dari putus asa. Putus asa timbul karena tiada kemauan hati dan raga untuk mencari dan menyakinkan rahmat Allah SWT.
Pesimisme adalah semacam dorongan jiwa yang bercokol dalam otak sebagai akibat dari rasa tak percaya diri yang cenderung selalu melihat sesuatu dari sisi negatifnya saja. Disamping itu, individu pesimistis cenderung menanggapi satu permasalahan dengan bentuk penafsiran yang negative. Dalam arti lain, rasa pesimis ini tercermin dalam sikap-sikap negatife tertentu, kecenderungan untuk menilai sesuatu dari sisi negatif, plus dengan mengabaikan sisi-sisi positif lainnya. Bisa dikatakn, rasa pesimis adalah sebuah aklamasi perang melawan diri sendiri dan orang lain (Al-Uqshari: 2005).
Sikap optimis merupakan kebutuhan pokok yang sangat diperlukan oleh orang yang menempuh jalan Allah SWT, yang seandainya dia mennggalkannya walaupun sekejap, maka akan luput atau hampir luput, optimisme timbul dari rasa gembira dengan kemuraan Allah SWT dan karunia-Nya serta perasaan lega menanti kemurahan Tuhannya. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran Surat Ali-Imran ayat 139:

Ÿwur (#qãZÎgs? Ÿwur (#qçRtøtrB ãNçFRr&ur tböqn=ôãF{$# bÎ) OçGYä. tûüÏZÏB÷sB ÇÊÌÒÈ
Artinya: ’’janganlah kamu bersikap lemah (pesimis), dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamu adalah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
Orang yang mempunyai sikap optimis adalah orang yang mempunyai kelestarian dalam menjalankan ketaatan dan menegakkan semua yang ditutut ole keimanannya. Dia berharap agar Allah SWT tidak memalingkannya, menerima amalnya, dan tidak mnolaknya, serta melipatgandakan pahala-Nya. Sebaliknya orang yang bersikap pesimis seringkali merasa bimbang apabila menghadapi permasalan hidup, terkadang kebimbangan itu menjadi sebuah kekhawatiran yang medalam yang akhirnya berujung kepad sikap tidak percaya diri, dan mudah menyalahkan sesuatu.
Ada beberapa hal yang perlu kita amalkan agar sikap optimisme terwujud dalam hati kita:
a.       Hendaknya kita selalu mengingat nikmat-nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepada kita berkenaan dengan urusan agama, kesehatan, dan juga urusan dunia kita
b.      Hendaknya kita senangtiasa mengingat janji Allah SWT berupa pahala-Nya yang berlimpah dan kemurahan-Nya yang besar.
c.       Hendaknya kita senangtiasa mengingat luasnya rahmat Allah SWT, dan bahwa rahmat Allah itu senangtiasa mendahului murka-Nya. Optimislah dalam hidup, sebab dengan optimis hidup ini akan menjadi indah dan jangan berputus asa dari Rahmat Tuhanmu. Ayat tentang tidak berputus asa dijelaskan pada sura Yusuf ayat 87.

¢ÓÍ_t7»tƒ (#qç7ydøŒ$# (#qÝ¡¡¡ystFsù `ÏB y#ßqムÏmŠÅzr&ur Ÿwur (#qÝ¡t«÷ƒ($s? `ÏB Çy÷r§ «!$# ( ¼çm¯RÎ) Ÿw ߧt«÷ƒ($tƒ `ÏB Çy÷r§ «!$# žwÎ) ãPöqs)ø9$# tbrãÏÿ»s3ø9$# ÇÑÐÈ
Artinya: ’’Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir .” (Depag RI 1971)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang harus selalu optimistis, optimistis adalah suatu sikap yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal. Sikap optimistis merupakan kebutuhan pokok yang sangat diperlukan oleh orang yang menempuh jalan Allah, yang seandainya dia meninggalkannya walaupun sekejap, maka akan luput atau hampir luput. Orang yang mempunyai kelestarian dalam menjalankan ketaatan dan menegakkan semua yang dituntut oleh keimanannya. Dia berharap agar Allah SWT tidak memalingkannya, memerima amalnya, dan tidak menolaknya, serta melipatgandakan pahala-Nya. Sebaliknya orang yang bersikap pesimis sering kali merasa bimbang apabila menghadapi permaslahan hidup, terkadang kebimbangan itu menjadi sebuah kekhawatiran yang mendalam yang akhirnya berujung kepada sikap tidak percaya diri, dan mudah menyalahkan sesuatu.
Dari beberapa firman Allah di atas manusia diharapkan dapat memunculkan rasa percaya diri pada setiap individu yang didukung dengan segala kekurangan dan kelebihan ang dimiliki oleh manusia serta keyakinan oleh penciptaan Allah bahwa manusia diciptakan dengan segala kelebihan dan kekurangan, maka diharapkan setiap inividu akan dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya. Dengan demikian tidak ada alasan bag manusia untuk merasa lebih baik ataupn lebih rendah dari pada manusia lainnya.
Dalam penciptaan manusia Allah menciptakan dalam keadaan suci dan bersih (fitrah) dengan membawa potensi diri, sehingga lingkungannya kelak akan membentuknya menjadi baik atau buruk. Tidak ada yang membedakan manusia kecuali ketaqwaan kepada Allah SWT. Jadi dapat dikatakan tidak ada manusia yang lebih sempurna kecuali derajat ketaqwaannya kepada Allah.
Allah menciptakan manusia dengan berbagi bentuk, suku, warna kulit, dan berbagai perbedaan lain agar saling mengenal. Hal ini menggambarkan bahwa manusia adalah makhluk hidup bersosialisasi dan tidak mungkin tidak membutuhkan oranglain. Dengan kekurangan yang dimilikinya, maka berhubungan dengan orang lain akan dapat melengkapi kekurangannya, dan dengan kelebihan akan dapat membagi dengan orang lain.
Proses perkenalan atau proses sosial berperan besar dalam pembetukan kepercayaan diri. Dengan kelebihannya manusia mendapat kekuatan dalam gambaran diri bahwa dia mampu melakukan apa saja yang sesuai dengan kelebihan yang dimilikinya. Sedangkan dengan kelemahannya manusia dapat mengambil apa yang dipelajari dari lingkungan untuk menutupi kelemahan tersebut, kemudian pengalaman yang didapat dari lingkungan juga berpengaruh pada terbentuknya kepercayaan diri pada individu.
Sebagai seorang muslim, sepatutnya memiliki rasa kepercayaan diri pada dirinya sendiri, sebab kekuatan yang ada pada dirinya itu digantungkan kepada kekuatan yang mengatur alam ini yaitu Allah Yang Maha Esa. Seseorang harus mmpercayai bahwa Allah itu selalu ada didekt kita. Dialah Maha segala-galanya yang menguasai alam seluruh jagat raya, hanya kepada-Nyalah manusia diharuskan untuk berserah diri.

I.       Aplikasi Kepercayaan Diri dalam Lingkup Ekonomi
Dalam dunia yang penuh persaingan ini, rasa percaya diri dapat menjadi modal utama untuk mencapai sebuah kesuksesan. Menurut W.H. Miskell (1939), percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkannya secara tepat.
Ketika percaya pada kemampuan kita yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, kita menjadi berani mempergunakan dan menunjukkannya di tempat kerja. Orang yang percaya diri dapat berkembang lebih baik daripada orang yang tidak percaya diri. Orang yang tidak percaya diri cenderung berpikiran negatif tentang kemampuannya, sehingga membuatnya tidak bisa mengembangkan potensi-potensi yang ada. Jadi orang yang percaya diri terlihat lebih unggul daripada orang yang tidak percaya diri, padahal belum tentu kemampuan yang dimilikinya lebih baik.
·         Percaya diri dapat menumbuhkan motivasi
Motivasi yang kuat dibutuhkan untuk mencapai sebuah kesuksesan. Terkadang sebuah tujuan dan cara mencapainya sudah terlihat jelas, namun tersamarkan karena kurangnya motivasi. Orang yang percaya diri memiliki motivasi yang kuat, sehingga mereka akan memperjuangkan tujuan atau target mereka dengan sungguh-sungguh karena yakin dapat mencapainya.
·         Percaya diri membuat orang berpikir positif
Walaupun gagal meraih tujuan atau target, orang yang percaya diri tidak mudah menyerah karena mereka dapat berpikir positif terhadap segala sesuatu yang mereka hadapi. Gagal tidak membuat mereka menyalahkan diri sendiri dan menyerah karena mereka yakin akan kemampuan yang mereka miliki. Hal tersebut membuat mereka mampu bangkit lebih cepat dibandingkan orang yang tidak percaya diri ketika mengalami kegagalan.




·         Percaya diri dapat membangun hubungan sosial yang baik.
Orang yang percaya diri dapat berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya dengan baik, dan dengan yakin akan kemampuannya, mereka dapat meyakinkan orang lain terhadap kemampuan yang dimilikinya. Hubungan sosial yang baik membuat mereka lebih diakui dibandingkan dengan orang yang tidak percaya diri. Kesuksesan identik dengan status sosial yang lebih tinggi. Status sosial adalah tempat atau posisi seseorang di masyarakat, dalam dunia kerja dapat dilihat dari jabatan yang dimiliki seseorang. Dengan lebih tingginya status sosial yang dipunyai seseorang, maka bisa dikatakan orang tersebut lebih sukses dari orang yang mempunyai status sosial di bawahnya. Peluang untuk mendapat status sosial lebih tinggi akan lebih besar ketika kita mempunyai rasa percaya diri yang tinggi. Dengan percaya diri, kita membuka kesempatan orang lain untuk memberi kepercayaannya kepada kita, karena tidak akan ada orang yang percaya pada kita jika kita saja tidak percaya kepada diri sendiri.
Jadi, kesiapan Anda menjadi orang sukses dapat dilihat dari seberapa besar rasa percaya diri Anda untuk menjadi orang sukses. Jika sudah mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, Anda sudah melakukan langkah pertama menuju kesuksesan.

Cara meningkatkan rasa percaya diri terutama dilingkungan kerja penting untuk seorang karyawan. Rasa percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia, baik dalam pergaulan, bisnis maupun lingkungan kerja. 
Dapat dikatakan bahwa orang yang percaya diri, memiliki keyakinan yang tinggi pada dirinya. Dia juga yakin dengan apa yang ia katakan dan ia lakukan, terlebih diwujudkan dalam sebuah tindakan yang positif.
Seseorang yang memiliki rasa percaya diri, selalu memiliki pengharapan yang tinggi meskipun harapan/cita-citanya belum terwujud. Dalam kondisi apapun, selalu berpikir positif, itulah salah satu ciri orang yang percaya diri.
Di dunia kerja, percaya diri sangat diperlukan untuk menunjang semangat kerja dan rasa betah di kantor. Namun, banyak orang-orang yang masih tidak paham betapa pentingnya hal tersebut di dunia kerja. Percaya diri disini maksudnya adalah seberapa besar Anda yakin dengan kemampuan diri sendiri, kelebihan yang dimiliki dan juga tidak mempermasalahkan kekurangan. Ketika merasa percaya diri di tempat kerja, kita akan cenderung lebih tegas dan memiliki inisiatif yang banyak. Selain itu juga memiliki kontribusi yang baik dan yakin dengan segala keputusan yang diambil.
Ada banyak hal yang dapat menjatuhkan rasa percaya diri di kantor, seperti melihat rekan sekantor yang dipuji Bos, yang berpakaian bagus, mendengar pembicaraan negative terhadap diri Anda, dan masih banyak lagi lainnya.
Ada beberapa cara untuk meningkatkan rasa percaya diri di lingkungan kerja, yaitu:
1)      Identifikasi dan tonjolkan Kelebihan
Menurut ahli personal branding, Arruda, salah satu cara terbaik untuk membangun kepercayaan diri adalah mengenali kekuatan Anda dan menemukan cara untuk mengintegrasikan kekuatan itu ke setiap apa yang kita lakukan setiap hari. Hal pertama yang Anda lakukan adalah tulis semua kekuatan yang Anda miliki, lalu tonjolkan kelebihan-kelebihan tersebut dalam menunjang kinerja Anda di tempat kerja.
2)      Identifikasi kelemahan 
Jika kita menemukan kelemahan dalam diri, tentu kita berusaha menghilangkan atau setidaknya menguranginya. Anda tidak harus fokus pada kelemahan ini, tapi upaya untuk menguranginya pastilah bisa tingkatkan kepercayaan diri.
3)      Lupakan Standar Yang Ditetapkan Orang Lain
Terlepas dari situasi yang membuat anda mengalami krisis percaya diri, anda bisa membantu diri anda sendiri dengan berpegang pada standar yang anda miliki. Orang lain memiliki nilai yang berbeda dengan anda, dan sekeras apa pun anda mencoba, anda tidak pernah bisa memuaskan semua orang setiap saat. Jangan khawatir jika orang-orang menyebut anda gendut, kurus, pemalas, membosankan, pelit, konyol, dll.. Bertahanlah pada standar yang anda miliki, bukan pada standar yang dimiliki orang lain. Ingatlah nilai-nilai dan standar-standar yang dimiliki umumnya berbeda dalam masyarakat; anda tidak harus menerima nilai dan standar tersebut hanya karena orang-orang di sekitar anda menerimanya.
4)      Tetap fokus pada diri Anda sendiri.
Penulis "Tame Your Terrible Office Tyrant", Lynn Taylor, menyarankan fokus saja pada tugas-tugas Anda sendiri, jangan tergoyahkan dengan gosip murahan di kantor yang tidak produktif.
5)      Menjalin hubungan yang baik dengan rekan kantor
Cara ini merupakan cara termudah untuk membangun rasa percaya diri Anda di tempat kerja. Dengan menjalin hubungan baik, Anda akan lebih mengetahui dengan siapa Anda bekerja dan Anda pun memiliki hubungan yang baik dengan mereka, sehingga timbul saling percaya dan tidak ada alasan untuk saling menjatuhkan antara satu sama lain.
6)      Menetapkan tujuan terbesar pada karir
Rasa percaya diri dapat dicapai dan semakin meningkat pada saat Anda telah berhasil menetapkan tujuan terbesar dari karir Anda sendiri. Tetapi perlu diingat dan ditekankan bahwa tujuan karir haruslah realistis dan sejalan dengan kemampuan dan kemauan belajar serta kerja keras, sehingga membuat Anda tetap fokus dan terus termotivasi.
7)      Berpikir Positif dan           Percaya
Percaya atau tidak, pikiran kita dapat menggerakkan lingkungan di sekitar kita terlebih lagi menggerakkan potensi yang ada di dalam diri sendiri. Oleh karena nya, sangat disarankan untuk membentuk pola pikir Anda menjadi positive. Pikirkanlah bahwa Anda bisa, Anda mampu, Anda cerdas, Anda hebat, Anda rendah hati, Anda bisa sukses, maka secara otomatis, diri Anda pun akan berupaya dalam mewujudkannya dan sudah tentu rasa percaya diri pun dapat meningkat.
8)      Berpenampilan yang rapi dan bersih
Penampilan kita juga menjadi salah satu factor untuk meningkatkan rasa percaya diri yang kuat. Tidak perlu berpakaian mahal dan gelamor, cukup rapikan penampilan Anda dan jaga kebersihan diri serta pakaian, maka orang-orang di sekitar pun akan senang bila melihat Anda.
9)      Perbanyak senyum
Senyum yang tulus merupakan hal termanis yang bisa wajah Anda berikan terhadap rekan-rekan kantor yang Anda temui. Seburuk apapun masalah yang Anda hadapi, cobalah untuk tersenyum apabila berpapasan dengan rekan kerja di lorong, tempat parkir atau area manapun. Senyuman dapat membuat otot-otot pipi yang menegang karena stress menjadi lebih rileks sehingga akan berdampak baik juga pada diri Anda. hal tersebut juga untuk meingkatkan hubungan baik Anda dengan rekan-rekan kerja lainnya. Maka, tersenyumlah! 

Johann von Goethe pernah mengatakan, “treat people as if they already are competent, and you’ll help them to become so.” Kita harus memperlakukan orang seolah-olah mereka sudah kompeten untuk membuat mereka benar-benar kompeten.
Sama halnya dengan kita menumbuhkan rasa percaya diri karyawan, semakin meningkat percaya dirinya, semakin meningkat pula ketajamannya dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan dan bahkan kinerjanya akan membaik.
Sebagai seorang manager atau supervisor, kita dapat menumbuhkan percaya diri karyawan dengan berbagai cara, misalnya:
1.      Memberikan pujian
Ketika mendapati karyawan melakukan tugasnya dengan baik, memberinya pujian adalah tindakan yang tepat. Memberi pujian pun ada seninya, kita tidak cukup hanya mengatakan, “kerjaan kamu bagus”, tetapi juga memberikan feedback di dalam pujian tersebut. Misalnya saja, “Ide kamu untuk membuat brosur sangat bagus, kemarin ada klien kita yang minta untuk diberikan kepada teman-temannya”. Dengan pujian yang lebih spesifik, karyawan akan merasa lebih dihargai karena hasil karyanya benar-benar dilihat oleh atasan.
2.      Memberikan tugas sesuai kompetensi
Sebagai seorang manager, harusnya kita tahu kompetensi anak buah atau yang team kita pimpin. Dalam memberi penugasan, kita sesuaikan dengan kompetensi yang ia miliki. Seiring dengan bertambahnya kompetensi, kita bisa memberikan tugas dengan kesulitan yang semakin bertambah secara bertahap.
3.      Memberikan Training
Training sesuai kebutuhan akan meningkatkan kompetensi karyawan. Dengan kompetensi tersebut, karyawan akan lebih percaya diri dalam menyelesaikan tugasnya.
4.      Berilah tanggung jawab yang memiliki nilai
Contohnya resepsionis. Meskipun tugas utama dia adalah mengangkat telepon masuk atau menerima tamu, berilah resepsionis tersebut kehormatan untuk menjadi ambassador perusahaan. Berilah kebebasan baginya untuk mengantarkan tamu berkeliling ruangan kantor jika itu diperlukan.
5.      Menyemangati karyawan ketika mereka menghadapi kegagalan
James E. Tingstad dalam bukunya “How to Manage the R&D staffs” mengungkapkan bahwa satu kata penyemangat setelah kegagalan sama harganya dengan kata-kata pujian setebal buku setelah kesuksesan. Jadi, jangan ragu untuk memberikan kata semangat bagi karyawan.
6.      Terima karyawan apa adanya
Dalam melihat seorang karyawan, lihatlah kepribadiannya dan bukan semata-mata bagaimana kinerjanya. Kita harus menahan diri untuk tidak memberi tahu terus-menerus apa yang harus dilakukan oleh seorang karyawan. Biarkan ia belajar dari proses dan berikan ruang untuk trial and error bagi mereka.








OPTIMALISASI POTENSI DIRI

A.    Pengertian Potensi Diri
Kata potensi berasal dari bahasa Inggris, yaitu potencial yang berarti kesanggupan, tenaga, dan kekuatan. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, defenisi potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, kekuatan, kesanggupan, dan daya. Secara sederhana, potensi adalah sesuatu yang bisa kita kembangkan (Majdi: 2007).
Potensi dapat diartikan sebagai kemampuan dasar dari sesuatu yang masih terpendam didalamnya yang menunggu untuk diwujudkan menjadi sesuatu kekuatan nyata dalam diri sesuatu tersebut (Wiyono: 2006). Dari pengertian ini dapat dikatakan potensi diri manusia adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia yang masih terpendam didalam dirinya yang menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu manfaat nyata dalam kehidupan diri manusia.
Sedangkan Habsari (2005) menjelaskan, potensi diri adalah kemampuan dan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang baik fisik maupun mental dan mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan bila dilatih dan ditunjang dengan sarana yang baik.
Dari penjelasan beberapa defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa potensi diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki oleh seseorang yang masih terpendam dalam mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan jika didukung dengan latihan, dan sarana yang memadai.

B.     Macam-Macam Potensi Diri
1.      Potensi Fisik ( Psychomotoric )
Merupakan potensi fisik manusia yang dapa.t diberdayakan sesuai fungsinya untuk berbagai kepentingan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Potensi diri ini dapat diberdayakan sesuai fungsinya untuk saling membagi kepentingan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Contohnya hidung untuk mencium bau, tangan untuk menulis, kaki untuk berjalan, telinga untuk mendengar, dan mata untuk melihat.
2.      Potensi Mental  Intelektual (Intellectual Quotient )
Merupakan potensi kecerdasan yang ada pada otak manusia (terutama otak sebelah kiri). Fungsi potensi tersebut adalah untuk merencanakan sesuatu, menghitung dan menganalisis.
3.      Potensi Sosial Emosional (Emotional Quotient)
Merupakan potensi kecerdasan yang ada pada otak manusia (terutama otak sebelah kanan). Fungsinya antara lain untuk mengendalikan amarah, bertanggungjawab, motivasi dan kesadaran diri.
4.      Potensi Mental Spiritual (Spiritual Quotient)
Merupakan potensi kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang berhubungan dengan jiwa sadar atau kearifan di luar ego. Secara umum Spiritual Quotient merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan keimanan dan akhlak mulia.
5.      Potensi Daya Juang (Adversity Quotient)
Merupakan potensi kecerdasan manusia yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang berhubungan dengan keuletan, ketangguhan dan daya juang tinggi. Melalui potensi ini, seseorang mampu mengubah rintangan dan tantangan menjadi peluang (Wiyono: 2004)

C.    Cara Mengenali Potensi Diri
Islahulben (2014) dalam Jurnal “Mengenal Potensi Diri”, beberapa cara untuk dapat mengenal diri kita adalah sebagai berikut:
1.      Luangkan waktu untuk diri kita sendiri
Kompleksitas yang kita hadapi pada era modern ini telah banyak sekali menyita waktu kita karena semakin kompleks sebuah permasalahan semakin banyak waktu dan tenaga yang harus kita curahkan. Jangankan waktu untuk diri sendiri, waktu untuk keluarga pun tersita. Namun bukan berarti kita tidak memiliki waktu untuk diri kita sendiri, yang ada adalah kita tidak cukup memilikikeinginan untuk mengenal diri kita. Manfaatkan waktu kesendirian kita untuk merenung dan memikirkan siapa kita, apa yang telah kita lakukan, mengapa kita melakukannya, bagaimana dampaknya terhadap orang lain dan lingkungan. Lakukan saat-saat luang kita seperti setelah sholat, pada saat istirahat makan siang, sore hari atau waktu-waktu luang lainnya. Jadi jangan semua waktu kita dihabiskan untuk berinteraksi dengan dunia luar. Akrablah dengan diri kita sendiri, cobalah berkomunikasi dengan diri kita sendiri sehingga kita tidak menjadi orang asing di tubuh dan jiwa kita sendiri.
2.      Tanyakan pada orang lain (keluarga, teman, guru dan orang-orang di sekitar kita)
Selain merenung dan berkomunikasi dengan diri sendirikita dapat bertanya dengan orang-orang di sekitar kita. Tanyakan mengenai sifat-sifat kita, perilaku kita, pendapat mereka tentang kita dan sebagainya. Karena sangat mungkin orang lain lebih mengenal diri kita dibandingkan diri kita sendiri. Namun sebelum melakukannya, berusahalan untuk berpikiran positifdan bersedia untuk menerima pendapat serta kritikan orang lain sebagai sesuatu yang membangun dan media evaluasi diri.
3.      Catat kejadian-kejadian yang kita alami setiap hari
Untuk poin ini bagi yang suka menulis diary. Karena dengan menulis pengalaman sehari-hari kita, kita dapat membacanya dan merenungkannya di kemudian hari. Di dalam diary selain pengalaman turut tertuang emosi, perasaan dan pikiran kita atas apa yang dialami. Makanya tidak mengherankan para Psikolog dan Psikiater menggunakan diary ini sebagai salah satu sarana untuk mengevaluasi atau menilai kepribadian seseorang.

D.    Pengembangan Pribadi melalui Potensi Diri
Pengembangan potensi diri adalah suatu usaha atau proses yang terus menerus menuju pribadi yang mantap dan sukses. Pribadi yang mantap dalam artian menuju kepada kedewasaan mental, sedangkan pribadi yang sukses dalam artian pribadi yang mampu tampil sebagai pemenang dengan mengalahkan semua unsur negatif dalam diri.  Salah satu cara untuk mengetahui apakah seseorang telah mencapai perkembangan diri secara optimal atau mencapai pribadi yang sukses dan mantap adalah dengan mengenal diri sendiri. Mengenal diri sendiri yaitu dengan memperoleh pengetahuan tentang totalitas diri yang tepat dengan menyadari kekuatan dan kelemahan masing-masing.
Pengenalan diri sangat diperlukan dalam mengembangkan dan mengoptimalkan potensi-potensi yang positif serta meminimalisasi potensi-potensi yang negatif. Pengenalan diri dapat melalui (1) introspeksi diri, (2) umpan balik dari orang lain, dan (3) test psikologi.
1)   Introspeksi Diri
Introspeksi diri merupakan peninjauan terhadap (perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan, dan sebagainya) diri sendiri atau disebut juga dengan mawas diri. Introspeksi diri dilakukan, karena hanya orang lain yang paling mengetahui dirinya sendiri, dengan mendengarkan suara hati yang paling dalam dan dilakukan secara jujur. Misalnya: merenungkan diri sendiri dan menuangkan potensi-potensi yang ada pada diri sendiri ke dalam tabel kekuatan diri dan kelemahan diri. Introspeksi diri akan sulit dilakukan apabila seseorang tidak mengetahui potensi dirinya sendiri, baik yang positif maupun yang negatif.  Untuk mengetahui potensi yang tersembunyi dari diri sendiri, seseorang dapat meminta bantuan orang lain yang ada disekitarnya. 
2)   Umpan Balik dari Orang Lain
Pengenalan diri melalui orang lain dapat dilakukan dengan meminta umpan balik tentang potensi diri baik yang positif maupun yang negatif. Bila seseorang ingin menggunakan umpan balik sebagai alat untuk membantu orang lain mengembangkan pribadinya agar umpan balik yang dimaksud untuk kebaikan orang lain, maka hal ini cara yang benar-benar efektif. Sebaliknya umpan balik dari orang lain yang dimaksudknan untuk hal yang negatif, maka dapat menyebabkan salah mengerti dan bahkan dapat diakhiri dengan perasaan tersinggung, tegang, kesal, jengkel, marah, sedih, frustasi, dan menimbulkan pertikaian.
3)   Test Psikologi
Pengenalan diri melalui test psikologis dilakukan karena potensi diri yang dimiliki tidak diketahui oleh diri sendiri dan orang lain. Tes ini dilaksanakan dengan cara pengisian instrumen-instrumen yang telah dirancang untuk mengenal diri sendiri. Dari hasil pengisian tersebut akan didapat dimensi tipologi seperti: (1) Extrovertion, (2) Introvertion, (3) Intuition, (4) Sensation, (5) Thinking, (6) Feeling, (7) Judging, dan (8) Perceiving. Cara yang paling cocok untuk lebih mengenal diri sendiri adalah berpulang kepada diri sendiri. Namun yang jelas, seseorang harus meluangkan waktu untuk melihat bagaimana keadaan dirinya yang sebenarnya secara terbuka dengan menerapkan kejujuran. Tanpa kejujuran dan keterbukaan, seseorang hanya menemukan topeng-topeng dirinya (Cenaya: 2008).

E.     Kekuatan Dalam Optimalisasi Potensi Diri
Ada lima kekuatan yang bisa digunakan untuk mengembangkan atau mengoptimalkan potensi diri. Lima kekuatan tersebut antara lain:
1.    Kekuatan Keyakinan (The Power of Belief)
Keyakinan adalah fondasi untuk melakukan apa saja. Seseorang baru akan bertindak apabila merasa yakin dan mampu melakukan sesuatu. Jika tidak yakin maka upaya yang dilakukan akan dikerjakan dengan setengah hati. Setiap orang mengetahui, bahwa apapun yang dilakukan dengan setengah hati dan tanpa kesungguhan, maka hasilnya pasti tidak akan maksimal. dalam hal keyakinan, seseorang tidak boleh asal yakin saja. Yakin yang dimaksudkan adalah yakin yang berlandaskan kebijaksanaan dan akal sehat, tidak hanya asal “yakin” dan “ngotot”.
Perlunya kebijaksanaan dalam keyakinan yaitu karena yakin terbagi menjadi tiga macam. Pertama, yakin yang hanya bermain di level kognisi atau pikiran sadar. Kedua, yakin yang bermain pada level afeksi atau pikiran bawah sadar. Ketiga, yaitu yakin yang asal-asalan atau sembarangan. Yakin tipe ini yang ketiga adalah yakin yang berlebihan atau overconfident tapi tidak ekologis.
2.    Kekuatan Semangat (The Power of Enthusiasm).
Adapun komponen atau bagian dari kekuatan semangat adalah konsistensi, persistensi dan kegigihan. Tindakan yang dilandasi dengan suatu keyakinan yang teguh, bahwa seseorang pasti bisa berhasil, maka akan dilakukan dengan penuh semangat. Semangat adalah motivasi intrinsik atau dorongan bertindak yang berasal dari dalam diri seseorang. Kekuatan semangat merupakan hal yang membuat seseorang akan terus mencoba walaupun telah gagal berkali-kali.
Seperti contoh, kekuatan semangat yang menjadi pendorong Thomas Edison untuk terus mencoba walaupun ia telah berkali-kali gagal menemukan bahan yang sesuai untuk membuat bola lampu listrik. Kekuatan semangat ini pula yang mendorong Harland Sanders untuk terus menawarkan resep ayam gorengnya yang istimewa Kentucky Fried Chicken, walaupun ia telah ditolak berkali-kali.
3.    Kekuatan Fokus (The Power of Focus).
     Fokus berarti seseorang hanya melakukan hal-hal yang memang berhubungan dengan target yang ingin dicapainya. Pikiran seseorang menjadi sangat tajam dan terpusat jika sudah berada pada tingkatan fokus. Seseorang yang sudah fokus terhadap suatu hal, maka tidak akan membiarkan berbagai halangan atau distraksi membuat pikiran atau kegiatannya menyimpang dari tujuan semula. Saat kekuatan fokus bekerja, seseorang akan sangat memperhatikan hal-hal detil dalam upaya mencapai keberhasilan. Kekuatan fokus ini yang mendorong seseorang untuk menghasilkan tujuan yang ingin dicapainya.
4.    Kekuatan Kedamaian Pikiran (The Power of Peace of Mind).
Kekuatan keempat ini sangat penting, karena ini merupakan barometer untuk menentukan apakah keyakinan seseorang terhadap sesuatu itu ekologis atau tidak. Saat seseorang yakin, semangat, dan fokus melakukan sesuatu maka perlu diperiksa apakah seseorang tersebut merasakan ketenangan baik dipikiran maupun dihatinya. Jika jawabannya “tidak” maka perlu diperiksa ulang keyakinan kita. Perlunya pemeriksaan ini adalah untuk meyakinkan bahwa tujuan yang diinginkan apakah karena keinginan yang sungguh-sungguh atau hanya karena dorongan emosi tertentu, misalnya emosi takut atau keserakahan.
Bila keyakinan seseorang bersifat ekologis, didasari dengan pikiran yang benar dan kebijaksanaan, maka saat bekerja keras dan giat untuk mencapai impian-impiannya, pikiran dan hatinya akan tetap merasa tenang, damai, dan bahagia. Ini adalah satu aspek penting yang jarang sekali diperhatikan oleh kebanyakan orang. Perasaan tenang, damai, dan bahagia merupakan indikasi bahwa apa yang dilakukan seseorang benar-benar keyakinan yang akan berhasil. Seseorang hanya perlu melakukan pekerjaannya saja dan sukses sudah pasti akan didapatkan.
5.      Kekuatan Kebijaksanaan (The Power of Wisdom).
Kekuatan ini sangat penting karena digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan pada empat langkah sebelumnya. Dengan menggunakan kebijaksanaan seseorang dapat melakukan evaluasi dengan baik, benar, akurat, dan tanpa melibatkan emosi. Jika hasil yang dicapai belum seperti yang diinginkan, maka dengan menggunakan kebijaksanaan seseorang akan dapat mengetahui permasalahannya dan dapat meningkatkan potensi dirinya.
Jika hasilnya sudah seperti yang kita inginkan, maka dengan menggunakan kebijaksanaan, seseorang dapat mempertahankan dan meningkatkan pencapaian itu. Kebijaksanaan juga digunakan untuk memeriksa keyakinan atau kepercayaan yang menjadi langkah awal tindakan untuk mencapai goal. Dengan bijaksana seseorang dapat memeriksa keabsahan keyakinannya.



F.     Cara Mengelola Potensi Diri
Setelah benar-benar memahami apa sebenarnya potensi diri yang anda miliki, maka langkah selanjutnya yang harus diketahui adalah bagaimana cara mengelola potensi diri anda sendiri. Dalam hal cara mengelola potensi diri disini yang perlu ditekankan terdiri dari beberapa langkah penting. Dimana langkah-langkah ini disampaikan pada acara diklat kepemimpinan di Yogyakarta. Diantaranya adalah sebagai berikut:
  1. Membuang belenggu “tidak mungkin”
  2. Membuang beban yang tidak perlu
  3. Memasarkan diri sendiri
  4. Menyingkirkan kebiasaan yang mematikan sensitivitas, kreativitas, inovasi
  5. Membuat nyali kemanusiaan berfungsi

G.    Hambatan-Hambatan Pengembangan Potensi Diri
Menurut Mike Woodcook dan Dave Francis, (dalam Sulastiana: 2010), hambatan-hambatan dalam mengembangkan potensi diri dapat berasal dari diri sendiri dan juga dari lingkungan. Berikut penjelasannya.
1.      Hambatan-hambatan pengembangan potensi diri dari diri sendiri, yaitu:
a.       Tidak memiliki tujuan hidup yang jelas
Charles Garfield, seorang psikolog yang telah bekerja dengan para astronot, atlet kelas dunia, pakar ilmu pengetahuan, penemu, pengusaha dan orang berprestasi puncak lainnya. dia percaya bahwa jenis keberhasilan apapun dimulai dengan sebuah tujuan tertentu yang diiringi kemauan yang kuat. Tujuan telah menjadi bagian awal setiap kemajuan dalam sejarah kehidupan manusia (Urban: 2003).
Hidup tanpa tujuan adalah seperti bepergian tanpa alamat. Anda tidak tau mau pergi kemana, dan membuat anda tidak berhenti dimanapun dan anda akan tetap berada di jalan.
Oleh sebab itu, dalam rangka mengembangkan potensi diri hendaklah seseorang itu menetapkan tujuan hidupnya terlebih dahulu. Adapun dalam menetapkan tujuan itu harus jelas dan terukur. Misalnya, anda seorang mahasiswa S1 yang sebentar lagi akan lulus, tujuan anda setelah lulus ialah akan melanjutkan studi ke luar negeri dengan beasiswa dari pemerintah, maka untuk mendapatkan tujuan tersebut mulai dari sekarang anda mempersiapkan hal-hal yang perlu di persiapkan untuk mencapai tujuan anda tersebut.
b.      Kurang termotivasi
Faktor yang paling menentukan ialah motivasi. Motivasi akan memperkuat tujuan hidup seseorang dan merangsangnya mencapai tujuan tersebut. Seseorang yang tidak termotivasi untuk melakukan optimalisasi potensi diri nya biasanya dikarenakan tidak percaya diri, acuh, takut gagal, dan sering mencari-cari alasan.
c.       Enggan mengenali diri sendiri
Mengenali diri sendiri ialah kegiatan mentuk melihat kembali sisi interpersonal pada diri seseorang. Bagi sebagian orang kegiatan ini adalah hal yang sangat biasa, namun bagi golongan yang lain ajakan ini ibarat petualangan baru dalam diri. Manusia, dengan segala kesibukannya dalam interaksi sosial, sering sekali alpa untuk berinteraksi dengan dirinya sendiri, atau bahkan dengan penciptanya. Pribadi yang enggan mengenali dirinya sendiri merupakan pribadi yang tidak memiliki jiwa kompetitif didalam dirinya. Ajakan untuk mengenal diri sendiri, tak terlepas dari keinginan menjadi lebih baik dari diri sebelumnya dan itu diikuti oleh rasa bersaing untuk mencapai pribadi yang terbaik.
d.      Tidak mau mengambil resiko
Maksudnya ialah seseorang yang lebih memilih zona kenyamanan dan tak ingin berpindah karena takut dengan resiko yang akan dihadapi.
e.       Takut situasi yang baru
Seseorang yang sudah merasa nyaman dengan kehidupannya yang sekarang, enggan untuk melangkah ke penghidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Hal ini didorong oleh ketidak siapannya mengambil resiko ketidak nyamanan untuk melangkah.
f.       Negative thinking
Buanglah pikiran-pikiran negative yang bias menghambat langkah anda dalam mencapai tujuan. Setiap kali anda menghadapi hambatan, jangan menyalahkan orang lain. Lebih baik coba evaluasi kembali langkah anda mungkin ada sesuatu yang perlu diperbaiki. Kemudian melangkahlah kembali ketika anda telah menemukan jalan yang mantap.
2.      Hambatan-hambatan pengembangan potensi diri dari lingkungan, yaitu:
a.       Sistem yang dianut
b.      Kurang mendapatkan dukungan dari lingkungan
c.       Harapan yang berlebihan dari orang lain
d.      Hancur sebelum waktunya
e.       Kebencian dari orang lain
f.       Umpan balik yang kurang memadai

H.    Potensi Diri dalam Perspektif Islam
·         Potensi Manusia Menurut Agama Islam (Sholeh: 2009)
Manusia merupakan makhluk yang sangat luar biasa dengan segala potensi yang dimilikinya. Pada saat ini telah banyak terjadi perkembangan dan kemajuan yang dibuat oleh manusia. ini disebabkan oleh potensi otak manusia yang luar biasa hebat. Kemampuan otak manusia dapat menerima dan menyimpan banyak memori. Dengan pemanfaatan otak ini manusia telah banyak menciptakan inovasi baru.
Pada hakikatnya manusia sejak lahirnya telah diberi oleh Allah berbagai macam potensi. Potensi-potensi tersebut berupa potensi.untuk mendengar (sam’a), potensi untuk melihat (abshara), dan potensi memahami dengan hati (af-idah). Ketiga potensi tersebut merupakan potensi dasar yang perlu dikembangkan. Apabila kita merenungkan sejarah kehidupan manusia diawali sejak Nabi Adam dan anak cucunya yang mendiami muka bumi ini. Mereka yang dibesarkan oleh perkembangan zaman, lalu disusul dengan terwujudnya kesejahteraan di bumi yang diikuti dengan semakin beranekaragamnya peradaban dari generasi ke generasi. Berikut ini beberapa potensi manusia menurut agama Islam yang diberikan oleh Allah Swt.
1. Potensi Akal
Manusia memiliki potensi akal yang dapat berpikir, menyusun konsep-konsep, menciptakan sesuatu, mengembangkan, dan mengemukakan gagasan. Dengan potensi ini, manusia dapat melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pemimpin di muka bumi. Namun, faktor penilain manusia dapat mengarahkan manusia pada kesalahan dan kebenaran.
2. Potensi Fitrah
Manusia pada saat lahir memiliki potensi fitrah. Fitrah tidak selalu dimaknai sebagai sesuatu yang suci. Fitrah di sini adalah bawaan sejak lahir. Fitrah manusia sejak lahir adalah membawa agama yang lurus. Namun, kondisi fitrah ini berpotensi tercampur dengan faktor yang lain dalam proses perkembangannya. Termasuk juga faktor lingkungan.
3. Potensi Ruh
Manusia memiliki ruh. Banyak pendapat para ahli tentang ruh. Ada yang mengatakan bahwa ruh pada manusia adalah nyawa. Sementara sebagian yang lain memahami ruh pada manusia sebagai dukungan dan peneguhan kekuatan batin.permasalahan ruh ini memang  tidak bisa sepenuhnya dapat dimengerti manusia karena manusia memiliki keterbatasan ilmu pengetahuan. dan selebihnya hanyalah allah yang manetahui urusan ruh. Allah swt berfirman:
štRqè=t«ó¡our Ç`tã Çyr9$# ( È@è% ßyr9$# ô`ÏB ̍øBr& În1u !$tBur OçFÏ?ré& z`ÏiB ÉOù=Ïèø9$# žwÎ) WxŠÎ=s% ÇÑÎÈ
Katakanlah, “Ruh adalah urusan Tuhan-Ku, kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit”. (QS. Al-Isra: 85)
4. Potensi Qalbu
Qalbu di sini tidak dimaknai sekadar ‘hati’ yang ada pada manusia. Qalbu lebih mengarah pada aktivitas rasa yang bolak-balik. Terkadang  senang terkadang juga susah. Kadang setuju kadang menolak.
Qalbu berhubungan dengan keimanan. Qalbu merupakan wadah dari rasa takut, cinta, kasih sayang, dan keimanan. Karena qalbu ibarat sebuah wadah, ia berpotensi menjadi kotor atau tetap bersih.
5. Potensi Nafsu
Dalam bahasa indonesia nafsu yang berarti 'dorongan kuat untuk berbuat kurang baik'. Sementara nafsu yang ada pada manusia tidak hanya dorongan berbuat buruk, tetapi berpotensi berbuat baik. Dengan kata lain,nafsu ini berpotensi positif dan negatif.Hakikatnya, nafsu pada diri manusia cenderung berpotensi positif. Namun, potensi negatif daya tariknya lebih kuat dari pada potensi positif. Oleh karena itu, manusia diminta untuk menjaga kesucian nafsunya agar tidak kotor.
potensi dasar manusia dapat mengambil wujud dorongan-dorongan  naluriah dimana pada dasarnya manusisa memiliki tiga dorongan nafsu, yaitu :
a.      Dorongan naluri mempertahankan diri
Naluri  mempertahankan diri ini terwujud secara biologis dalam wujud dorongan untuk mencari makanan ketika lapar, menghindari diri dari bahaya, menjaga diri agar tetap sehat, mencari perlindungan untuk hidup aman. Dorongan menjaga diri berfungsi melayani dorongan cinta keabadian, sebab dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiologis, tubuh sebenarnya telah mengusahakan kelang sungan hidup seseorang.
Dalam kitab  Al-qur’an ada ayat-ayat yang menunjukkan tentang naluri manusia untuk mempertahankan diri, di antaranya pertahanan diri dari lapar,haus,kepanasan, kedinginan,dan kesakitan.
b.      Dorongan naluri mengembangkan diri
Naluri mengembangka diri sendiri juga merupakan sebuah potensi dasar manusia sebagai bentukan antara rohani dan jasmani. Dimensi jasmani yang statis dihiasi dimensi  rohani melahirkan sebuah unsur yang dinamika. Dinamika diri ini terarah pada uasah pengembangan diri  yag terwujud dalam bentuk pencapaian diri dalam aspek pengetahuan  bahkan pada bentuk aktualisasi diri. Seperti dorongan rasa ingin tahu dan mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya. pada dorongan inilah yang menjadikan budaya-budaya manusia makin maju dan makin berkembang.
Dalam  konsep islam, pengembangan diri merupakan sikap dan perilaku yang sangat diistimewakan. Manusia yang mampu mengoptimalkan potensi yang  ada pada dirinya, sehingga manjadi manusia yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas  akan diberikan kedudukan yang mulia di sisi Allah.
c.       Dorongan Naluri diri mempertahankan jenis
Manusia  ataupun hewan secara sadar maupun tidak sadar, selalu menjaga agar jenisnya atau keturunannya tetap berkembang dan tetap hidup. Dorongan nafsu ini terlihat oleh adanya perjodohan dan perkawinan serta dorongan untuk memelihara dan mendidik anak-anak mereka.
Dorongan naluri melestarikan keturunan terbagi manjadi 2 dorongan :
1)      Dorongan seksual
2)      Dorongan keibuan

Dengan adanya tiga naluri tersebut, maka setiap kebiasaan, tindakan dan sikap manusia yang dilakukannya setiap hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh oleh tiga naluri tersebut.Sebagai manusia, fitrah kita cenderung mengarah kepada hal-hal yang baik dan terpuji. Namun, karena manusia diberi akal, nafsu, dan syahwat. Tetapi karena manusia memiliki hawa nafsu, maka dari itulah derajat manusia lebih tinggi dari pada malaikat, syetan, bahkan semua makhluk ciptaan Allah.
Karena di dalam hadis, Nabi bersabda bahwa golongannyalah yang dapat menyamakan derajat pahalanya dengan nabi-nabi sebelum Nabi. Itu karena golongan Nabi Muhammad tidak melihat dan menjumpai nabinya, melainkan hanya menjumpai apa yang telah ditinggalkan, yaitu Al-Quran dan Hadis.Sebagaimana dalam Al-Quran yang isinya “Telah aku tinggalkan 2 perkara, di mana jika kalian mengikutinya, kalian tidak akan tersesat, yaitu kitabillah (Al-Quran) dan sunnati Nabi (hadis Nabi)”. Sampai ada istilah manusia itu ada di antara setan dan malaikat karena memiliki potensi berbuat baik dan berbuat buruk.
Sepanjang menjalani hidup, manusia pasti tidak akan luput dari perbuatan salah. Akan tetapi, sebaik-baiknya manusia ialah yang berbuat salah dan bisa manobatiobati. Sebagaimana yang terdapat dalam Al-Quran, yang artinya “Setiap anak turunnya nabi Adam pasti melakukan kesalahan, sebaik-baiknya kesalahan, yaitu ditobati”.
Namun, jika perbuatan itu melanggar aturan Allah dan Rasul-Nya, dapat dikategorikan sebagai orang yang berakhlak tercela atau buruk. Yang mana kita telah mengetahui orang yang melakukan perbuatan yang tercela atau buruk, Allah selalu memberikan balasan yang jelek pula.
Seperti di dalam Al-Quran surat An-Nisa’ ayat 14 yang artinya “Barang siapa yang menentang Allah, Rasul, dan melanggar aturan-aturan-Nya, maka dia akan dimasukkan ke dalam neraka, dan mereka kekal di dalam neraka”.
Di dalam hadis Nabi bersabda bahwa di dalam neraka adalah seburuk-buruk tempat kembali. Di dalam hadis itu juga diterangkan bahwa api yang ada di neraka itu berwarna hitam, itu karena begitu  panasnya di dalam neraka.
Orang yang masuk ke dalam neraka adalah orang-orang yang berdosa, baik itu dosa kecil maupun dosa besar. Di zaman sekarang, baik dosa kecil maupun dosa besar, tingkat ketakutannya itu hampir tidak ada. Banyak orang yang meninggalkan solat dengan sengaja, tidak berzakat, minum minuman yang memabukkan atau dalam Al-Quran disebut khomr, pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan, dan masih banyak lagi.
Itulah pekerjaan syetan yang selalu mengganggu anak turun Adam supaya mereka banyak yang masuk ke dalam neraka. Dan, Allah pun telah meridhokan syetan untuk mengganggu sebanyak-banyaknya untuk dijerumuskan ke dalam neraka.
Adapun syetan itu lebih pintar untuk menggoda anak Adam karena syetan telah hidup berabad-abad tahun. Padahal dalam Al-Quran telah dijelaskan dalam surat Bani Israil yang artinya, ”Dan janganlah kalian mendekati zina karena zina itu adalah sejelek-jeleknya perbuatan”.
Tetapi jika kita sebaliknya, jika kita taat, maka kita akan dimsukkan ke dalam surga. Seperti dalam surat An-Nisa’ ayat 13 yang artinya, “Barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul, maka dia akan dimasukkan ke dalam surga, yang mana mereka kekal selamanya di sana”.
Seperti kita telah ketahui bahwa surga adalah senikmat-nikmatnya tempat. Semua orang pasti ingin ke sana. Orang-orang yang masuk ke dalam surga ini jelaslah bukan orang-orang yang senang berbuat tercela. Mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat kebajikan dan ikhlas dengan niat karena Allah.
·         Potensi Diri Menurut Al-Qur’an
Di dalam kitab suci Al-Qur’an ada banyak penjelasan yang membahas tentang manusia dan makna filosofis dari penciptaannya (Allah SWT). Manusia merupakan makhluk yang sempurna dan sebaik-baik ciptaan yang dilengkapi dengan akal,pikiran dan nafsu.
Murthada Mutahhari menjelaskan pandangan Al-Qur’an tentang manusia, yaitu manusia sebagai suatu makhluk pilihan Tuhan, sebagai khalifah-Nya di bumi, serta sebagai makhluk semi samawi dan semi duniawi yang didalam dirinya ditanamkan sifat mengakui Tuhan, bebas terpecaya, rasa tanggung jawab terhadap dirinya maupun alam semesta, langit dan bumi. Akan tetapi manusia sering melupakan hakikat kedudukannya sebagai hamba Allah.
Di dalam kitab suci Al-Quran potensi-potensi manusia dikenalkan dengan berbagai macam kata-kata untuk memahami manusia secara mendalam yaitu al-insan,al-ins,al-basyar,al-nas,dan Bani Adam.
Kata insan jika berasal dari  kata anasa mempunyai arti melihat, mengetahui dan minta izin. Pengertian ini menunjukkan adanya potensi untuk dapat dilihat pada diri manusia, artinya manusia merupakan makhluk yang dapat diberikan ilmu pengetahuan. Kemudian kata insan bila dilihat dari asal kata nasiya yang artinya lupa, menunjukkan bahwa manusia merupakan makhluk yang bisa melakukan dari lupa dan salah.
Al-Ins hampir semua bersanding dengan kata Al-Jin namun dua kata ini memiliki arti yang berbeda dan berlawanan.  Kata Al-Jin dalam Al-Qur’an menerangkan suasana yang mencekam dan mengerikan, kebuasan, dan kacau, sedangkan Al-Ins  bermakna kelembutan, jinak, dan kedamaian. Dalam mu’jam ghorib al-quran lil ashfahani ditambahkan bahwa al-ins berarti berbeda juga dari sekelompok orang. Dikatakan seperti itu karena banyaknya sifat ramah atau senangnya. Oleh karena itu dikatakan hewan yang jinak. Dari pengertian tersebut menunjukkan bahwa manusia berpotensi untuk bertingkah laku yang lembut Dan labih senang dengan keadaan damai.
Kata basyar adalah jamak dari kata basyarah yang artinya permukaan kulit kepala, wajah, dan tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. kata Al-Basyar ini dinyatakan dalam alqur’an sebanyak 36 kali yang tersebar dalam 26 surat. Pemaknaan manusia dengan al-basyar memberikan pengertian bahwa manusia adalah makhluk biologis serta memiliki sifat-sifat yang ada di dalamnya, seperti makan, minum,berjalan, dan lain2 yang bersifat jasmaniah.
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa manusia, dilihat dari kaitannya dengan kata insan, merupakan makhluk yang berpotensi. Kemudian jika dikaitkan dengan kata basyar, manusia satu dengan lainnya merupakan makhluk yang sama dari aspek lahiriyahnya, yaitu makhluk yang memiliki kesamaan dalam bentuk tubuh, makan dan minum dari sumber yang sama dari alam ini, sama mengalami pertumbuhan dan perkembangan dan pada akhirnya akan menemui ajalnya, kembali kepada Sang pencipta. Jadi pada dasarnya manusia memiliki potensi jasmani dan rohani. Potensi jasmani mengacu pada kata basyar dan potensi rohani mengacu pada kata insan. Dengan potensi tersebut mampu menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi, sebagai pendukung, penerus dan pengembang kebudayaan.
Kata Al-Nas juga menerangkan di dalam Al-Qur’an yaitu untuk menunjukkan kepada makna lawan dari binatang buas. Ia diartikan sebagai makhluk yang senantiasa tunduk dan patuh pada allah. Kata ini menunjukkan kepada karakteristik manusia senantiasa berada dalam keadaan labil. Hal ini menggambarkan bahwa potensi manusia yang bisa untuk patuh kepada aturan-aturan allah, juga bisa labil dan menjadi pembangkang. namun hanya sebagian manusia yang mau memmpergunakannya sesuai dengan ajaran Tuhannya. Sedangkan sebagian yang lain menggunakan potensi tersebut untuk menentang aturan-aturan tuhan.
Dalam Al-Qur’an istilah bani adam disebutkan sebanyak 7 kali dalam 7 ayat (Abdul Mukti Ro’uf: 2008). Adapun kata bani adam yang berarti anak Adam atau keturunan Adam, digunakan untuk menyatakan manusia bila dilihat dari asal keturunannya (Quraish Shihab: 1996). bani Adam menunjuk pada arti manusia secara umum (Nizar: 200). Dalam al-qur’an kata bani adam merupakan anjuran sekaligus peringatan Allah kepada anak adam dalam rangka memuliakan keturunan Adam dibanding makhluk-Nya yang lain agar saling bersatu, berbudaya, dan beribadah. Dari keterangan tersebut dapat dilihat bahwasanya manusia itu berpotensi untuk saling bersatu dan berbudaya dalam suatu kesatuan.

I.       Aplikasi Potensi Diri dalam Lingkup Ekonomi
Adapun implementasi potensi diri dalam ilmu ekonomi dapat dilihat dari praktek wirausaha yang sering dilakukan oleh masyarakat, tidak terkecuali oleh mahasiswa yang masih aktif kuliah. Disini kami akan sedikit membahas tentang potensi diri dalam kewirausahaan.
Potensi diri merupakan kemampuan, kekuatan, baik yang belum terwujud maupun yang telah terwujud, yang dimiliki seseorang, tetapi belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara maksimal. Jadi kalau dihubungkan dengan kewirausahaan berarti kemampuan, kekuatan yang dimiliki seseorang dalam berusaha atau melakukan suatu usaha. Secara umum, potensi dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
·      Kemampuan dasar, seperti tingkat intelegensi, kemampuan abstraksi, logika dan daya tangkap.
·      Etos kerja, seperti ketekunan, ketelitian, efisiensi kerja dan daya tahan terhadap tekanan.
·      Kepribadian, yaitu pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan, serta kebiasaan seseorang, baik jasmaniah, rohaniah, emosional maupun sosial yang ditata dalam cara khas di bawah aneka pengaruh luar.

Menurut Howard Gardner, potensi yang terpenting adalah intelegensi, yaitu sebagai berikut:
1.      Intelegensi linguistik, intelegensi yang menggunakan dan mengolah kata-kata, baik lisan maupun tulisan, secara efektif. Intelegensi ini antara lain dimiliki oleh para sastrawan, editor, dan jurnalis.
2.      Intelegensi matematis-logis, kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan pada kepekaan pola logika dan perhitungan.
3.      Intelegensi ruang, kemampuan yang berkenaan dengan kepekaan mengenal bentuk dan benda secara tepat serta kemampuan menangkap dunia visual secara cepat. Kemampuan ini biasanya dimiliki oleh para arsitek, dekorator dan pemburu.
4.      Intelegensi kinestetik-badani, kemampuan menggunakan gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan. Kemampuan ini dimiliki oleh aktor, penari, pemahat, atlet dan ahli bedah.
5.      Intelegensi musikal, kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara. Kemampuan ini terdapat pada pencipta lagu dan penyanyi.
6.      Intelegensi interpersonal, kemampuan seseorang untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, motivasi, dan watak temperamen orang lain seperti yang dimiliki oleh seseorang motivator dan fasilitator.
7.      Intelegensi intrapersonal, kemampuan seseorang dalam mengenali dirinya sendiri. Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan berefleksi (merenung) dan keseimbangan diri.
8.      Intelegensi naturalis, kemampuan seseorang untuk mengenal alam, flora dan fauna dengan baik.
9.      Intelegensi eksistensial, kemampuan seseeorang menyangkut kepekaan menjawab persoalan-persoalan terdalam keberadaan manusia, seperti apa makna hidup, mengapa manusia harus diciptakan dan mengapa kita hidup dan akhirnya mati.

Potensi diri sebaiknya dikembangkan dengan cara berusaha dengan keras. Karena potensi ini tidak akan berpengaruh bila kita tidak berusaha untuk mengembangkan dan mewujudkanya.

 





TUJUAN DAN PERENCANAAN DIRI


A.    Tujuan Dan Perencanaan Diri

Kebanyakan orang merasa bahwa lingkup tindakan mereka dibatasi oleh tembok-tembok pembatas yang tak terbilang jumlahnya. Namun, kita kerap hanya menerima bahwa ada pembatasan-pembatasan, tanpa memeriksa apakah pada kenyataannya pembatasan-pembatasan itu sungguh-sungguh ada. Kita perlu mengetahui berap besar kebebasan yang kita miliki atau yang dapat kita peroleh (Stewart: 1998), salah satunya adalah dengan melakukan manajemen diri.
Manajemen diri jika dihubungkan dengan perencanaan strategi adalah berarti apa yang diinginkan seseorang di masa mendatang dan bagaimana cara mencapainya. Ini berarti seseorang harus mampu mengendalikan dan mengelola masa depan yang terbaik bagi dirinya melalui proses dan langkah-langkah terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Proses ini melibatkan berbagai pilihan mendasar tentang masa depan kehidupan yang akan dilalui, yaitu pilihan yang berkaitan dengan misi atau tujuan yang ingin dicapai dalam hidup ini, upaya atau tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan hidup, bagaimana memanfaatkan kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri (strengths and weaknesses) maupun berbagai peluang dan ancaman (opportunities and threats).
Visi yang kita rancang dan kita bangun harus senantiasa divisualisasikan dengan pikiran. Karena jika gambaran tentang masa depan kita telah sangat jelas, maka berarti kita ikut mengambil bagian dalam proses mewujudkan masa depan kita menjadi kenyataan. Sebab pikiran bawah sadar kita adalah lahan yang subur dan pikiran sadar kita adalah petaninya. Apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai, sehingga lama-kelamaan gambaran yangjelas akan tertanam dengan kuat serta tumbuh subur dalam pikiran bawah sadar, yang pada gilirannya akan mewujud menjadi realitas.
Dalam proses membangun visi, paling tidak ada tiga kekuatan yang harus diperhatikan yaitu misi hidup, kekuatan dan kelemahan serta berbagai peluang dan ancaman yang dihadapi. Misi hidup adalah semacam orientasi yang akan dicapai dan yang dijadikan komitmen. Seseorang yang hidup tanpa tujuan adalah bagaikan kapal tanpa kemudi. Dia akan terkatung-katung dan tidak menuju ke suatu tempat, dan akhirnya akan terdampar di pantai keputusasaan, kekalahan dan kesedihan.
Jadi sesungguhnya manajemen diri strategi adalah upaya secara terus menerus untuk mewujudkan visi dan misi hidup melalui serangkian aksi atau tindakan yang sesuai dengan kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan ancaman yang senantiasa dihadapi. Sementara itu, konsep kepemimpinan dalam manajemen diri adalah berupa pendekatan baru tentang bagaimana seseorang dapat mengoptimalkan potensi diri dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Kepemimpinan lebih diartikan sebagai kemampuan untuk memimpin dan mengelola diri sehingga dapat memberi kontribusi bagi penciptaan sinergi untuk mencapai tujuan atau sasaran tim. Hal ini mengandung konsep bahwa setiap individu dalam tim yang memberikan kontribusi terhadap penciptaan sinergi untuk mencapai tujuan bersama adalah seorang pemimpin.

B.     Self Management Dalam Membangun Potensi Diri
Peran manajemen dalam kehidupan manusia sangat besar, dalam praktiknya dirasakan bahwa antara manajemen dengan potensi manusia sepertinya sulit dipisahkan. Hampir seluruh cita-cita; apakah itu cita-cita perorangan (individu), cita-cita kelompok masyarakat, atau cita-cita suatu bangsa, hanya mungkin dicapai melalui manajemen yang benar, baik itu organisasi pribadi, sosial, perusahaan, kenegaraan maupun internasional. Semuanya itu memerlukan pengelolaan yang handal.
Untuk melakukan pembinaan dasar dari potensi manusia sebetulnya pertama kali harus dimulai dari dalam lingkungan keluarga, kemudian ditingkatkan melalui pendidikan formal dan informal (Suit: 2006). Dalam lingkungan keluarga inilah, manusia menerima didikan sejak masih bayi. Hal ini sesuai dengan hadits Rasululullah SAW yang menyatakan bahwa "setiap anak yang dilahirkan itu adalah dalam keadaan fitrah, tergantung kepada kedua orang tuanya untuk menjadikan dia Yahudi, Majusi atau Nasrani".
Manusia pada usia kanak-kanak sangat mudah menerima (meniru) berbagai macam perilaku yang dilihatnya dalam lingkungan sehari-hari, Oleh karena itu orang tua dan lingkungan harus memberikan contoh-contoh perilaku yang baik agar pembiasaan berperilaku yang baik dapat tertanam sejak dini sebagai modal dalam menjalani kehidupan, seperti terbiasa menghargai waktu, disiplin, berpikir, bekerja dengan sungguh-sungguh serta memiliki rasa percaya diri, dan kebiasan positif lainnya. Karena manusia adalah makhluk yang dibentuk oleh kebiasaannya (Leavitt: 2002), maka pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan oleh orang tua dan lingkungan kepada anak tersebut adalah merupakan dasar pijakan terbentuknya manajemen diri (self management) dalam pribadi seseorang.
Kalau dalam tubuh organisasi dibutuhkan manajemen, maka demikian pula halnya dengan individu. Dalam kehidupan individu diperlukan manajemen untuk menata perilaku diri agar menjadi manusia seutuhnya-insan rabbani, yang mampu memimpin dan memenej diri serta menyelesaikan berbagai permasalahan menyangkut perilaku kehidupan pribadi dan umatnya.
Manajemen diri ini diperlukan karena tidak sedikit perbuatan atau perilaku diri manusia yang menyimpang dari apa yang diinginkan hati nuraninya, dengan alasan yang tidak jelas. Misalnya, seseorang mengetahui bahwa perbuatan itu dilarang karena dapat merusak, baik terhadap dirinya maupun terhadap orang lain, namun tetap dia kerjakan, sebaliknya dia mengetahui bahwa perbuatan itu perlu dikerjakan karena bermanfaat bagi dirinya maupun bagi kehidupan orang lain, tetapi tidak dikerjakannya.
Bentuk manajemen yang ada pada individu adalah pengendalian diri dalam memenuhi keinginan hati nurani, sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Pengendalian diri tersebut akan dipengaruhi oleh kebiasaan hidup, karena lebih dari 95 % keberhasilan seseorang dalam kehidupan dan pekerjaan ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang diIakukan sepanjang waktu (Aribowo: 2002). Suatu pembiasaan akan dapat menjadi kebiasaan jika dan hanya jika melalui latihan dan pengulangan terus menerus. Disinilah terlihat bahwa latihan dan pengulangan adalah kunci untuk menguasai keterampilan apapun termasuk yang berhubungan dengan manajemen diri.
Kebiasaan membuat prioritas, mengatasi penundaan, dan menyeIesaikan terlebih dahulu tugas kita yang sangat penting merupakan sebuah keterampilan mental tersendiri. Kebiasaan-kebiasaan ini dapat dipelajari melalui praktik dan pengulangan terus-menerus sampai tertanam dalam pikiran bawah sadar dan menjadi bagian permanen dari perilaku. Sekali hal tersebut menjadi kebiasaan, maka untuk melakukan hal selanjutnya akan menjadi otomatis dan mudah.
Pikiran kita itu seperti halnya otot tubuh kita, yang akan menjadi semakin kuat dan mampu malakukan apapun jika sering digunakan. Dengan berlatih kita dapat belajar untuk membentuk kebiasaan apapun atau mengubah perilaku apapun yang kita pandang perlu untuk mencapai sasaran dalam hidup. Dalam hal ini maka paling tidak ada tiga hal yang perIu kita perhatikan dalam mengembangkan kebiasaan, yaitu keputusan (decision), kedisiplinan (discipline) dan tekad serta kegigihan (determination).
Dalam menggali dan mendayagunakan potensi secara terarah dan produktif diperlukan pengelolaan, pengurusan dan pengaturanserta pemanfaatan potensi diri. Pekerjaan penggalian dan pendayagunaanpotensi tersebut harus dilakukan oleh individu itu sendiri lewatmanajemen diri yaitu dengan cara mengetahui kekuatan dan kelemahanyang ada pada diri (strengths and weaknesses) maupun berbagai peluangdan ancaman (opportunities and threats) serta pembiasaan, sebab denganmengetahui potensi diri, seseorang akan mudah untuk mengambillangkah selanjutnya, misalnya mengetahui kalau dirinya lemah dalamhal bahasa, maka dengan mudah seseorang tersebut mengambil berbagaialternatif atau cara dalam menguasai bahasa yang belum dikuasaidengan belajar dan latihan, yang pada akhirnya kelemahan yang adapada dirinya dapat diperkecil dan akan membawa seseorang tersebut kedalam kesuksesan.
Hal tersebut di atas dapat pula diterapkan dalam pengembangan diri seorang individu, Dalam melakukan pengembangan diri, seseorang hendaknya terlebih dahulu mengetahui konsep diri dan analisis potensi diri, karena dengan konsep diri yang jelas, akan dapat diketahui secara terfokus apa yang dapat dikontribusikan, sebab seorang pribadi akan dapat berperan secara efektif bila mampu menampilkan dengan baik dan benar siapa sesungguhnya dirinya (who he is) dan apa yang dapat ia lakukan (what he can).
Visi dan misi seseorang adalah merupakan konsep diri atau pribadi. Potensi yang melekat pada diri seseorang selanjutnya dapat dianalisis lebih dalam untuk mengetahui SWOT diri dengan baik. SWOT bukan hanya berlaku dalam manajemen, tetapi juga bagi individu. Dalam menyusun SWOT diri haruslah benar-benar objektif. Terkadang ada satu kelebihan yang dimiliki yang sekaligus sebagai kelemahan. Ada juga ancaman yang dapat berubah menjadi peluang.
Potensi seseorang dapat dikembangkan dengan baik manakala individu tersebut telah mengetahui kelebihan, kelemahan, maupun peluang dan ancaman yang ada pada dirinya. Kemudian dengan kesungguhan dan latihan mulailah rnengambil langkah-langkah yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Seseorang harus mampu mengendalikan dan mengelola masa depan yang terbaik bagi dirinya melalui proses dan langkah-langkah terbaik untuk mencapai tujuan tertentu. Proses ini melibatkan berbagai pilihan mendasar tentang masa depan kehidupan yang akan dilalui, yaitu pilihan yang berkaitan dengan misi atau tujuan yang ingin dicapai dalam hidup ini, upaya atau tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan hidup, bagaimana memanfaatkan kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri (Strenght and weaknesses) maupun berbagai peluang dan ancaman (opportunities and threats) yang akhirnya akan menuai kesuksesan.
Aribowo (2002) mengemukakan, dalam mengembangkan reinventing hidup kita, ada tujuh pokok yang perlu diperhatikan, yaitu:
  1. Menetapkan secara jelas misi hidup kita
  2. Mengenali kekuatan dan kelemahan kita, maupun berbagai peluang dan ancaman yang kita hadapi
  3. Menetapkan perencanaan strategi tentang apa yang diinginkan dan bagaimana mencapainya
  4. Menetapkan tujuan atau sasaran berdasarkan jangka waktu tertentu
  5. Membangun kerjasama tim dalam jaringan kehidupan (keluarga, teman, rekan kerja, dll) untuk membantu pencapaian misi dan tujuan hidup kita.
  6. Senantiasa fokus terhadap arah dan sasaran kita
  7. Senantiasa bekerja dengan cerdas (work smart) dalam upaya pencapaian tujuan hidup kita.
Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa dengan manajemen diri yang baik, maka seseorang akan dapat menggali dan mengembangkan sumber daya yang ada pada dirinya. Perlunya manajemen diri ini juga dapat dilihat implikasinya pada organisasi atau kelompok, karena setiap manusia pada dasarnya adalah pemimpin, memimpin dirinya sendiri dan orang lain yang ada di sekitarnya untuk mencapai tujuan bersama. Memimpin berarti membangun sebuah tim yang dapat secara efektif dan efisien meraih sasaran yang tepat. Fungsi seorang pemimpin adalah membangun tim yang dapat menghasilkan sinergi, yaitu suatu momen dimana ketika seluruh tim bergerak sebagai satu kesatuan, semua energi tim berdenyut dalam kesatuan, kesearahan dan harmonis mengalir tak terbendung kearah sasaran atau tujuan bersama.
Pengelolaan diri sangat urgen bagi setiap individu dan merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki bagi seorang pemimpin sebagaimana yang dikemukakan oleh Goleman bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh pemimpin adalah pengelolaan diri, yang didalamnya mencakup pengendalian diri, transparansi, kemampuan menyesuaikan diri, memiliki standar prestasi yang tinggi (prestasi), penuh inisiatif dan selalu optimis (Goleman et al: 2004).

C.    Manfaat Tujuan dan Perencanaan Diri
  1. Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan.
  2. Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami.
  3. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti.
  4. Manajer dapat memahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas
  5. Standar pelaksanaan dan pengawasan
  6. Pemilihan berbagai alternative terbaik
  7. Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan
  8. Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi
  9. Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan
  10. Memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait
  11. Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.

Banyak orang yang mengalami kegagalan dalam beberapa fase hidup ini, maupun dalam merealisasikan keinginan dan rencana-rencana yang mereka buat. Kita mengetahui bahwa kegagalan itu hanyalah hal biasa, yang pasti dialami oleh setiap orang untuk menguji konsistensi diri kita dan kesabaran kita. Namun, tentu harus ada usaha untuk meminimalisir ataupun meniadakan kegagalan tersebut.
Setiap pribadi yang sukses adalah orang-orang yang memiliki kemampuan untuk memanajemen dirinya dengan baik. Karena kesuksesan akan sulit dicapai jika seseorang tidak memiliki tujuan hidup yang jelas dan konsep diri yang jelas. Banyak orang yang salah persepsi tentang arti kesuksesan. Kesuksesan menurut mereka hanya kesuksesan di dunia saja, dimana mereka mendapatkan segala apa yang diinginkan dari harta, jabatan, ketenaran, dan pria atau wanita yang mereka inginkan. Namun disisi lain mereka kadangkala melupakan bahwa kesuksesan mereka berdiri di atas kesengsaraan orang lain. Oleh karena itu perlu didefinisikan apa sebenarnya arti sebuah kesuksesan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sukses berarti berhasil atau beruntung. Kesuksesan berarti keberhasilan atau keberuntungan.
Menurut John C. Maxwell sukses adalah mengetahui apa tujuan hidup anda; bertumbuh untuk mencapai kemampuan maksimal anda; dan menabur benih untuk memberikan manfaat kepada lainnya. Hendry Wadsorth menyebutkan sukses sebagai melakukan apa yang dapat anda kerjakan dengan baik dan melakukan sebaik-baiknya apa yang anda kerjakan.

D.    Tujuan dan Perencanaan Diri Dalam Perspektif Islam

Konsep manajemen diri dalam islam adalah bagaimana seseorang mampu mengelola diri dalam berbagai hal. Kaitannya dengan manajemen diri seseorang hendaknya merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengadakan evaluasi terhadap dirinya sesuai petunjuk Allah SWT. Perencanaan berkaitan dengan apa yang akan dilakukan, baik berhubungan dengan pekerjaannya, pergaulannya, serta berhubungan dengan penghambaan kepada Allah. Pengorganisasian diri berkaitan dengan bagaimana cara seseorang dalam mengatur pelaksanaan dari perencanaan yang telah dibuat. Pelaksanaan merupakan proses dalam melaksanakan rencana yang sudah terorganisir. Sedangkan evaluasi yaitu proses untuk menghindari kesalahan dan kegagalan pelaksanaan dari perencanaan.Seperti telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Hasr yang berbunyi:
$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# öÝàZtFø9ur Ó§øÿtR $¨B ôMtB£s% 7tóÏ9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# 7ŽÎ7yz $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ÇÊÑÈ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”  (QS. Al-Hasyr: 18).

Ayat diatas menjelaskan bahwa manajemen diri dalam islam sebenarnya sangat signifikan dalam membentuk manusia berakhlakul karimah, dengan membantu seseorang menjaga atau mencegah timbulnnya berbagai masalah bagi dirinya sendiri, membantu individu memecahkan berbagai persoalan, membantu individu untuk menjaga agar situasi dan kondisi menjadi lebih baik, sehingga tercapai kebahagiaan di dunia maupun akhiratnya.

Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah mencintai orang yang apabila melakukan sesuatu, dia melakukan dengan sebaik-baiknnya” (HR. Al-Baihaqi).
Hadits diatas menerangkan bahwa orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang di setiap melakukan sesuatu, dia lakukan dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini perlunya pengelolaan (manajemen) dalam membentuk kepribadian individu. Keterampilan perencanaan membuat anda mampu mengatasi tantangan berat yang anda hadapi. Dengan belajar, melakukan lebih banyak dengan sumber yang lebih sedikit, anda dapat mengatasi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi (Capezio: 2004). Seseoranng dengan perencanaan yang matang, pengorganisasian yang terstruktur, hingga pelaksanaan yang baik, akan menghasilkan sesuatu yang lebih maksimal dibandingkan dengan sesuatu yang diperoleh tanpa adanya persiapan terlebih dahulu.

E.     Aplikasi Tujuan dan Perencanaan Diri dalam Lingkup Ekonomi
Adapun penerapan Tujuan dan Perencanaan dalam Lingkungan Kerja dapat dilihat dari Visi dan Misi Perusahaan atau Organisasi. Dalam sebuah perusahaan atau organisasi visi merupakan sebuah tujuan, sedangkan misi adalah langkah-langkah yang direncanakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Adanya visi dan misi merupakan syarat wajib bagi sebuah perusahan atau organisasi. Setiap perusahaan memiliki visi dan misi yang berbeda, semua tergantung tujuan yang akan dicapai oleh masing-masing perusahaan. Biasanya visi dan misi dibuat saat perusahaan sedang akan dibangun, karena visi dan misi perusahaan menjadi landasan dasar bagi sebuah perusahaan. Oleh karena itu tak perlu ditanyakan lagi, bahwa peranan visi dan misi perusahaan sangatlah penting (Redaksi bisnis ukm: 2010).
Tanpa adanya visi dan misi, sebuah perusahaan tidak akan bisa mencapai tujuan yang diimpikan. Contoh mudahnya, kita misalkan membangun perusahaan sama halnya dengan memulai sebuah perjalanan. Sebelum memulai perjalanan, Anda tentukan terlebih dahulu kota tujuan Anda. Tanpa memiliki tujuan tempat atau kota yang akan dikunjungi, orang tersebut tidak akan pernah beranjak kemanapun. Sama halnya dengan perusahaan yang belum memiliki visi, perusahaan tersebut juga belum bisa bergerak kemanapun karena belum memiliki tujuan usaha.
Tak kalah pentingnya dengan visi, misi perusahaan juga berpengaruh terhadap perjalanan perusahaan. Jika perusahaan tidak memiliki misi, keadaannya akan sama dengan orang yang sudah memiliki kota tujuan ( misalnya : perjalanan ke kota Jogja ) namun belum memiliki rencana sarana transportasi yang akan digunakan dan kapan waktu keberangkatan. Sehingga perjalanan menuju Jogja hanya sekedar angan-angan, yang belum bisa diwujudkan.
Dari contoh diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa tanpa adanya visi dan misi perusahaan yang saling bersinergi, mustahil rasanya bila sebuah perusahaan dapat berjalan. Maka bagi Anda yang berminat untuk membuka usaha baru, siapkan pondasi bisnis Anda dengan membuat visi dan misi yang kuat.
Dalam hal pencapaian suatu tujuan di perlukan suatu perencanaan dan tindakan nyata untuk dapat mewujudkannya, secara umum bisa di katakan bahwa visi dan misi adalah suatu konsep perencanaan yang disertai dengan tindakan sesuai dengan apa yang di rencanakan untuk mencapai suatu tujuan.
Setiap organisasi perlu melakukan suatu perencanaan dalam setiap kegiatan organisasinya, baik perencanaan produksi, perencanaan rekrutmen karyawan baru, program penjualan produk baru, maupun perencanaan anggarannya. Perencanaan (planning) merupakan proses dasar bagi organisasi untuk memilih sasaran dan menetapkan bagaimana cara mencapainya. Oleh karena itu, perusahaan harus menetapkan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai sebelum melakukan proses-proses perencanaan.
Dalam ilmu manajemen Perencanaan merupakan fungsi yang paling dasar dari fungsi manajemen lainnya Fungsi perencanaan dan fungsi-fungsi serta kegiatan-kegiatan manajerial lainnya adalah saling berhubungan, saling tergantung dan berinteraksi (Arie: 2009):
·         Pengorganisasian (organizing). Perencanaan menunjukkan cara dan perkiraan bagaimana mengorganisasikan sumber daya-sumber daya organisasi untuk mencapai efektivitas paling tinggi.
·         Pengarahan (directing). Perencanaan menentukan kombinasi paling baik dari sumber daya-sumber daya yang diperlukan untuk mengarahkan, mempengaruhi dan memotivasi karyawan.
·         Pengawasan (controlling). Perencanaan dan pengawasan saling berhubungan erat. Pengawasan bertindak sebagai kriteria penilaian pelaksanaan kerja terhadap rencana.

Ada dua alasan dasar perlunya perencanaan:
1.      untuk mencapai “protective benefits” yang dihasilkan dari pengurangan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusam
2.      untuk mencapai “positive benefits” dalam bentuk meningkatnya sukses pencapaian tujuan organisasi.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Uqshari, Yusuf. 2005. Bebaskan Diri Anda. Jakarta: Gema Insani
Al-Uqshari, Yusuf. 2005. Percaya Diri Pasti. Jakarta: Gema Insani
Aribowo. 2002. Self Management. Makalah Pasca Sarjana UNY. tidak dipublikasikan. Yogyakarta.
Balke, Ellen. 2003. Know Your Self. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.
Capezio, Peter. 2004. Powerful Planning Skills: Membayangkan Masa Depan dan Mewujudkannya. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.
Cenaya. 2008. Pengembangan Potensi Diri. Diambil dari wordpress.com. pada 5 September 2016.
Goleman, Daniel et.al. 2004. Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hakim. T. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta : Purwa Suara
Hakim. T.2005. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta : Purwa Suara.
http://portalhr.com/tips/6-langkah-membangun-kepercayaan-diri-karyawan/. Diakses pada jum’at, 09 Des 2016 pukul 05.06 WIB
http://www.marketing.co.id/pentingnya-rasa-percaya-diri-dalam-dunia-kerja/. Diakses pada jum’at, 09 Des 2016 pukul 04.55 WIB.
Islahulben, 2014, Mengenal Potensi Diri, Jurnal Nasional, vol.06
Jawwad, M. A. Abdul. 2004. Kiat Sukses Menyusun Target. Bandung: PT Syaamil Cipta Media.
Lauter, P. 2002. Tes Kepribadian. Jakarta. Gaya Media Pratama
Leavitt, Harold J. 2002. Psikologi Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Lindenfield. Gael.1997. Mendidik Anak  Agar  Percaya Diri. Jakarta. Arcan
Majdi, Udo Yamin Efendi. 2007. Quranic Quotient. Jakarta: Qultum Media.
Muhyidin, Muhammad. 2003. Cara Islami Melejitkan Citra Diri. Jakarta. Lentera.
Nizar, Samsul. 2001. Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Ridha, Akram. 2006. Menjadi Pribadi Sukses.Bandung: PT Syaamil Cipta Media.
Shihab, Quraish. 1996. Wawasan Al-Quran. Bandung: Mizan.
Sholeh, Abdurrahman. 2009. Pengantar Psikologi dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Slamet, Tego. 2007. Manajemen Diri dalam Islam. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Stewart, Aileen Mitchell. 1998. Empowering People: Pemberdayaan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Kanisius.
Suisyanto. 2006. Pengantar Filsafat Dakwah. Yogyakarta: Teras.
Suit, Jusuf & Almasdi. 2006. Aspek Sikap Mental dalam Manajemen Sumber Daya Manusia.Bogor: Ghalia Indonesia.
Sulastiana, Marina. 2010. Pengembangan Potensi Diri. Catatan Diklat Kepemimpinan Jogja.
Suprapti, Wahyu. 2010. Pengembangan Potensi Diri. Diambil dari presentasi Badan Diklat DIY.
Urban. 2003. Bangkit dari Kegagalan. Yogyakarta: Think.
Wiyono, Slamet. 2006. Manajemen Potensi Diri. Jakarta: PT Grasindo.
Wiyono, Slamet, 2004, Manajemen Potensi Diri, Jakarta: PT Grasindo.