Pages

Minggu, 30 Oktober 2016

ANALISIS BESARNYA TINGKAT INFLASI DI KABUPATEN SUMENEP, MADURA



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terdapat kenaikan harga umum secara terus-menerus. Jadi, bukan harga satu atau dua macam barang saja, melainkan kenaikan harga dari sebagian besar barang dan jasa, dan pula bukan hanya satu atau dua kali kenaikan harga secara terus menerus.
Inflasi di dunia ekonomi modern sangat memberatkan masyarakat. Hal ini dikarenakan inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi dan produktifitas ekonomi investasi, kenaikan biaya modal, dan ketidakjelasan ongkos serta pendapatan di masa yang akan datang. Keberadaan permasalahan inflasi dan tidak stabilnya sektor riil dari waktu ke waktu senantiasa menjadi perhatian sebuah rezim pemerintahan yang berkuasa serta otoritas moneter . Lebih dari itu, ada kecenderungan inflasi dipandang sebagai permasalahan yang senantiasa akan terjadi . Hal ini tercermin dari kebijakan otoritas moneter dalam menjaga tingkat inflasi. Setiap tahunnya otoritas moneter senantiasa menargetkan bahwa angka atau tingkat inflasi harus diturunkan menjadi satu digit atau inflasi moderat.
Mewujudkan inflasi nol persen atau zero inflation secara terus menerus dalam perekonomian yang berkemabang adalah sukar untuk dicapai. Oleh sebab itu dalam jangka panjang yang perlu diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi berada pada tingkat yang sangat rendah.
Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin memburuk sekiranya inflasi tidak dapat dikendalikan. Inflasi cenderung akan menjadi bertambah cepat apabila tidak diatasi. Inflasi yang bertambah serius tersebut cenderung untuk mengurangi investasi yang produktif, mengurangi ekspor dan menaikkan impor. Kecenderungan ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.



B. RUMUSAN MASALAH
Berapa Besarnya Inflasi selama 4 bulan dari komoditas-komoditas berikut:
1.      Kelompok Bahan Makanan
2.      Kelompok Makanan jadi, minuman dan Tembakau
3.      Kelompok Perumahan
4.      Kelompok Sandang
5.      Kelompok Kesehatan
6.      Kelompok Pendididkan dan Olah raga
7.      Kelompok Transportasi dan Komunikasi

C. TUJUAN PENELITIAN
            Untuk mengetahui Besarnya Inflasi selama 4 bulan dari Komoditas-komoditas  Berikut:
8.      Kelompok Bahan Makanan
9.      Kelompok Makanan jadi, minuman dan Tembakau
10.  Kelompok Perumahan
11.  Kelompok Sandang
12.  Kelompok Kesehatan
13.  Kelompok Pendididkan dan Olah raga
14.  Kelompok Transportasi dan Komunikasi

D. MANFAAT PENELITIAN
1.      Manfaat Teoritis
1.1 Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya mengenai gambaran pengetahuan tentang kewirausahaan.
1.2 Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
2.      Manfaat Praktis
2.1 Bagi Investor dan Emiten
Bagi investor dan emiten, hasil dari penelitian ini dapat membantu mereka dalam menentukan apakah akan menjual, membeli, ataukah menahan saham yang mereka miliki.
2.2 Pemerintah
Dengan diketahuinya dampak dari inflasi, maka pemerintah dapat membuat kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan inflasi sehingga pengaruh yang telah atau akan terjadi dapat diantisipasi dan ditangani dengan sebaik-baiknya.

























BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Pengertian Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus menerus. Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya bei masyarakat karena secara riel tingkat pendapatannya juga menurun.(Iskandar,2003,hlm.254)[1]

B.     Jenis-jenis Inflasi
a.       Jenis Inflasi dari segi tingkat keparahannya
1)      Inflasi Ringan: yaitu inflasi yang laju pertumbuhannya lebih kecil dari 10% per tahun.
2)      Inflasi Sedang: yaitu inflasi yang laju pertumbuhannya terletak antara 10%-30% per tahun.
3)      Inflasi Berat: yaitu inflasi yang laju pertumbuhannya antara 30%-100% per tahun.
4)      Hiper Inflasi: yaitu inflais yang laju pertumbuhannya lebih dari 100% per tahun.
b.      Jenis Inflasi dari segi tingkat intensitasnya
1)      Inflasi yang Merayap (Creeping inflation): yaitu inflasi yang ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan harga berjalan lamban dengan presentase yang kecil dan dalam jangka waktu yang relatif lama.
2)      Inflasi Menengah (Galloping inflation): yaitu inflasi dengan kenaikan harga yang cukup besar.
3)      Inflasi Tinggi (Hiper Inflation): yaitu inflasi yang kenaikannya 5 sampai 6 kali dan merupakan inflasi yang paling parah.
c.       Jenis Inflasi dari segi asalnya
1)      Inflasi Domestik (Domestic Inflation): yaitu inflasi yang terjadi karena adanya gejolak riil dan/ atau moneter dari dalam negeri, yang bisa disebabkan karena perilaku pemerintah maupun nonpemerintah.
2)      Inflasi dari Luar (Imported Inflation): yaitu inflasi yang terjadi karena adanya gejolak variabel-variabel eksternal atau luar negeri.
d.      Jenis Inflasi dari segi sebabnya
1)      Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation): inflasi ini timbul akibat adanya gejolak di sisi permintaan agregat yang tidak dapat diimbangi oleh permintaan output.
2)      Inflasi Dorongan Penawaran/Biaya (Cost Push Inflation): inflasi ini timbul karena adanya gejolak di sisi penawaran agregat.
3)      Inflasi Campuran: yaitu inflasi yang terjadi karena pengaruh permintaan dan penawaran agregat. Dalam hal ini kenaikan harga disebabkan karena kenaikan permintaan  agregat dan karena penurunan penawaran agregat.(Drs.Ahmad Jamli,1996,hlm.158-162)[2]

C.    Penyebab Timbulnya Inflasi
1.      Inflasi akibat tarikan permintaan dan dorongan biaya produksi dan dorongan Biaya produksi
Penyebab terjadinya inflasi dapat dianalisis dari dua sisi, yaitu :
a.       Inflasi akibat tarikan permintaan (demand-pull inflation)
b.      Inflasi akibat dorongan biaya produksi (cost-push inflation)

a.       Inflasi akibat tarikan permintaan
Inflasi terjadi karena jumlah barang yang diminta secara total (aggregate demand atau AD) melebihi jumlah barang yang ditawarkan dalam perekonomian (aggregate supply atau AS). Dengan kata lain, permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa tertentu selalu mengalami peningkatan sementara di sisi lain kapasitas produksi tetap atau tidak dapat ditingkatkan. Kapasitas produksi yang lebih rendah dari pada yang dibutuhkan masyarakat tersebut dapat diakibatkan karena dua hal. Pertama, kapasitas produksi yang ada sudah optimal (full-employment) sehingga tidak dapat ditingkatkan lagi. Kedua, kapasitas produksi tidak digunakan secara penuh karena keterbatasan sumber daya yang ada atau teknologinya tidak memadai (under-employment). Peningkatan permintaan masyarakat akan barang dan jasa yang mengakibatkan kenaikan harga. Jenis inflasi ini sering disebut dengan demand-pull inflation atau inflasi yang disebabkan oleh besarnya permintaan.
b.      Sisi penawaran (supply side)
Dari sisi penawaran, kenaikan harga dapat terjadi karena turunnya jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Misalnya jumlah produksi beras menurun pada musim tanam tertentu yang disebabkan oleh kegagalan panen. Turunnya produksi beras di sisi lain permintaannya tetap akan dapat mengakibatkan kenaikan harga. Selain kegagalan panen, penurunan jumlah barang yang ditawarkan juga bisa disebabkan oleh semakin mahalnya biaya produksi. Dengan asumsi jumlah modal perusahaah tetap, maka kenaikan biaya produksi akan berdampak pada pengurangan kapasitas produksi. Jenis inflasi ini sering disebut dengan cosh-push inflation atau inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya produksi.
2.      Inflasi menurut teori kuantitas
Menurut teori kuantitas, ada dua penyebab terjadinya inflasi :
ü  Jumlah uang yang beredar (JUB) melebihi yang dibutuhkan oleh masyarakat.
ü  Harapan psikologis akan terjadinya kenaikan harga di masa yang akan datang memperparah terjadinya inflasi.
3.      Inflasi akibat perang
Kenaikan jumlah uang beredar juga dapat disebabkan perang atau ketidakstabilan politik suatu negara. Dalm kondisi perang dan ketidakstabilan politik, pemerintah membutuhkan biaya yang besar. Apabila pendanaannya dibiayai dengan mencetak uang baru, maka ini akan memicu terjadinya inflasi. Inflasi yang diakibatkan oleh perang ini tidak meliputi seluruh barang yang ada dalam perekonomian. Biasanya jenis barang yang mengalami kenaikan yang fantastis hanyalah untuk jenis barang yang diperlukan secara mutlak dalam kondisi perang tersebut, misalnya peralatan militer, perlengkapan perang, dan kebutuhan logistik perang. Dalam kondisi seperti ini, tindakan fiskal dan moneter tidak dapat mengendalikan harga barang keperluan pokok perang.
4.      Inflasi menurut teori Keynes
Menurut Keynes, inflasi terjadi karena beberapa kelompok masyarakat ingin “hidup di luar batas kemampuannya” secara ekonomi. Kelompok masyarakat ini dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu :
v  Pemerintah
Seperti yang telah dijelaskan pada inflasi menurut teori kuantitas, pemerintah dapat menyebabkan inflasi apabila defisit anggaran pemerintah yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru. Semakin besar defisit anggaran pemerintah yang dibiayai dari mencetak uang baru, akan semakin memperparah terjadinya inflasi. Pemerintah ingin memperoleh bagian yang lebih besar dari output masyarakat dengan cara menjalankan defisit anggaran yang dilakukan dengan meningkatkan anggaran pengeluaran pemerintah.
v  Pengusaha swasta
Pengusaha dapat juga menyebabkan timbulnya inflasi dengan cara memaksakan diri untuk melakukan investasi baru secara besar-besaran dan investasi itu diperoleh dari kredit bank.
v  Serikat buruh
Serikat buruh yang menuntut kenaikan gaji mereka diatas tingkat produktivitasnya, juga salah satu penyebab timbulnya inflasi menurut teori Keynes. Bila semua kelompok tersebut bersinergi menjalankan perilakunya, maka yang terjadi adalah inflationary gap. Inflationary gap adalah permintaan efektif dari seluruh kelompok masyarakat, pada harga berlaku, melebihi jumlah barang yang mampu dihasilkan oleh perekonomian. Selain itu, tuntutan kenaikan upah juga akan berakibat pada kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini juga dapat mendorong terjadinya inflasi.(Suparmono,2004,hlm.128-137)[3]

D. Pengaruh/Dampak Inflasi
a.       Pengaruh inflasi terhadap distribusi pendapatan (equity effect)
Inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan pola distribusi pendapatan masyarakat. Dengan kata lain inflasi seolah-olah merupakan pajak bagi pihak tertentu yang dirugikan dan merupakan subsidi bagi pihak tertentu yang diuntungkan.
b.      Pengaruh inflasi terhadap alokasi faktor-faktor produksi (efficiency effect)
Inflasi terjadi bila permintaan akan barang menjadi lebih besar dibandingkan dengan barang lain, yang pada akhirnya akan menaikkan ongkos produksi barang tersebut. Kenaikan produksi barang ini pada akhirnya akan mengubah pola alokasi faktor produksi yang sudah ada dan dapat mengakibatkan alokasi produksi menjadi tidak efisien.
c.       Pengaruh inflasi terhadap output (output effect)
Adanya inflasi dapat menyebabkan terjadinya kenaikan output yang diproduksi, sebab dalam keadaan infalsi biasanya kenaikan harga barang melebihi kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik dan mendorong untuk memproduksi output dalam jumlah yang lebih banyak. Namun inflasi yang sangat tinggi justru dapat menimbulkan pengaruh yang sebaliknya yaitu menurunkan output yang diproduksi. Karena dalam keadaan ini masyarakat tidak menyukai uang kas dan transaksi cenderung bersifat barter yang pada akhirnya menurunkan produksi barang.
d.      Dampak inflasi terhadap pengangguran
Adanya inflasi yang tinggi mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang rendah (jika negara akan menghentikan laju inflasi yang tinggi maka akan tercipta pengangguran). 
e.       Dampak inflasi terhadap perdagangan internasional
Jika terjadi inflasi didalam negeri maka harga-harga barang dalam negeri akan lebih tinggi daripada barang-barang luar negeri, sehingga kemampuan bersaing produk dalam negeri di pasaran internasional rendah.(Drs. Ahmad Jamli,1996,hlm.164)[4]
Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi Negara, inflasi juga akan menimbulkan efek-efek berikut kepada individu-individu dan masyarakat:
a.       Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.
b.      Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
c.       Memperburuk pembagian kekayaan.(Sadono,2006,hlm.339)[5]

E. Kebijakan Antiinflasi
Upaya-upaya untuk mengendalikan inflasi dapat berupa penerapan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
1.      Kebijakan Fiskal
Kebijakan pemerintah untuk mengubah dan mengendalikan penerimaan dan pengeluaran pemerintah melalui APBN(Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara) dengan maksud untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi.
Bentuk kebijakan fiskal untuk jangka pendek:
a.       Membuat perubahan yang berkaitan dengan pembelajaan/pengeluaran pemerintah
b.      Membuat perubahan yang berkaitan dengan sistem pajak dan jumlah pajak yang ditetapkan.
Bentuk kebijakan fiskal untuk jangka panjang:
a.       Kebijakan penstabilan otomatik, artinya menjalankan sistem pajak yang telah ada, misalnya sistem pajak progresif dan proporsional.
b.      Kebijakan fiskal diskresioner, artinya kebijakan yang secara khusus membuat perubahan terhadap sistem yang ada. Misalnya membuat undang-undang, peraturan-peraturan baru di bidang penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
2.      Kebijakan Moneter
Kebijakan yang dilakukan Bank sentral dalam mengatur dan mengendalikan jumlah uang yang beredar.
Kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif:
a.       Kebiajakan operasi pasar terbuka (open-market operation) yaitu membeli atau menjual obligasi pemerintah.
b.      Kebijakan tingkat diskonto yaitu kebijakan dalam menetapkan tingkat bunga.
c.       Kebijakan cadangan wajib (reserve requirement) yaitu kebijakan dalam menetapkan cadangan wajib untuk deposito bank dan lembaga keuangan lainnya.

Kebijakan moneter yang bersifat kualitatif meliputi: pengawasan kredit secara selektif dan moral suation yaitu, membujuk atau menghimbau secara moral kepada masyarakat pengguna jasa bank.(Asfia:2006:hlm.207-208)[6]

F. Metode Perhitungan Inflasi(Iskandar:2003:hlm.255)[7]:
1. Indeks Harga Konsumen

In 

Ket:
In= Inflasi
IHKn= Indeks Harga Konsumen tahun dasar
IHKn-1= Indeks Harga Konsumen tahun berikutnya

2. Indeks Harga Tak Tertimbang

Ia 
Ket:
Ia = Indeks Harga tahun ke-n menurut metode agregatif
∑Pn = jumlah harga tahun tertentu
∑Po = jumlah harga tahun dasar

















BAB III
METODE PENELITIAN
A. Sumber Data Penelitian
Data-data yang digunakan dalam penelitian merupakan data yang diperoleh secara primer, yakni diperoleh dari  Wawancara langsung dengan pemilik Usaha/Bisnis dan observasi ke lokasi yang akan di jadikan sampel penelitian.
B. Pengumpulan Data
1.      Wawancara
Adapun pihak yang saya wawancarai  yaitu:
ü  Pemilik Toko Karunia Jaya
ü  Karyawan Toko Harapan Baru
ü  Salah satu supir angkot
ü  Pemilik Toko di Pasar Lenteng
ü  Penjual Batu Bata Putih
2.      Observasi
Adapun objek yang saya observasi adalah lokasi:
ü  Toko Karunia Jaya
ü  Toko Harapan Baru
ü  Pasar, Jl. Raya Lenteng
ü  Toko di Pasar Lenteng
ü  Tempat Penjualan Batu Bata Putih
C. Waktu dan Tempat Penelitian
1.      Waktu Penelitian
            Waktu penelitian dilaksanakan pada Sabtu, 15 November 2014
2.      Tempat Penelitian
·         Jl. Teuku Umar No.48 Pandian, Kec. Kota Sumenep, Kab. Sumenep
·         Jl. Dr. Wahidin No.68 Pajagalan,  Kab.Sumenep
·         Pasar Lenteng, Kec. Lenteng, Kab. Sumenep
·         Jl. Raya Lenteng, Kec. Lenteng, Kab. Sumenep

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Akumulasi Semua Komoditas
No.
Jenis Barang
Harga Barang
Agustus
September
Oktober
November
1
Gula
Rp.8.500
Rp.8.500
Rp.8.800
Rp.9.000
2
Teh Pucuk
Rp.52.000
Rp.52.000
Rp.55.000
Rp.58.000
3
Batu Bata Putih
Rp.550.000
Rp.550.000
Rp.550.000
Rp.600.000
4
Kerudung “Zoya”
Rp.59.000
Rp.59.000
Rp.59.000
Rp.59.000
5
Promag
Rp.5.000
Rp.5.000
Rp.5.500
Rp.6.000
6
Buku Kiky
Rp.17.500
Rp.17.500
Rp.17.500
Rp.17.500
7
Ongkos Angkot
Rp.4.000
Rp.4.000
Rp.4.000
Rp.5.000

Jumlah
Rp.696.000
Rp.696.000
Rp.699.800
Rp.754.500








B.     Perhitungan Tingkat Inflasi
·         Dari data diatas, indeks harga bulan September dengan bulan dasar Agustus:
Ia 
                  =
                  = 100
Kenaikan Harga = 100-100
                           = 0%
ð  Berarti tidak ada kenaikan harga selama bulan Agustus-September
·         Dari data diatas, indeks harga bulan Oktober dengan bulan dasar September:
Ia 
     =
     = 100,545
Kenaikan Harga = 100,545-100
                           = 0,545%
ð  Berarti selama bulan September-Oktober harga naik sebesar 0,545%

·         Dari data diatas, indeks harga bulan November dengan bulan dasar Oktober:
Ia 
                 =
     = 107,816
Kenaikan Harga = 107,816-100
                           = 7,816%
ð  Berarti selama bulan Oktober-November harga naik sebesar 7,816%
















BAB V
PENUTUP
A.    Simpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Besarnya inflasi selama empat bulan (Agustus-November) 2014 jika dilihat dari tingkat keparahannya termasuk inflasi Ringan, karena tingkat inflasi dari bulan ke bulan kurang dari 10%.
Sedangkan penyebab terjadinya inflasi selama empat bulan tersebut diakibatkan karena kenaikan harga BBM yang mengakibatkan kenaikan harga pada semua komoditas.





















DAFTAR PUSTAKA
Putong, Iskandar.2003.Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro.Jakarta:Ghalia Indonesia.
Jamli, Ahmad.1996.Teori Ekonomi Makro.Yogyakarta:BPFE Yogyakarta.
Murni, Asfia.2006.Ekonomika Makro.Bandung:PT Refika Aditama.
Suparmono, SE., M.SI.2004,.Pengantar Ekonomika Makro.Yogyakarta:UPP AMP YKPN.
Sukirno, Sadono.2006.Makroekonomi Teori Pengantar.Jakarta:PT RajaGrafindo Persada.


[1] Iskandar Putong,2003,Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro(Jakarta:Ghalia Indonesia)Hlm.254
[2] Drs. Ahmad Jamli,1996,Teori Ekonomi Makro(Yogyakarta:BPFE Yogyakarta)hlm.158-162
[3] Suparmono, SE., M.SI.,2004, Pengantar Ekonomika Makro(Yogyakarta:UPP AMP YKPN)hlm.128-137

[4] Drs. Ahmad Jamli,1996,Teori Ekonomi Makro(Yogyakarta:BPFE Yogyakarta)hlm.164
[5] Sadono Sukirno,2006,Makroekonomi Teori Pengantar(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada)Hlm.339
[6] Asfia Murni,2006,Ekonomika Makro(Bandung:PT Refika Aditama)hlm.207-208
[7] Iskandar Putong,2003,Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro(Jakarta:Ghalia Indonesia)Hlm.255

Tidak ada komentar:

Posting Komentar