Pages

Minggu, 30 Oktober 2016

Manajemen SDM Global Lanjutan



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sumber daya manusia adalah salah satu komponen yang penting dalam pengembangan suatu Negara. Sebuah Negara akan mengalami kemajuan yang signifikan tergantung dari tingkat pengetahuan SDM Negara tersebut. Sebut saja SDM Negara Jepang yang mengalami kemajuan pesat, terhitung dari pengeboman Hirosima dan Nagasaki. Kini Jepang menjadi negara maju di dunia yang patut di contoh oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Tidak hanya Jepang, tetapi juga Amerika, Jerman, dan negara-negara maju lainnya yang mempunyai sumberdaya manusia unggul dan berkualitas. Manajemen SDM juga salah satu unsur yang menjadikan sebuah negara menjadi maju dan mampu bersaing dengan Negara-negara canggih.
Negara Indonesia perlu belajar manajemen SDM kepada Negara-negara maju semacam Jepang, Amerika, dan Jerman supaya pemanfaatan SDA bisa maksimal dan mampu menjadikan Indonesia Negara yang bersaing.







BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Global
            Dunia sedang mengalami kenaikan angkatan kerja global. Masalah dan peluang sumber daya manusia global sangat besar dan semakin meluas. Manajemen suber daya manusia global adalah pemanfaatan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi tanpa memandang batas-batas geografis. Orang-orang yang berurusan dengan masalah sumber daya manusia global menghadapi sejumlah besar tantangan yang jauh melampaui rekan-rekan domestik mereka. Permasalahan-permasalahan itu mulai dari hambatan budaya hingga hambatan politik dan aspek-aspek internasional seperti kompensasi. Sebelum manajemen tingkat atas memutuskan sebuah gerakan global, hal yang sangat penting untuk dilakukan adalah mempertimbangkan karateristik penting isu-isu sumber daya manusia.
            Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam perekonomian global memberikan penekanan yang besar pada SDM stratejik. Mereka yang terlibat dalam manajemen sumber daya manusia global berkembang dan bekerja melalui sebuah system manajemen sumber daya manusia global yang terintegrasi. Bidang-bidang fungsional yang berhubungan dengan manajemen sumber daya manusia global serupa dengan bidang-bidang yang mereka alami secara dosmetik. [1]
2.2 Perbedaan Budaya Memengaruhi Manajemen Sumber Daya Manusia Global
            Budaya Negara adalah sekumpulan nilai, symbol, keyakinan, bahasa,  dan norma yang memandu perilaku manusia di suatu Negara. Hal tersebut termasuk perilaku yang dipelajari dan berkembang selama seseorang tumbuh dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Norma-norma budaya Asia mendukung loyalitas dan kerja tim. Di Jepang sebagian besar manajer cenderung tetap bertahan untuk bekerja disatu perusahaan seumur hidup mereka. Di Amerika Serikat, para eksekutif senior sering berpindah perusahaan, namun di Jepang, jarang kesempatan kedua diberikan kepada mereka yang meninggalkan perusahaan. Terdapat keyakinan yang sangat kuat pada orang Jepang bahwa meninggalkan pekerjaan harus dihindari sebagai bentuk penghormatan kepada tim bisnisnya. Mengenali perbedaan-perbedaan budaya yang ada ditempat kerja bisa membantu para manajer mencapai efektivitas maksimum.[2]
            Orang-orang Amerika yang akan menjalankan bisnis di luar negeri perlu memahami bahwa budaya lain memiliki pandangan berbeda tentang orang Amerika. Philip R. Harris dan Robert T. Moran, dalam buku mereka, merangkum umpan balik dari para pebisnis Arab mengenai presepsi mereka terhadap sejumlah orang Barat. Menurut mereka, orang-orang Barat mempunyai perilaku arogan, seolah-olah mereka mengetahui segala hal dan tidak mau berbagi kesuksesan atas usaha bersama, mereka tidak mampu atau tidak mau menghormati serta menyesuaikan diri dengan kebiasaan dan budaya local, dan lebih menyukai solusi-solusi yang didasarkan pada budaya asal mereka alih-alih memenuhi kebutuhan-kebutuhan loikal, mereka menolak bekerja melalui jalur dan prosedur administrasi dan hukum lokal dan mereka mengelola dengan carayang otokratis dan menekan. Orang barat juga dianggap terlalu menunut dan ambisius. Terkadang bisa terjadi pertentangan antara budaya organisasi dengan budaya negara tuan rumah. Karyawan internasional yang sukses mampu menemukan keseimbangan antara mempertahankan nilai-nilai budaya mereka sendiri dan menerima nilai-nilai budaya dari Negara tuan rumah. Mereka benar-benar menciptakan gaya budaya ketiga dalam menjalankan bisnis. Dalam budaya ketiga ini, para ekspatriat tidak perlu meninggalkan nilai-nilai mereka sendiri atau secara total mengadopsi system nilai negara tuan rumah.[3]
2.3 Survei Mengenai Masalah-Masalah Yang Berkaitan Dengan Bisnis Secara Global
            Pengaruh dari kompetisi secara global dapat dilihat dibanyak industri di Amerika Serikat. Industri otomotif, baja, dan elektronik telah menutup fasilitas yang tidak produktif atau mengurangi tenaga kerja karena kompetisi yang berasal dari perusahaan-perusahaan Jepang, Taiwan, Korea, Jerman, dan negara asing lainnya. Pada saat yang bersamaan, seperti yang dapat dilihat pada kasus Mercedez-Benz, perusahaan-perusahaan yang berasal dari luar Amerika Serikat telah menanamkan modal dan menciptakan lapangan pekerjaandi Amerika Serikat. Pertumbuhan kesempatan kerja yang berasal dari penanaman modal asing telah membantu untuk menggantikan kesempatan kerja yang berkurang akibat ditutupnya fasilitas/lapangan pekerjaan karena pengurangan produksi.[4]
v  Amerika Utara
Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko telah menyadari betapa pentingnya perdagangan dunia dengabn mengurangi hambatan-hambatan dan bekerja sama secara lebih erat, yang dimulai di Amerika Utara. Salah satu aspek dari kerja sama ini adalah bahwa perusahaan-perusahaan Amerika Serikat, sebagaimana perusahaan-perusahaan dari negara-negara lain seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan telah memperoleh keuntungan dari rendahnya tingkat upah di Meksiko untuk mendirikan kegiatan usahanya di Meksiko. Penandatanganan North American Free Trade Agreement (NAFTA) memperluas kesempatan dagang di wilayah Kanada, Amerika Serikat, dan Meksiko. Akan tetapi NAFTA juga menyebabkan hambatan bagi pihak perusahaan untuk menjamin kegiatan SDM mereka di Meksiko memenuhi standar-standar tertentu. The Commission on Labor Cooperation (CCL) telah dibentuk sebagai bagian dari NAFTA untuk mengevaluasi keberatan-keberatan yang terjadi di Amerikan Serikat, Kanada, atau Meksiko mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, pengkaryaan tenaga kerja anak-anak, benefit dan hubungan antar buruh dan manajemen.
v  Amerika Latin
Satu hal penting dalam  tahun-tahun belakangan ini di Amerika Latin adalah kebangkitan kembali ekonomi dari negara-negara besar di wilayah tersebut terutama Brasil, Argentina, dan Chili. Program penghematan ekonomi yang dilakukan di negara-negara tersebut telah menurunkan tingkat inflasi mereka ke tingkat yang normal. Bertambahnya jumlah penduduk yang disebabkan tingginya tingkat kelahiran menjadikan negara-negara tersebut menarik bagi penanaman modal asing, dan banyak perusahaan multinasional yang berasal dari Amerika Serikat, Asia dan masyarakat ekonomi Eropa telah memperluas jaringan operasi mereka dengan melakukan usaha patungan dengan pengusaha lokal.

v  Asia
Di Asia, perekonomian Jepang telah mencapai titikjenuh, dan masyarakat Jepang sedang mengalami perubahan yang disebabkan cepatnya populasi yang bertambah usia. Juga generasi muda Jepang telah terkena arus budaya barat dan lebih banyak membeli barang-barang impor. Secara perlahan-lahan Pemerintahan Jepang telah membuka pasae mereka dan melakukan perubahan pada perekonomiannya sebagai tanggapan terhadap tekanan dari pihak Amerika Serikat dan negara-negara lainnya.
Hubungan perekonomian antara perusahaan-perusahaan asing dengan lokal di negara-negara Asia seperti Taiwan, Korea Selatan, Singapura, dan Malaysia telah menjadi kompleks, dan tingkat ekspor mereka meningkat secara drastis. Tingkat pertumbuhan perekonomian yang cepat di negara-negara tersebut, sebagaimana juga yang terjadi di Indonesia, Thailand, dan Vietnam, telah mendorong lebih banyak perusahaan asing untuk membangun fasilitas-fasilitas produksi dan meningkatkan kesempatan dagang.
Dua negara Asia lainnya, India, Cina, memiliki jumlah penduduk yang sangat besar. Hal ini menyebabkan pertumbuhan jumlah perusahaan-perusahaan asing untuk mengembangkan kegiatan usaha di negara-negara tersebut. Akan tetapi, kesulitan yang dihadapi untuk menarik manajer-manajer dan profesional asing untuk bekerja di negara tersebut dan biaya yang harus disediakan bagi mereka menyebabkan terjadinya kelangkaan sumber daya manusia yang berkualitas di India dan Cina.

v  Eropa
Perubahan-perubahan di Eropa, setelah terpecahnya USSR menjadi 14 negara, termasuk terbukanya perekonomian negara-negara Eropa Timur terhadap perdagangan internasional. Perubahan ini menyebabkan perusahaan-perusahaan Amerika Serikat den negara asing lainnya meluaskan kegiatan usaha dagang mereka secara dramatis untuk menjual barang-barang dan jasa, juga tersediannya tenaga kerja dengan tingkat upah yang relatif rendah, yang mengindikasikan dapat dibangunnya produksi dengan padat karya untun menyerap tenaga kerja.
Di Eropa Barat, usaha-usaha untuk menciptakan Ekonomi Eropa yang bersatu telah menyebabkan terjadinya penggabungan dan meningkatknya tingkat kerja sama antar pemerintah Eropa. Pencipataan Euro, mata uang Eropa telah membentuk perekonomian Eropa juga. Pada saat bersamaan, hal ini menyebabkan semakin terbatasnya impor dari Amerika Serikat dan Jepang. Akibatnya perusahaan-perusahaan Amerika Serikat dan Jepang telah menambahkan kantor-kantor dan fasilitas-fasilitas produksi di Eropa guna menghindari hambatan perdagangan.

v  Afrika
Di berbagai bagian di Afrika, kesempatan bagi kegiatan usaha internasional dihalangi oleh perang sipil dan pemerintahan yang korupsi. Juga fasilitas infrastruktur tidak mendukung. Kesempatan yang positif terbuka bagi Afika Selatan sejak politik apartheid dihapuskan. Akibatnya perusahaan-perusahaan asing memasuki negara tersebut dan membangun kegiatan usaha dan usaha patungan. Akan tetapi, isu ras masih harus dipertimbangkan oleh praktisi SDM di perusahaan-perusahaan internasional yang beroperasi dimAfrika Selatan. [5]
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja Global
            Mengatur dan mengurus sumber daya manusia dengan kebudayaan, perekonomian dan sistem hukum yang berbeda memberikan beberapa tantangan. Bagaimnapun juga, apabila dilakukan dengan baik. Sumber daya manusia dapat menghasilkan keuntungan. Studi yang dilakukan selama tujuh tahun di Inggris terhadap 100 perusahaan asing memperlihatkan bahwa manajemen Sumber Daya Manusia yang baik, sebagaimana factor-faktor lainnya, berpengaruh lebih banyak terhadap tingkat keuntungan dan produktivitas dibandingkan faktor teknologi atau penelitian dan pengembangan.
            Hambatan umum yang dihadapi oleh manajemen Sumbr Daya Manusia adalah adptasi budaya, perbedaan norma-norma ketenagakerjaan, gaya manajemen dan tingkat keluar masuk manajemen. Melakukan usaha secara global memerlukan adaptasi. Sangatlah penting bahwa hal-hal tersebut dilihat sebagai saling keterkaitan oleh manajer dan praktisi ketika mereka melakukan dan membangun kegiatan usaha secara global. Ada 4 faktor-faktor yang harus dipertimbangkan oleh manajer SDM dengan tanggung jawab global.[6]
1.      Faktor Hukum
2.      Faktor Politik
3.      Faktor Ekonomi
4.      Faktor Budaya [7]
2.5   Manajemen SDM Global Negara Rusia, Jerman,Jepang dan Indonesia
1)      Rusia
Rusia yang merupakan negara yang dulunya bernama Uni soviet ini mempunyai ciri-ciri budaya khas. Mereka seringkali tidak mewakili diri mereka sendiri, melainkan mewakili pemerintah dalam beberapa hal. Kontrak bagi mereka tidak begitu mengikat, mereka memandang sesuatu sebagai hal yang mengikat hanya bila kelanjutannya saling menguntungkan, mereka bukan orang yang mudah melakukan perjanjian. Negara yang terbentuk dari sejarah Uni Soviet, yang kini tinggal nama, masih mengusung pentingnya otoritas dalam suatu manajemen.
              Hingga kini, hirarki dalam perusahaan masih merupakan faktor penting, terutama dalam pengambilan keputusan. Meskipun dipandang tidak relevan lagi dengan iklim demokrasi saat ini, gaya manajemen ini relatif masih diperlukan, terutama pada perusahaan atau organisasi yang memiliki sistem yang baku dan ketat, seperti departemen atau organisasi pemerintah.

2)      Jerman
Karakteristik budaya Jerman adalah sikap monokronik terhadap penggunaan waktu, misalnya hasrat menyelesaikan serangkaian tindakan sebelum memulai tindakan lain. Hirarki bersifat pemerintah, yang seringkali mengakibatkan rasa hormat yang berlebihan kepada seorang atasan langsung dan CEO (Chieff Executive Officer). Mereka seringkali membuat catatan dan kembali dengan persiapan yang matang pada hari berikutnya dan mereka biasanya patuh pada apa yang telah mereka setujui dengan lisan.
              Jerman merupakan negara yang memiliki tingkat kompensasi yang tinggi dan pemberian jaminan sosial yang relatif baik. Pengambilan keputusan ada di tangan top management atau para kepala perusahaan, namun, pekerja tidak merasa terlalu dianaktirikan karena pengangkatan manajer atau kepala perusahaan haruslah disetujui oleh dua pertiga shareholder dan sepertiga sisanya ditentukan oleh pekerja. Tujuan mengadakan komparatif model manajemen dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan manajemen dan organisasi. Apabila membandingkan manajemen suatu negara dengan negara lain, maka akan tampak banyak persamaan dalam hal yang universal, tetapi banyak perbedaan dalam hal yang hakiki, terutama yang berakar pada budaya masing-masing negara yang dapat dibedakan dari budaya manajemen negara lainnya. Kelebihan yang ditunjukkan dipengaruhi oleh kemampuan menerapkan manajemen universal dengan budaya setempat, setelah ditinjau bahwa hal tersebut juga dapat menunjang kinerja manajemen organisasi.

3)      Jepang
Dalam manajemen Jepang, lebih berbeda lagi, mereka memiliki semangat bushido (harga diri) serta Samurai (semangat yang berani mengambil resiko). Mereka bersedia pula bersedia mengkaji informasi yang sama beberapa kali untuk menghindari kesalahpahaman dan memperoleh kejelasan , meskipun ambiguitas gaya bicara mereka menyebabkan orang barat tidak mendapatkan kejelasan maksud mereka. Bahkan pemerintah sendiri menciptakan iklim usaha inovatif yang dilindungi negara , diantara pilar pelindungnya adalah:
·         Budaya organisasi memfasilitasi kreatifitas dan inovasi.
·         Manajer yang berperan sebagai pemimpin yang memberikan contoh aktivitas-aktivitas kreatif.
·         Seluruh karyawan harus mendapatkan pelatihan berpikir kreatif dan pelatihan memahami proses inovasi di organisasi.
            Jepang menggunakan sistem gemba kaizen untuk pengembangan SDMnya. Gemba diartikan sebagai tempat yang sebenarnya, tempat di mana kejadian terjadi atau tempat di mana produk, jasa pelayanan dibuat. Karena itu gemba terdapat di mana-mana. Kaizen diartikan sebagai penyempurnaan, perbaikan berkesinambungan melibatkan semua orang, baik manajer (pimpinan) dan karyawan dengan biaya yang tidak seberapa.

4)      Indonesia
Indonesia merupakan Negara Kepulauan, negara yang juga memilki jumlah penduduk lebih kurang 200juta, dengan tingkat pertumbuhan penduduk tiap tahunnya lebih kurang 1,2% pertahun. Mungkin saat ini kualitas sumber daya manusia indonesia sedikit berbeda jika kita lihat dengan kulaitas sumber daya manusia negara-negara yang masih satu kawasan atau Se-Asia seperti Cina dan Jepang. Indonesia sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk yang tidak jauh bedanya dengan Cina , juga mampu memiliki kualitas sumber daya manusia yang unggul, kompetitif, dan kreatif.
          Negara Cina memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik. Semua penduduknya memiliki kesibukkan masing-masing. Waktu yang ada dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Contohnya saja: Penjaga toko, di saat dia tidak melayani pembeli, maka ia akan mencari kesibukkan atau mengerjakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, seperti melakukan aktifitas membaca. Ada lagi yang sering kita lihat ataupun kita dengar kebiasaan penduduk cina, saat menunggu transportasi atau sedang berada di dalam kereta, mereka pun mengisi kesenjangan waktunya dengan membaca, membuat anyaman, origami (seni melipat kertas) dan lain kegiatan lainnya yang memiliki manfaat bagi mereka. Setiap waktu luang yang mereka miliki penduduknya mengisi dengan berbagai kegiatan.
          Negara Indonesia juga bisa mencontoh sedikit banyak dari rutinitas yang biasa dilakukan oleh penduduk Cina. Penduduk Indonesia bisa mengisi kesenjangan waktunya dengan melakukan kegiatan apapun yang memiliki manfaat. Mungkin butuh waktu yang lama untuk dapat melaksanakan kegiatan seperti penduduk di Cina.
Contoh yang sering kita lihat di layar televisi, yang mempertegas kembali kondisi SDM kita yang masih kurang. Penyiksaan TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di luar negeri, hingga meninggal dunia ataupun mengalami cacat fisik dan mental seumur hidup. Dengan melihat berbagai peristiwa yang terjadi dengan penduduk negara kita, saya berharap pemerintah mungkin dapat lebih memberikan perhatian penuh terhadap SDM nya, sehingga kejadian seperti yang saya uraikan di atas tidak terulang kembali dan  negara Indonesia memiliki insan- insan yang cerdas, kreatif.[8]

2.6 Perbedaan Manajemen Global antar Negara-Negara
1. Manajemen Barat (Amerika)
Dari segi aspek positif :
·         Efisien.
·         Disiplin.
·         Sadar akan waktu dan.
·         Penghormatan terhadap inisiatif individu.
Dari segi aspek negatif :
·         Manusia diperlakukan seperti mesin, dan
·         Masyarakatnya yang konsumtif.

2. Manajemen Jepang
Dari segi aspek positif:
·         Solidaritas terhadap kelompok (perusahaan) yang tinggi.
·         Dedikasi.
·         Kesetiaan.
·         Disiplin diri.
·         Nasionalisme yang tinggi, dan
·         Penghormatan terhadap yang lebih senior.
Dari segi aspek negatif :
·         Opportunities.
·         Binatang ekonomi.
·         Sangat tertutup, dan
·         Agak angkuh.

3. Manajemen Cina
Dari segi aspek positif:
·         Memegang teguh janji.
·         Ulet.
·         Tekun.
·         Hormat, dan
·         Solidaritas kelompok (suku).
Dari segi aspek negatif:
·         Kikir
·          Menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan
·         Tertutup, dan
·         Terlalu materialistis.[9]

2.7 Pernyataan Globalisasi Dalam Al-Qur’an
        Globalisasi dalam pandangan ajaran Islam adalah sebuah keniscayaan karena ajaran Islam sendiri adalah ajaran yang bersifat global serta tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Dalam Al-Qur’an surah al-Hujuraat:13, Allah swt berfirman bahwa manusia yang asalnya satu ayah dan satu ibu akan berkembangbiak secara cepat menjadi berbagai ras, suku, dan bangsa yang bermacam-macam. Perhatikan ayat dibawah ini :
         
Artinya : “ Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan  kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu. Sesungguhnya Alah maha mengetahui lagi maha mengenal.” (al-Hujuraat:13)[10]

Kesuksesan Nabi Muhammad saw, dalam berbisnis dilandasi oleh dua hal pokok, yaitu kepribadian yang amanah dan terpecaya, serta pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni. Dua hal pokok itu, amanah dan ilmu pulalah yang telah menjadikan Nabi Yusuf mampu membangun kesejahteraan masyarakat, sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an surah Yusuf:5 :
عَلِيمٌ حَفِيظٌ إِنِّي الأرْضِ خَزَائِنِ عَلَى اجْعَلْنِي قَالَ       
Artinya : “ Yusuf berkata, “jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir), sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.’ (Yusuf:55)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen sumberdaya manusia pada suatu negara sangat penting guna perkembangan Negara tertentu sekaligus salah satu tameng dari tergusurnya perekonomian Negara dengan berlakunya Globalisasi yang sudah berjalan.
Sumber daya manusia adalah salah satu komponen yang penting dalam pengembangan suatu Negara. Sebuah Negara akan mengalami kemajuan yang signifikan tergantung dari tingkat pengetahuan SDM Negara tersebut. Sebut saja SDM Negara Jepang yang mengalami kemajuan pesat, terhitung dari pengeboman Hirosima dan Nagasaki. Kini Jepang menjadi negara maju di dunia yang patut di contoh oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Manajemen Indonesia yang banyak mengadopsi manajemen barat (Amerika dan Eropa Barat) dan timur (Jepang dan Cina), dan timur tengah  tampaknya tidak tertinggal dari pengaruh faktor budaya tradisional yang ada di tengah-tengah masyarakat. Apalagi belum ditemukannya secara pas bentuk manajemen Indonesia, menjadikan manajemen yang dijalankan selama ini mencampurkan berbagai macam bentuk atau gaya yang ada, serta ditambah dengan faktor budaya di mana organisasi tersebut berada.




DAFTAR PUSTAKA
Dessler Gary, Manajemen Mumber Daya Manusia jilid 2. Jakarta: PT Indeks.2009
Mondy R.Wayne, Manajemen  Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.2008
Mathis L.Robert, Manajemen Sumber Daya Manusi. Jakarta: Salemba Empat.2001
Dessler Gary, Manajemen Mumber Daya Manusia jilid 1. Jakarta: PT Prenhallindo.1998
Alatas Ali, Menjinakkan Metakuasa Global. Jakarta: Prakarsa LP3ES Indonesia.2008
Hafidhuddin Didin, Manajemen Syariah dalam Praktik. Jakarta: Gema Insani.2003




[1].Wayne Mondy,  Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta:Erlangga, 2008), hlm. 191
[2]. Wayne Mondy,  Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta:Erlangga, 2008), hlm. 189
[3] Wayne Mondy,  Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta:Erlangga, 2008), hlm. 190
[4] Robert L. Mathis, Manajemen Sumber Daya Manusia(Jakarta:Salemba Empat,2001), hlm. 121
[5]. John H. Jackson, Manajemen Sumber Daya Manusia(Jakarta:Salemba Empat,2001), hlm.121-123
[6]. Robert L. Mathis, Manajemen Sumber Daya Manusia(Jakarta:Salemba Empat,2001), hlm. 123
[7]. Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia(Jakarta:PT Indeks,2009),hlm.325
[8]. Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia(Jakarta:PT Prenhallindo,1998),hlm.11
[9] Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia(Jakarta:PT Indeks,2009)
[10]  Didin, Manajemen Syariah dalam praktik (Jakarta: Gema Insani, 2003)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar