BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam menghadapi persaingan bisnis
yang semakin ketat seiring dengan meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi seperti sekarang ini, menyadarkan kepada semua orang bahwa perubahan
lingkungan bisnis dan organisasi adalah nyata dan sedang berlangsung. Perubahan
yang terjadi saat ini, secara langsung maupun tidak langsung merupakan bagian
dari dampak yang diakibatkan oleh globalisasi yang melanda semua Negara di
dunia. Untuk menghadapi persaingan bisnis yang semakin kompetitif, dinamis, dan
cenderung sulit diprediksi pada era global saat ini membutuhkan ketersediaan
Sumber Daya
Manusia (SDM) yang cakap, terampil, berkeahlian, dan
responsip terhadap perubahan.
Era global yang terjadi saat ini
telah membuka kesadaran banyak orang bahwa organisasi/perusahaan yang hidup di
tengah-tengah persaingan bisnis yang kompetitif ini, teknologi menjadi daya
tarik sekaligus simbul sebuah era baru yang disebut sebagai era teknologi
informasi. Teknologi informasi sebagai sebuah era baru pada abad 21 ini,
dicirikan oleh daur hidup produk (product
life cycle) yang semakin pendek. Kecanggihan teknologi yang lahir dan
direspon oleh pasar selalu diikuti terus oleh lahirnya teknologi baru yang
lebih canggih dan begitu seterusnya. Kompetisi dalam melahirkan barang dan jasa
seperti tidak ada akhirnya sehingga konsumen sangat dimanjakan oleh banyaknya
pilihan yang bervariasi.
Organisasi
yang tidak didukung pegawai/karyawan yang sesuai baik dari aspek kuantitas,
kualitas, strategi, dan operasional yang baik, maka dapat dipastikan organisasi
tersebut akan sulit mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya dimasa yang
akan datang, Riva’i (2004:35). Karena itu diperlukan langkah-langkah manajemen
guna lebih menjamin bahwa organisasi tersedia tenaga kerja yang tepat untuk
menduduki berbagai jabatan, fungsi, pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan .
Perencanaan sumber daya manusia (Human
Resource Planning) merupakan proses manajemen dalam menentukan pergerakan
sumber daya manusia organisasi dari posisi yang diinginkan di masa depan, sedangkan
sumber daya manusia adalah seperangkat proses-proses dan aktivitas yang
dilakukan bersama oleh manajer sumber daya manusia dan manajer lini untuk
menyelesaikan masalah organisasi yang terkait dengan manusia.
Tujuan dari
integrasi system adalah untuk menciptakan proses prediksi demand sumber daya manusia yang muncul dari perencanaan strategik
dan operasional secara kuantitatif, dibandingkan dengan prediksi ketersediaan
yang berasal dari program-program SDM. Oleh karena itu, perencanaan sumber daya
manusia harus disesuaikan dengan strategi tertentu agar tujuan utama dalam
keefektifan organisasi dapat tercapai.
Dalam dunia
bisnis strategi bisnis di masa yang akan datang yang dipengaruhi perubahan
kondisi lingkungan menuntut manajer untuk mengembangkan program-program yang
mampu menterjemahkan current issues
dan mendukung rencana bisnis masa depan. Keselarasan antara bisnis dan
perencanaan sumber daya manusia (SDM) dapat membangun perencanaan bisnis yang
pada akhirnya menentukan kebutuhan SDM.
Beberapa faktor eksternal yang
mempengaruhi aktivitas bisnis dan perencanaan SDM, antara lain: globalisasi,
kemajuan teknologi, pertumbuhan ekonomi dan perubahan komposisi angkatan kerja.
Pergeseran karakteristik angkatan kerja yang ditandai oleh berkurangnya tingkat
pertumbuhan tenaga kerja, semakin meningkatnya masa kerja bagi golongan tua,
dan
peningkatan diversitas tenaga kerja membuktikan
perlunya kebutuhan perencanaan SDM. Dengan demikian, proyeksi demografis
terhadap angkatan kerja di masa depan akan membawa implikasi bagi pengelolaan
sumber daya manusia yang efetif.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
Pengertian Perencanaan SDM?
2. Apa saja
Aspek-aspek Perencanaan SDM?
3. Bagaimana
Peran Penting Perencanaan SDM?
4. Apa Tujuan
Perencanaan SDM?
5. Apa saja
Model Perncanaan SDM?
6. Apa Tantangan
Perencanaan SDM?
7. Apa saja
Faktor-faktor Eksternal Perencanaan SDM?
1.3 Tujuan
Penulisan
Untuk Mengetahui:
1. Pengertian
Perencanaan SDM
2. Aspek-aspek
Perencanaan SDM
3. Peran
Penting Perencanaan SDM
4. Tujuan
Perencanaan SDM
5. Model
Perncanaan SDM
6. Tantangan Perencanaan
SDM
7. Faktor-faktor
Eksternal Perencanaan SDM
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Perencanaan Sumber Daya Manusia
Perencanaan SDM adalah proses
mengantisipasi dan membuat ketentuan (persyaratan) untuk mengatur arus gerakan
tenaga kerja ke dalam, di dalam, dan ke luar organisasi, Arthur W Sherman dan
Goerge W Bohlander, dalam Hadari Nawawi (1997:137). Sementara menurut G
Steiner, dikatakan bahwa perencanaan SDM merupakan perencanaan yang bertujuan
untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan organisasi dalam mencapai
tujuan, melalui strategi pengembangan kontribusi pekerjanya di masa depan. Dari
ke dua definisi yang disebut di atas, sementara dapat disimpulkan bahwa
perencanaan SDM merupakan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan upaya merencanakan
dalam mengantisipasi masa depan.
Sedangkan menurut Safarudin Alwi (
2001:143), dikatakan bahwa perencanaan SDM
adalah perencanaan yang disusun pada tingkat
operasional yang diajukan untuk memenuhi permintaan SDM dengan kualifikasi yang
dibutuhkan. Perencanaan SDM pada dasarnya dibutuhkan ketika perencanaan bisnis
sebagai implementasi visi dan misi perusahaan telah ditetapkan. Visi perusahaan
sebagai pemandu arah sebuah bisnis kemana akan menuju dan dengan strategi apa
bisnis tersebut akan dijalankan. Berawal dari strategi bisnis tersebut kemudian
strategi perencanaan SDM apa yang akan dipilih. Strategi SDM yang dipilih dan
ditetapkan sangat menentukan kebutuhan SDM seperti apa yang akan diinginkan,
baik secara
kuantitas maupun kualitas.
Menurut Sondang P. Siagian dalam
buku Manajemen Sumber daya manusia mendefinisikan perencanaan sumber daya
manusia adalah langkah-langkah tertentu yang diambil oleh manajemen guna lebih
menjamin bahwa bagi organisasi lebih tersedia tenaga kerja yang tepat untuk menduduki
berbagai kedudukan, jabatan dan pekerjaan yang tepat pada waktu yang tepat,
kesemuanya dalam pencapain tujuan dan berbagai sasaran yang telah dan akan
ditetapkan. Sedangkan pengertian perencanaan sumber daya manusia menurut Henry
Simamora yaitu menghimpun dan menggunakan informasi untuk menunjang keputusan
investasi sumber daya dalam berbagai aktivitas sumber daya manusia.
Jadi ini yang dimaksud perencanaan
sumber daya manusia dalam penelitian merujuk pada pengertian Sondang P. Siagian
adalah langkah-langkah tertentu yang diambil oleh manajemen guna lebih menjamin
bahwa bagi organisasi lebih tersedia tenaga kerja yang tepat untuk menduduki
berbagai kedudukan, jabatan dan pekerjaan yang tepat pada waktu yang tepat,
kesemuanya dalam pencapaian tujuan dan berbagai sasaran yang telah dan akan
ditetapkan.
Untuk merancang dan mengembangkan
perencanaan sumber daya manusia yang efektif menurut Manzini (1996) untuk,
terdapat tiga tipe perencanaan yang saling terkait dan merupakan satu kesatuan
sistem perencanaan tunggal.
1. strategic planning yang
bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan organisasi dalam lingkungan
persaingan,
2. operational planning, yang
menunjukkan demand terhadap SDM, dan
3. human resources planning, yang
digunakan untuk memprediksi kualitas dan kuantitas kebutuhan sumber daya
manusia dalam jangka pendek dan jangka panjang yang menmggabungkan program
pengembangan dan kebijaksanaan SDM.
Untuk memudahkan organisasi
melakukan berbagai tindakan yang diperlukan, diperlukan mengintegrasikan antara
perencanaan sumber daya manusia dengan perencanaan strategik, manakala terjadi
perubahan dan tuntutan perkembangan lingkungan organisasi yang demikian cepat .
Sedangkan tujuan pengintegrasian perencanaan sumber daya manusia adalah untuk
mengidentifikasi dan menggabubungkan faktor-faktor perencanaan yang saling
terkait, sistematrik, dan konsisten. Salah satu alasan untuk mengintegrasikan
perencanaan sumber daya manusia dengan perencanaan strategik dan operasional
adalah untuk mengidentifikasi human
resources gap antara demand dan supply, dalam rangka menciptakan proses yang
memprediksi demand sumber daya manusia yang muncul dari perencanaan strategik
dan operasional secara kuantitatif dibandingkan dengan prediksi ketersediaan yang
berasal dari program-program SDM.
2.2 Aspek-aspek Perencanaan Sumber Daya
Manusia
Proses atau langkah-langkah
penentuan kebutuhan sumber daya manusia yang tersedia bagi kelangsungan
organisasi agar dapat menentukan keputusan-keputusan dimasa yang akan datang,
untuk mencapai tujuannya. Melalui
perencanaan sumber daya manusia yang efektif dilakukan analisis kebutuhan sumber
daya manusia dalam kondisi berubah, serta mengembangkan aktivitas yang
memuaskan terhadap kebutuhan ini.
Perencanaan sumber daya manusia yang efektif menurut
Henry Simamora mencakup:
1) Perencanaan
Kepegawaian
Perencanaan
kepegawaian komponen kunci dari perencanaan sumber daya manusia adalah penentuan
tipe sumber daya manusia yang akan dibutuhkan organisasi dalam jangka pendek,
menengah, dan jangka panjang. Perencanaan kepegawaian (employment planning) merupakan identifikasi atau penentuan jumlah
sumber daya manusia yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi di masa
depan.
2) Perencanaan
Program
Perencanaan
program (program planning) mengikuti
penyusunan rencana kepegawaian. Perencanaan program menyangkut pemilihan alat
sumber daya manusia yang paling efektif yang terpusat pada kelebihan maupun
kebutuhan maupun kekurangan sumber daya manusia. Perencanaan program meliputi
pengkoordinasian beragam untuk memenuhi rencana kepegawaian dalam bidang
personalia yang berbeda. Rencana program akan membantu manajer dalam
mengantisipasi dan memenuhi kebutuhan perubahan relatif terhadap perolehan,
penyebaran, dan pendayagunaan orang-orang. Perencanaan program mencakup sistem,
berbagai macam karyawan dan aktivitas hubungan karyawan, tindakan, dan rencana
yang harus cocok satu sama lainnya. Manajemen haruslah memberikan intensif
produktivitas terhadap individu yang mendapat penilaian kinerja yang positif.
Kerangka acuan perencanaan yang komprehensif memastikan kesesuaian keputusan
sumber daya manusia dalam penyusunan karyawan, pengembangan, pengelolaan karir,
kompensasi, perundingan kolektif, dan peningkatan organisasional.
2.3 Peran Penting Perencanaan Sumber
Daya Manusia
Perencanan merupakan aspek paling
utama yang harus dilakukan dalam organisasi. Dengan adanya perencanaan ini akan
menentukan keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan. Dengan adanya
perencanaan yang terperinci dan matang maka dapat diperidiksi adanya
peluang-peluang yang mungkin dapat dimanfaatkan oleh organisasi dalam mencapai
kesuksesan Hal-hal penting perencanaan sumber daya manusia (Rivai dan Sagala,
2010:32):
1) Isu SDM
adalah hal penting dan mendasar dalam perusahaan secara keseluruhan.
2) Perencanaan
SDM sebagai proses mengenai pembutan kebijakan baru, sistem, dan program yang
menjamin pengelolaan SDM di bawah kondisi yang tidak pasti.
3) Peran staf
profesional mengalami perubahan dalam merencanakan SDM, proses tersebut tetap
dalam alur aktivitas manajemen yang berhubungan dengan perencanaan bisnis yang
sedang berjalan.
4) Peramalan
kebutuhan SDM merupakan faktor yang sangat penting dalam rangka mengantisipasi
perubahan staf dan keperluan perusahaan.
2.4 Tujuan
Perencanaan Sumber Daya Manusia
Tujuan dari adanya Perencanaan,
sebagai berikut (Hasibuan,2007:250):
1) Untuk
menentukan kualitas dan kuantitas karyawan yang mengisi semua jabatan perusahaan.
2) Untuk
menjamin tersedianya tenaga kerja masa kini maupun masa depan.
3) Untuk
menghindari mismanajemen dan tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.
4) Untuk
mempermudah koordinasi, integrasi, dan sinkronsasi sehingga produktifitas kerja
meningkat.
5) Untuk menghindari
kekurangan atau kelebihan karyawan.
6) Untuk
menjadi pedoman dalam menentukan program penarikan, seleksi, pengembangan,
kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentan
karyawan.
7) Menjadi
dasar dalam melakukan penilaian kerja.
2.5 Model Perencanaan SDM
1. Model
Perencanaan SDM menurut R. Wayne Mondy dan Robert M. Noe
Model ini
menggunakan perencanaan strategik yang memperhatikan pengaruh faktor lingkungan
internal dan eksternal organisasi. Perencanaan SDM tersebut mencakup memperhitungkan
persyaratan SDM, membandingkan tuntutan persyaratan dengan ketersediaan SDM
(permintaan SDM, kelebihann kekurangan
SDM) (Mangkunegara.2003:15).
2. Model
Perencanaan SDM menurut Wayne Cascio
Model
perencanaan SDM ini mengetengahkan adanya integrasi antara perencanaan
strategik dan taktik bisnis dengan pasar tenaga kerja. Perencanaan sumber daya
manusia membantu mengatasi ketidakpastian di masa yang akan datang
(Mangkunegara.2003:16).
3. Model
Perencanaan SDM menurut Andrew E. Sikula
Model ini
terdiri dari lima komponen, yaitu tujuan sumber daya manusia, perencanaan
organisasi, anggaran sumber daya manusia dan pelaksanaan program sumber daya
manusia (Rivai,2004:78).
4. Model
Perencanaan SDM menurut Syarifuddin Alwi
Proses
perencanaan SDM dilakukan melalui beberapa tahap sesuai dengan model
perencanaan yang dipilih. Secara sederhana, umumnya proses perencanaan SDM
berkaitan dengan empat aspek, yaitu:
1)
Prediksi/peramalan jumlah karyawan
yang dibutuhkan (forecast of employees)
2)
Identifikasi SDM yang tersedia dalam
organisasi (human resource audit)
3)
Analisa keseimbangan penawaran dan
permintaan SDM (demand and supply
analysis)
4)
Program aksi (action program)
2.6 Tantangan
Perencanaan SDM
Perencanaan SDM dalam suatu
organisasi/perusahaan akan dirasakan efektif atau tidak sangat tergantung pada
kualitas dan jumlah informasi yang relevan dan tersedia bagi pengambilan
keputusan. Dalam praktek pelaksanaan perencanaan SDM yang efektif, pada era
global seperti sekarang ini akan menghadapi tantangan
yang tidak ringan. Salah satu tantangan yang harus dihadapi, antara lain
(Simamora, 1997:73):
1. Mempertahankan
keunggulan kompetitif. Dalam persaingan bisnis yang keras, keunggulan
kompetitif menjadi tujuan setiap organisasi bisnis. Keunggulan kompetitif yang
diraih dan dinikmati oleh organisasi hanya bersifat jangka pendek karena
organisasi/perusahaan lain juga melakukan usaha untuk mencari dan meraih
keunggulan kompetitif dengan strategi yang sama dengan yang kita lakukan.
Sehingga tantangan dari perspektif SDM adalah membuat strategi-strategi yang
menawarkan keunggulan kompetitif yang dapat dipertahankan (sustainable competitive advantage).
2. Mendukung
keseluruhan strategi bisnis. Penyusunan strategi SDM untuk mendukung
keseluruhan strategi bisnis merupakan tantangan karena beberapa sebab (1)
manajemen puncak tidak selalu mampu mengucapkan secara jernih apa strategi
bisnis perusahaan, (2) kemungkinan terdapat ketidakpastian atau ketidaksetujuan
mengenai strategi-strategi SDM yang harus digunakan untuk mendukung keseluruhan
strategi bisnis, (3) perusahaan-perusahaan besar mungkin memiliki unit-unit
bisnis yang berbeda.
3. Menghindari
konsentrasi berlebihan pada masalah-masalah harian. Kebanyakan para manajer lebih
banyak mencurahkan hal-hal yang bersifat rutinitas dan berperspektif jangka
pendek. Dalam konteks ini perencanaan SDM memiliki tantangan untuk masa datang
dalam melahirkan orang-orang visioner yang mampu melihat gambaran masa depan
secara integral melebihi orang lain di sekitarnya.
4. Menyusun
strategi-strategi SDM yang sesuai dengan karakteristik-karakteristik unik
organisasi. Menjadi tugas dalam perncanaan SDM mendatang dalam menyusun
strategi bisnis berbeda dengan pesaing.Keunikan strategi bisnis yang dijalankan
antar perusahaan tidak ada yang sama persis, namun dalam menjaga strategi
bisnis yang sukses dijalankan selama ini menjadi suatu hal yang sangat sulit
sehinggamudah ditiru pesaing.
5. Menanggulangi
perubahan lingkungan. Lingkungan bisnis yang kompetitif merupakan tantangan
bagi program perencaan, bukan saja dalam bidang SDM tetapi dalam hal
perencanaan produksi, pemasaran, dan penganggaran lainnya.
6. Menyita
komitmen manajemen. Perencanaan SDM di tengah-tengah persaingan bisnis pada
situasi ekonomi global saat ini, departemen/manajer SDM seringkali dibuat
pusing karena jarang dilibatkan dalam perencanaan strategi bisnis pada tingkat
korporat. Tidak adanya pelibatan departemen SDM dalam penentuan rencana
strategi bisnis perusahaan mengakibatkan pencapaian tujuan-tujuan organisasi
secara keseluruhan kurang optimal. Hal ini menjadi tantangan di masa datang
dalam usaha memenangkan setiap persaingan.
7. Menterjemahkan
rencana strategic ke dalam tindakan. Tantangan lain dalam pelaksanaan
perencanaan SDM dan perencanaan strategi bisnis adalah sering tidak adanya
kesesuaian antara rencana yang bagus tetapi jelek dalam praktek. Dengan belajar
dari keadaan ini, selayaknya pada masa datang sebelum rencana direalisasikan
harus diuji dan kaji dulu sehingga bisa memberikan jaminan keberhasilan sebuah
perencanaan.
8. Mengakomodasikan
perubahan-perubahan. Tantangan terakhir dalam perencanaan SDM dan perencanaan
strategi bisnis perusahaan adalah bagaimana semua rencana yang akan dilakukan
dapat menyesuaikan dengan dinamika jaman yang ada. Perencanaan yang tidak
akomodatif, tidak lentur, tidak fleksibel dan tidak peka terhadap perkembangan
pasar hanya akan melahirkan kumpulan-kumpulan rencana yang sulit untuk
direalisasikan.
2.7 Faktor-faktor Eksternal Perencanaan
Sumber Daya Manusia
Lingkungan organisasi
telah berubah menjadi dinamik dan lebih sulit untuk diprediksi, serta lebih
kompleks jika dibandingkan dengan masa sebelum dua dekade terakhir. Dalam
menghadapinya, manajer dan ahli/spesialis sumber daya manusia harus lebih siap
dengan merancang program dan sistem perencanaan tenaga kerja yang berorientasi
ke depan dan berkesinambungan. Kondisi-kondisi yang berubah dapat mempengaruhi
keseluruhan organisasi, oleh karenanya membutuhkan modifikasi peramalan yang
ekstensif, artinya bahwa perencanaan tersebut masih memungkinkan antisipasi dan
fleksibilitas (Meldona dan Siswanto,2012:60)
Faktor-faktor
Lingkungan eksternal terdiri dari:
1.
Sektor
Perekonomian
Lingkungan perekonomian mempengaruhi sumber daya
manusia serta efektifitas praktek-praktek manajemen sumber daya manusia
tertentu. Faktor ini lagsung mempengaruhi status keuangan perusahaan yang
kemudian menentukan tingkat pengeluaran, tingkat resiko dan prioritas
pembelajaan yang ditanggunng perusahaan. Tingkat inflasi yang tinggi, misalnya
dapat menyebabkan perusahaan lebih hati-hati dalam pengeluaran atau bahkan
mengurangi dana untuk pelatihan, kompensasi, atau perbaikan keselamatan kerja
(Simamora, 1997:77).
Dalam Rivai (2004:41) Resesi ekonomi memaksa
perubahan pada praktek manajemen yang sering membawa pada ketidaksesuaian,
sehingga dampak yang dapat dirasakan adalah pada tingkat produktivitas yang
menurun. Tanpa perbaikan produktivitas dan perekonomian yang kuat, sangat sulit
untuk mengendalikan inflasi dan bersaing dipasar. Beberapa faktor yang
mempengaruhi produktivitas termasuk perubahan dalam teknologi, perubaha
kualitas kerja, perubahan upah dan tipe model investasi, perubahan siklus
bisnis pendek dan permintaan pasar, serta perubahan aktivitas dunia industri.
Dan hal tersebut diatas akan berpengaruh pula terhadap persoalan biaya
wawancara, pengangkatan, penempatan, pelatihan dan penggajian karyawan.
2.
Sektor
Sosial
Simamora (1997:77) menjelaskan bahwa lingkungan
sosial meliputi garis-garis besar informal yang berkaitan dengan kebiasaan,
kultur dan tren populasi di lokasi perusahaan yang mempengaruhi cara sebagian
besar organisasi dan manajer berfungsi. Garis-garis tersebut dapat berbeda
berdasarkan daerah atau wilayah dalam suatu Negara. Lingkungan sosial dapat
digambarkan melalui banyak dimensi: desa-kota, barat-timur, kelas
buruh-eksekutif, dan ahli-staf. Sampai pada tingkat tertentu, nilai sosial,
sikap dan kepercayaan mempengaruhi apa yang diharapkan oleh tenaga kerja dari pekerjaan mereka.
Berbeda dengan generasi pekerja dahulu, tenaga sekarang menuntut lebih dari
sekedar “gaji per hari yang adil” da tempat yang aman serta sehat untuk
bekerja. Banyak karyawan yang mencari keterlibatan yang lebih besardalam
pekerjaan mereka dan meningkatnya perhatian manajemen terhadap masalah tertentu
dari pekerjaan dan kebutuhan mereka. Tuntutan seperti itu kemungkinan besar
akan semakin mendesak di tahun-tahun mendatang, seperti halnya aspirasi
karyawan yang meningkat seiring dengan perbaikan tingkat pendidikan mereka.
3.
Sektor
Politik
Organisasi dari jenis apapun berkiprah di dalam dan
memulai berbagai sistem politik. Interaksi antara organisasi dan lingkungan
politik adalah saling mempengaruhi satu sama lain. Di satu pihak perusahaan
mencoba mempengaruhi sistem politik, guna meningkatkan kesempatan bagi
kelangsungan hidup mereka. Yang paling terlihat untuk hal ini adalah upaya lobbying yang ekstensif dari perusahaan
pada semua jajaran pemerintahan. Sebaliknya, elemen-elemen tertentu dari sistem
politik berusaha mempengaruhi aktivitas-aktivitas organisasi dalam upaya
mempromosikan perlindungan lingkungan, menghindari kompetisi yang tidak wajar,
dan seterusnya. Lingkungan politik menyangkut sikap pemerintah terhadap
perusahaan, peraturan perburuhan dan kesejahteraan sosial. Perubaha kebijakan
pemerintah mengenai kesehatan, pendidikan dan usia pensiun dapat menyebabkan
beberapa perusahaan memberikan tunjangan-tunjangan dalam bidang-bidang tersebut
(Simamora, 1997:77).
4.
Sektor
Hukum
Lingkungan hukum telah memberikan inspirasi bagi
praktek-praktek manajemen sumber daya manusia untuk menerapkan kesempatan kerja
yang sama, menangkal terjadinya pelecehan seksual dan memberikan fasilitas keselamatan
kerja di tempat kerja (Meldona dan Siswanto,2012:63). Dijelaskan pula dalam
Rivai (2004: 42) bahwa praktik manajemen sumber daya manusia di pengaruhi oleh
hukum dalam hal perpajakan, undang-undang perburuhan, undang-undang kesehatan
dan keselamatan kerja serta diskriminasi.
5.
Faktor
Geografis
Lingkungan geografis dapat mempengaruhi pengharapan
karyawan yang menyagkut hubungan waktu kerja dan waktu senggang, jenis
tunjangan yang ditawarkan oleh perusahaan, tingkat stres atau masalah pribadi
yang muncul ditempat kerja. Kedekatan geografis departemen, divisi ataupun anak
perusahaan terhadap perusahaan dapat mempengaruhi keseragaman praktek manajemen
sumber daya manusia di dalamnya (Simamora, 1997:78).
6.
Faktor
Budaya Setempat
Secara mendasar, budaya/kultur bertalian dengan
sikap dan kepercayaan terhadap ekonomi, sosial, politik, pendidikan dan hukum.
Lingkungan budaya termasuk faktor yang berhubungan dengan kesukaan, agama,
status sosial dan latar belakang pengalaman kerja. Faktor-faktor seperti
tersebut mmepengaruhi norma-norma dan pengharapan anggota-anggota organisasi.
Diantara faktor-faktor budaya yang harus dipertimbangkan oleh manajer adalah
faktor hukum-politik, faktor ekonomi, dan faktor sosiologis di daerah setempat.
Dan hal tersebut akan menjadi semakin penting bagi manajer yang berkecimpung di
lingkungan global (internasional). (Meldona dan Siswanto,2012:63).
7.
Faktor
Teknologi
Teknologi dapat berarti teknik yang digunakan dalam
aliran/ arus kas pekerjaan (Simamora, 1997:78). Kemajemukan teknologi merupakan
determinan yang penting yang memfungsikan organisasi dan aktivitas sumber daya
manusia lainnya. Lingkungan teknologi mempengaruhi alat yang tersedia dan
keahlian yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Sebagian besar
organisasi telah menghadapi persoalan sumber daya manusia yang bersangkut paut
dengan komputerisasi yang meluas dari fungsi bisnis serta otomatisasi dalam
proses perakitan. Beberapa diantaranya telah mendirikan program pelatiha
khusus. Yang lain dengan mengubah kriteria seleksi mereka. Perubahan teknologi
sering menuntut sorotan khusus terhadap rekrutmen, penempatan, pelatihan dan
pengembangan serta perencanaan karir. Perubahan teknologi sulit diprediksi dan
dinilai. Dewasa ini pertumbuhan industri telah mengkaryakan ribuan tenaga
kerja, baik langsung maupun tidak langsung. Perencanaan tenaga kerja sering
dipersulit dengan kemajuan teknologi karena kemajuan ini cenderung menyebabkan
pengurangan tenaga kerja di satu departemen (contohnya bagian pembukuan dan
produksi), tetapi meningkatkan tenaga kerja di departemen lain (contohnya di
bagian pengoperasian komputer). (Meldona dan Siswanto,2012:64).
8.
Serikat
Pekerja
Serikat atau asosiasi para pekerja sebagai wahana
bagi karyawan untuk berpartisipasi dalam perusahaan dalam hubungannya dengan
hubungan kerja, sebagai perwujudan hak dan kebebasan karyawan berorganisasi.
(Rivai,2004:491) dan (Haryani, 2002:6).
Organisasi sebagai tempat berunding bagi para
karyawan tentang upah-upah, jam kerja, da syarat-syarat kerja serta kondisi
ketenagakerjaan lainnya (Simamora, 1997:678). Lingkungan pekerja menggambarkan
sikap umum karyawan dan penduduk terhadap serikat pekerja. Tingkat pendidikan
penduduk di daerah tertentu juga mempengaruhi sikap-sikap masyarakatnya.
Umumnya tingkat pendidikan berkorelasi secara negatif dengan sikap penduduk
terhadap serikat pekerja. Contohnya: tenaga profesional yang biasanya memiliki
tingkat pendidikan yang tinggi bereaksi secara negatif terhadap serikta
pekerja. Pemahaman atas sikap lingkungan dan arah perubahannya membantu manajer
dan spesialis sumber daya manusia untuk meramalkan tipe-tipe tenaga kerja
bagaimana yang dibutuhkan dan tersedia untuk memenuhi tujuan-tujuan organisasi.
Mengenali perubahan hukum dapat menyebabkan lebih banyaknya penerimaan karyawan
golongan monoritas atau adanya perubahan teknologi menyebabkan dibutuhkan lebih
banyak tenaga ahli (Meldona dan Siswanto,2012:65).
9.
Pasar
Tenaga Kerja
Pasar tenaga kerja (Labour Market) adalah seluruh aktivitas dari para pelaku yang
tujuannya adalah untuk mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja
(Sumarsono, 2003:99). Pelaku-pelaku tersebut terdiri dari: pengusaha yang
membutuhkan tenaga kerja, pencari kerja dan perantara pihak ketiga yang
memberikan kemudahan bagi pengusaha dan pencari kerja untuk saling berhubungan
(fungsi perantara ini dapat dilakukan oleh instansi pemerintah/DEPNAKER, atau konsultan
atau swasta) (Meldona dan Siswanto,2012:66).
Simamora (1997:79) menjelaskan bahwa lingkungan
pasar tenaga kerja mempengauhi perencanaan tenaga kerja dalam hal jumlah dan
kualifikasi serta tipe pekerjaan yang tersedia. Di pasar-pasar tenaga kerja
yang longgar, jumlah tenaga kerja yang berbobot adalah melimpah. Pasar
tenaga kerja yang ketat membatasi
ketersediaan tenaga kerja, mendongkrak harga tenaga kerja tersebut dan bahkan
membatasi tingkat terhadapnya organisasi dapat selektif dalam prosedur-prosedur
pengangkatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perencanaan tenaga kerja harusnya dikaitkan dengan
strategi organisasional. Perencanaan tenaga kerja memberikan kaitan antara
lingkungan organisasi dan manajemen sumber daya manusia. Perencanaan sumber
daya manusia haruslah mencakup upaya bersama antara manajer sumber daya manusia
dengan manajer-manajer lain.
Perencanaan tenaga kerja merupakan suatu upaya untuk
mengantisipasi bisnis kedepan dan permintaan lingkungan untuk memenuhi
kebutuhan atas tenaga kerja yang aktivitasnya saling berhubungan membentuk
sistem perencanaan tenaga kerja yamg terpadu, terdiri dari investori SDM,
prakiraan suplai dan kebutuhan SDM pada waktu mendatang. Rencana-rencana kerja,
serta prosedur kontrol dan evaluasi.
Perencanaan tenaga kerja merupakan bagian dari
perencanaan strategi organisasi, karena tujuan yang hendak dicapai adalah
bagian dari kegiatan menejerial (seperti proses pengadaan karyawan, penempatan,
serta pelatihan dan pengembangan) yang memberikan dukungan terhadap yang hendak
dicapai organisasi (goal attainment) secara keseluruhan.
Faktor eksternal memberikan pemahaman akan peluang,
ancaman dan kendala yang dihubungkan dengan proses menghasilkan barang dan jasa
untuk masyarakat. Faktor perubahan lingkungan eksternal juga berpengaruh
terhadap permintaan tenaga kerja. Sehingga pemahaman terhadapnya memeberikan
manajer batasan mengenai apa yang realistik yang dapat dikerjakan oleh
perusahaan. Faktor-faktor eksternal tersebut terdiri dari: lingkungan perekonomian,
sosial, politik, hukum, geografis, budaya, teknologi serta lingkungan pekerja
dan lingkungan pasar tenaga kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Meldona
dan Siswanto. 2012. Perencanaan Tenaga
Kerja. Malang: UIN-MALIKI Press.
Simamora, Henry. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi
Kedua. Yogyakarta: STIE YKPN.
Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan:Dari Teori ke Praktik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Haryani,
Sri. 2002. Hubungan Industrial di
Indonesia. Yogyakarta: AMP YKPN.
Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia dan
Ketenagakerjaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rivai,
Veithzhal dan Ella Jauvani Sagala.201. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hasibuan,
Malayu S. P. 2007. Sumber Daya Manusia.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nawawi, Hadari. 1997. Manajemen
Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang Kompetitif. Yogyakarta:Gadjah Mada
University Press.
Alwi, Safarudin. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE UGM.
Siagian, Sondang P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:Bumi Aksara.
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2003. Perencanaan
dan Pengembangan Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Refika
Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar