BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sejak krisis ekonomi pada era
pemerintahaan Soeharto, perekonomian Indonesia memburuk.Hal ini juga berdampak
pada kondisi ketenagakerjaan Indonesia yang ikut memburuk. Pada tahun 2011,
pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,5 persen (menurut Badan Pusat
Statistik). Masalah pertumbuhan ekonomi di Indonesia, sangat erat dengan
pengangguran yang jumlahnya semakin lama semakin banyak.Jika kondisi
perekonomian Indonesia baik, maka secara otomatis penyerapan tenaga kerja juga
baik.Setiap pertumbuhan ekonomi satu persen, tenaga kerja yang dapat diserap
mencapai 400 ribu orang. Jika dalam setahun terjadi kenaikan pertumbuhan
ekonomi sebesar 3 persen, berarti tenaga kerja yang terserap hanyalah 1,5juta
tenaga kerja, sedangkan penduduk yang membutuhkan dan mencari pekerjaan
mencapai kurang lebih 2,5 juta orang pertahun. Hal ini menyebabkan jumlah
pengangguran di Indonesia akan semakin bertambah dari tahun ke tahun.
Yang dibutuhkan di Indonesia saat ini adalah tenaga kerja
terampil.Hal ini seiring dengan permintaan dunia kerja yang terus
berlomba-lomba mengeluarkan produk baru yang lebih inovatif dan berdaya saing.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa saja tantangan manajemen SDM ?
2.
Apa saja tantangan dalam hubungan kerja ?
3.
Apa saja penyebab dari pengangguran ?
4.
Bagaimana usaha menanggulangi pengangguran ?
5.
Bagaimana tantangan dunia kerja dan masalah pengangguran menurut perspektif
islam ?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.
Untuk memahami tantangan manajemen SDM.
2.
Untuk memahami tantangan dalam hubungan kerja.
3.
Untuk memahami penyebab dari pengangguran.
4.
Untuk memahami usaha menanggulangi pengangguran.
5.
Untuk memahami tantangan dunia kerja dan masalah pengangguran dalam
perspektif islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tantangan
Manajemen SDM
Tantangan manajemen SDM secara relatif lebih berat dihadapi
di Negara berkembang, yang budaya bisnis di lingkungan organisasi atau perusahaan
lebih banyak digantungkan pada manajer tertinggi, yang biasanya adalah pemilik
perusahaan atau organisasi. Usaha untuk melindungi organisasi atau perusahaan
sebagai milik, kerap kali dilakukan melalui tindakan-tindakan yang mengabaikan
para pekerja sebagai mitra yang dapat memberikan dukungan bagi tercapainya
sukses dalam berbisnis dalam budaya seperti itu terlihat kecenderungan bahwa pengetahuan
mengenai manajemen SDM, dikalahkan oleh pertimbangan-pertimbangan subyektif
yang sebenarnya kurang menguntungkan. Untuk itu akan
diidentifikasi berbagai tantangan yang dihadapi manajemen SDM, yang perlu
diatasi dalam menghadapi bisnis yang terbuka dengan system perdagangan bebas
dimasa mendatang.
Perusahaan membutuhkan adanya Manajemen sumber daya
manusia untuk membantu terwujudnya tujuan perusahaan. Byars dan Rue (1997)
menyatakan bahwa tantangan Manajemen sumber daya manusia saat ini dan mendatang
adalah muncul isu-isu keberagaman di tempat kerja, adanya perubahan tuntutan
dari pemerintah, adanya perubahan struktur organisasi,
adanya perkembangan teknologi khususnya teknologi informatika, dan adanya isu
pendekatan manajemen yang cenderung kearah pemberdayaan karyawan dan tim kerja
mandiri.
Membantu pimpinan untuk menjadi semakin efisien dan
semakin efektif dalam mengendalikan maupun mendorong angkatan kerja,
menghadapkan para tenaga ahli personalia kepada cukup banyak tantangan dalam
pengembangan berbagai macam kebijakan dan praktek yang tepat.Yang paling
penting diantaranya adalah memastikan bahwa pimpinan melihat kebijakan SDM
terpadu pada kebijakan perusahaan, bukan sekedar tambahan.Keberadaan seorang
tenaga ahli personalia pada jenjang dewan seharusnya mempermudah cerapan
(presepsi) semacam itu.
2.1.1
Tantangan Eksternal/Lingkungan
Tantangan
ini dimaksudkan adalah kekuatan-kekuatan dari luar yang mempengaruhi kegiatan
bisnis organisasi/perusahaan, yang berpengaruh pula pada kegiatan manajemen
SDM, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Tantangan ini padadasarnya
masih berada dalam lingkungan control manajemen, sehingga selalu mungkin dan
dapat diatasi. Sehubungan dengan itu setiap manajer memikul tugas sebagai
berikut :
a. Memonitor secara terus menerus atau
secara efektif dan efisien perkembangan dan perubahan lingkungan bisnis, dengan
melakukan upaya membaca majalah dan Koran, mendengarkan siaran radio dan
lain-lain untuk mendapatkan informasi-informasi terkini yangdiperlukan.
b. Merespon atau mereaksi secara cepat
dalam bentuk fleksibel setiap informasi setelah dianalisis untuk menghasilkan
respon yang paling tepat. Respon atau reaksi tersebut dapat berbentuk
mengembangkan, mempertahankan atau menghentikan kegiatan bisnis dan kebijaksanaan
SDM yang sedang berlangsung.
Selanjutkan perlu diketengahkan bentuk-bentuk
tantangan dari luar yang perlu diantisipasi perusahaan atau oraganisasi,
terutama dari sudutmanajemen SDM. Tantangan-tantangan dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Perubahan yang cepat
Bisnis
merupakan aspek kehidupan yang sangat dinamis, dengan kemungkinan mengalami
perubahan-perubahan yang tidak jelas batas-batasnya. Oleh karena itu
organisasi/perusahaan yang sukses dan unggul, harus mampu mengadaptasi dan
mengantisipasi setiap perubahan lingkungan atau iklim bisnis, dengan memberikan
respo secara cepat dan tepat.Respon seperti itu hanya dilakukan oleh SDM yang
berkualitas.SDM pada dasarnya merupakan jantungorganisasi/perusahaan yangmenentukan
dalam membuat keputusan atau kebijaksanaan mengenai system respon yang
efektifdan kompetitif. Utuk keperluan tersebut perusahaan dalam menghadapi
perubahan lingkungan atau iklim bisnis yang cepat, perlu menetapkan
kebijaksanaan SDM sebagai berikut :
1.
Menghindari
pengaruh negatif berupa perasaan tidak puas pada kondisi yang telah dicapai
perusahaan. Berusaha melakukan dan menjalankan respon yang cepat agar tidak
merugikan, seperti menurunkan secepatnya harga penjualan, menghentikan proses
produksi, memberhentikan secara besar-besaran pekerja karena menghaapi masa
depan yang suram dan lain-lain.
2.
Dalam
menghadapi perubahan yang mengharuskan penambahan pembiayaan (cost), persahaan
harus berusaha mengatasinya, agar dapat mempertahankan pasar atau keuntungan
yang sudah diraih misalnya bersedia membayar pembiayaan untuk tenaga kerja yang
ahli dalam mengantisipasi perubahan seperti tenaga untuk mepromosikan,
memasarkan, tenaga ahli desain produk, dan lain-lain.
3.
Memberikan
imbalan yang cukup tinggi pada pekrja yang mampu melakukan improvisasi yang
kreatif, sehingga berhasil menyelamatkan perusahaan. Misalnya pekerja yang berhasil mengatasi perubahan
peraturan pemerintah, atau yang mampu mendsain pekerjaan untuk meningkatkan
kualitas produk dan lain-lain.
2.
Keragaman
Tenaga Kerja
Keragaman
tenaga kerja dimaksudkan adalah banyaknya latar belakang kebudayaan para
pekerja, karena perbedaan etnis, sebagaimana dialami oleh sebagian banyak
perusahaan industry di Amerika Serikat.Kondisi itu menimbulkan perbedaan etos
kerja dan hubungan social antar para pekerja, bahkan lebih jauh lagi
berpengaruh pada budaya perusahaan, karena perbedaan pandangan atau filsafat
hidup yang sulit dipersatukan. Di Indonesia keragaman tenaga kerja bersifat
terbatas, terutama yang agak menonjol adalah perbedaan anatara jenis kelamin
dan usia. Namun perusahaan di Indonesia harus siap dalam mengantasi keragaman
tenaga kerja dalam rangka globalisasi, karena keragaman akan meluas dengan
memasuknya modal asing yang berarti juga masuk tenagakerja asing dari berbagai
etnis atau bangsa. Sehubungan denga itu manajemen SDM akan menghadapi tantangan
dalam menyusun struktur upah/gaji, mendesain kompensasi tidak langsung,
mendesain tim kerja, dan lain-lain.
3.
Globalisasi
Dalam
uraian-uraian terdahulu telah sering dikemukakan bahwa pada abad XX dan
memasuki abad XXI terdapat kecenderungan perkembangan kearah bisnis global dan
perdagangan bebas. Dari sudut MSDM berarti mengaruskan dilakukan usaha
mengantisipasi sebagai berikut :
1)
Perusahaan
harus berusaha memiliki SDM yang mampu mengatasi pengaruh perkembangan bisnis
atau ekonomi internasional seperti resesi, penurunan atau kenaikan nilai uang
dan sebagainya.
2)
Perusahaan
harus berusaha memiliki SDM dengan kemampuan ikut serta dalam bisnis global
atau internasional dan perdagangan bebas. Misalnya SDM yang mampu analisis
terhadap perundangan-undangan/peraturan pemerintah yang berbeda-beda, memiliki
kemampuan bahasa tepat perisahaan melakukan operasi, dapat menyesuaikan pola
kehidupan masyarakat internasional atau masyarakat setempat dan lain-lain.
2.1.2
Tantangan Intern atau Keorganisasian
Tantangan
organisasi sebagai tantangan intern adalah masalah-masalah di dalam organisasi
mengenai SDM yang dapat menghambat usaha perwujudan eksistensinya sebagai
organisasi/perusahaan yang kompetitif. Masalah-masalah
dapat timbul karena dalam melakukan operasional bisnisnya, tidak ada perusahaan
yang bebas dari berbagai pengaruh, sehingga tidak mungkin dalam kondisi vakum. Dengan
kata lain SDM di sebuah perusahaan dalam interaksinya dengan kondisi perusahaan
sebagai hasil ciptaan manusia pula, selalu mungkin menghadapi masalah-masalah.
Dalam
menghadapi timbulnya masalah yang akan menjadi tantangan dalam
mengimplementasikan manajemen SDM, para manajer mengembangkan tugas-tugas sebagai
berikut :
a.
Meningkatkan
control untuk mencegah dengan berusaha agar setiap persoalan dapat diselesaikan
secepatnya sebelum berkembang menjadi persoalan besar.
b.
Bertindak
secara pro-aktif dalam arti aktif dalam melakukan usaha mengambil
langkah-langkah penyelasaian, sebelum masalah-masalah lepas dari kendali.
c.
Organisasi/perusahan memerlukan manajer yang mampu bekerja dalam
menghadapi kompetisi secara fleksibel, terutama jia mengharuskan terjadinya
pengurangan tenaga kerja, pendaya gunaan tim dalam bekerja dan lain-lain.
Selanjutnya perlu
dijelaskan tentang bentuk-bentuk tantangan dari dalam, yang perlu diantisipasi
oleh manajer SDM agar peluang mencapai tujuan organisasi atau perusahaan tidak
berkurang karena faktor SDM, sebaliknya
dengan usaha mengantisipasi tersebut peluang itu menjadi semakin besar dan
benar-benar terwujud secara maksimal.Tantangan
intern/keorganisasian dimaksud adalah :
1.
Fleksibelitas
Organisasi
atau perusahaan dalam globalisasi ekonomi, tidak dapat lagi mempertahankan
system sentralisasi, dengan wewenang dan tanggung jawab terpusat pada satu
orang yang disebut manajer tertinggi.tantangan itu hanya dapat diatasi dengan
usaha meningkatkan peran serta para pekerja, sesuai dengan posisinya masing -
masing. Dengan kata lain organisasi atau perusahaan memerlukan perkembangan
sistem desentralisasi yang mengutamakan perlimpahan wewenang dan tanggung jawab
secara berjenjang.
Fleksebelitas juga menyangkut penggunaan tenaga
kerja, dengan mengurangi kecenderungan mengangkat pekerja tetap. Pengangkatan
sebaiknya lebih difokuskan pada penggunaan tenaga kerja temporer (tidak tetap),
yang akan memperkecil pembiayaan SDM. Bersama dengan itu manajemen SDM perlu
melakukan pencarian tenaga kerja yang berkualitas, yang jika kondisi organisasi
atau perusahaan memerlukan secara selektif dapat diangkat menjadi pekerja
tetap.
2.
Pengurangan
tenaga kerja
Manajemen
SDM suatu perusahaan sering dihadapkan dengan keharusan mengurangi secara
besar-besaran tenaga kerja, karena berbagai sebab, seperti resesi, berkurangnya aktivitas
bisnis, dan lain-lain. Tantangan ini harus diatasi dengan cara memperbaiki
setruktur pekerja lini dari tingkat bawah, dengan mendesain kembali proses
produksi. Dengan demikian dapat dipisahkan secara jelas proses produksi jangka
pendek dan sedang, yang dapat dipenuhi dengan menggunakan SDM sebagai tenaga
kerja sementara,dengan proses produksi jangka panjang yang memerlukan tenaga
kerja tetap. Disamping itu juga dapat dilakukan usaha mempercepat mengundurkan
diri melalui proses pemberian pensiun bagi para pekerja yang usianya relative
cukup tua, dan cenderung kurang produktif.
Untuk
mengatasi tantangan ini dapat ditempuh juga dengan cara mengatur proses
pelaksanaan pekerjaan yang tidak kontinyu. Agar dapat menghindari pengangkatan
pekerja tetap yang baru.Misalnya dengan menggunakan sistem siff, kontrak selama
tenggang waktu diperlukan, dan lain-lain.
Usaha
pengurangan tenaga kerja kerap kali menghadapkan para manajer pada
masalah-masalah yang berbobot moril atau emosional yang kurang
menguntungkan.Masalah-masalah itu harus diatasi oleh manajer dengan kesediyaan
mengalokasian pembiyaaan
untuk pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), seperti pembayaran
uang pesangon.
3.
Serikat
pekerja
Tantangan
yang berat adalah mempersatukan parapekerja,kemudian setelah bersatu dalam
serikat pekerja, dihadapi pula tantangan berupa keharusan mewujudkan kerja sama
yang saling mendukung dalam pembinaan SDM agar menjadi sumber daya yang
kompetitif. Dengan kerjasama perusahaan/organisasi setidak-tidaknya harus
berusaha agar serikat pekerja tidak menjadi penghambat proses produksi, dengan
tidak menempatkannya sebagai lawan, dan sebaliknya harus berusaha menjadi
serikat pekerja sebagai patner, antara lain dengan menjadikannya sebagai sumber
informasi khususnya mengenai para pekerja, membantu menyelesaian
masalah-masalah SDM dll yang dapat meningkatkan untuk menjadi perusahaan yang
semakin kompetitif.
2.1.3 Tantangan individual/professional
Tantangan ini adalah kondisi SDM
terutama dilingkungan para eksekutif sebuah organisasi/peusahaan, berkenaan
dengan kemampuannya melaksanakan tugas-tugas manajerial, terutama dalam
mengambil keputusan dibidang bisnis utama, yang akan merefleksi pada eksistensi
organisasi atau perusahan. Tantangan ini pada umumnya terjadi dilingkungan
perusahaan/organisasi besar, yang memiliki cukup banyak tenaga kerja yang
menduduki posisi sebagai eksekutif. Dengan kata lain tantangan ini berhubungan
dengan sikap dan cara kerja para manajer, terhadap pekerjaan dan para pekerja
dalam proses produksi lini sebuah organisasi atau perusahaan.
Dalam menghadapi tantangan ini
seharusnya para manajer/eksekutif berusaha menghimpun umpan balik dari para
bawahan tentang kepemimpinannya, agar setiap saat selalu tanggap dan siap
melakukan berbagai perbaikan dan penyempurnaan.Dari umpan balik yang obyektif,
paramanajer dilihat dari sudut MSDM, seharusnya berusaha untuk memusatkan
perhatiannya pada usaha meningkatkan kemampuan kompetitif para pekerja dilingkungan
masing-masing.
Beberapa
bentuk tantangan ini adalah sebagai berikut:
1.
Tanggung
jawab social
Setiap
pekerja sebagai manusia yang memiliki hakekat manusiawi yang terdiri dari
individualitas, sosialitas dan moralitas, hidup dengan norma-norma etis dan
social yang dituntut oleh masyarakatnya masing-masing. Diantara banyak para
pekerja, norma-norma etis dan sosial itu tidak sama satu dengan yang lain.
Dalam keadaan itu banyak organisasi erusahan,industry dan organisasi
professional, yang memandang perlu menyusun dan menetapkan kode ethik. Sedang
yang lain nya lebih menyukai merumuskan dan menetapkan tata tertib sebagai
norma-norma yang menjadi tanggung jawab setiap aggota organisasi untuk melaksanakan
dan mewujudkannya. Isi dari ketentuan tersebut adalah garis besar nilai-nilai
yang bersifat prinsipil dan standar, untuk mengatur prilaku para pekerja dalam
melakukan interaksi guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
tugas masing-masing.
2.
Penyaluran
buah pikir
Dalam
uraian-uraian terdahulu dikemukakan bahwa sukses organisasi atau perusahaan
tidak boleh dan tidak dapat digantungkan pada satu orang.Organisasi atau
perusahaan perlu meningkatkan komunikasi dengan menciptakan jaringan kerja (net
work).Tugastersebut tidaklah mudah karena tidak sekedar menyangkut ketrampilan
dan pengetahuan, tetapi juga sikap keterbukaan yang memungkinkan pemberian
kesempatan kepada para pekerja menyampaikan buah pikirnya mengenai bisnis yang
sedang dijalankan atau untuk masa mendatang.peluang itu harus diberikan
secukupnya terutama pada para pekerja utama (kunci) yang berhubungan langsung
dengan produk lini organisasi/perusahaan.
3. Tantangan manajemen SDM lainnya
Tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab manajemen SDM tidak lah sederhana
dan mudah, dan cenderung menjadi semakin sulit jika kurang atau tidak dapat
dukungan dari para manajer lainya. Kondisi seperti
itu mungkin saja terjadi, karena para manajer bersifat tertutup. Usaha
manajemen SDM untuk mewujudkan kerjasama akan ditanggapi sebagai tindakan
mengintervensi tugas, Wewenang dan tanggung jawabnya. Di pihak lain dari pihak
manajemen SDM sebaliknya jika dilaksanakan oleh manajer dan stafnya yang tidak
professional, maka akan menimbulkan keragu-raguan mengenai manfaatnya bagi
organisai atau perusahaan.
Dari uraian singkat tersebut di atas
dapat disimpukan beberapa tantangan lain dalam mewujudkan manajemen SDM.
Tantangan dimaksud adalah:
1.
Masih
sangat banyak manajer tertinggi (top manajer) dan para manajer pembantunya yang
belum memahami fungsi, tujuan dan konstribusi MSDM dalam mengembangkan
organisasi atau perusahaan agar menjadi kompetitif dalam mewujudkan
eksistensinya. Dalam seperti itu akibatnya manajer tertinggi dan didukung oleh
manajer lainnya, cenderung enggan memberikan dukungan terbaik bagi pelaksanaan
MSDM, terutama dalam menyediyakan dana yang diperlukan untuk dapat melaksanakan
tugasnya secara professional.
2.
Masih
sangat banyak manajer tertinggi (top manajer) dan para manajer bawahanya, yang
tidak menyadari, kurang memahami, dan tidak melaksanakan tanggung jawabnya
dalam mengelola SDM dilingkungannya masing-masing, dengan atau tanpa kerja sama
dengan manajer SDM.
2.2Tantangan Dalam
Hubungan Kerja
Pertumbuhan
berbagai jenis kerja dan meningkatnya globalisasi pada berbagai perusahaan
menghadirkan tantangan hubungan karyawan yang unik terdapat departemen SDM. Secara
umum hubungan karyawan dibentuk oleh persepsi terhadap diskriminasi, yang
mungkin saja dapat terjadi ketika penentuan pekerjaan, promosi pekrerjaan atau
pemberian hadiah kepada sekelompok karyawan.
Hubungan karyawan secara khusus akan menghadapi tantangan
yang tumbuh dari keprihatinan AIDS, radiasi dan gangguan pada karyawan yang
bekerja menggunakan video, masalah asap rokok dan kualitas computer.
Jalan keluarnya adalah komunikasi dengan karyawan,
bimbingan karyawan dan disiplin. Ini diharapkan akan menciptakan suasana kerja
yang sehat dan dapat meningkatkan produktivitas, dan kinerja perusahaan.
2.2.1
Peran departemen SDM
Kualitas kehidupan kerja mengandung makna
adanya supervisi yang baik, kondisi kerja yang baik, pembayaran dan imbalan
yang baik, dan pekerjaan yang menarik, menantang dan memberikan reward yang
memadai. Kualitas kehidupan kerja merupakan usaha yang sistematik dari
organisasi untuk memberikan kesempatan yang lebih besar kepada pekerja untuk
mempengaruhi pekerjaan mereka dan konstribusi mereka terhadap pencapaian
efektivitas perusahaan secara keseluruhan.Oleh karena itu manajer dan SDM yang
proaktif mencari upaya untuk mendorong pekerja sehingga mereka dapat mengunakan
kemampuan akal mereka.
Di sebagian perusahaan departemen SDM bertanggung jawab
untuk mendorong dan mengarahkan hubungan antar pekerja dalam rangka
meningkatkan kualitas kehidupan kerja dan produktivitas karyawan.Usaha
departemen SDM untuk meningkatkan hubungan antar pekerja berarti memerlukan
dukungan dari manajemen dengan menekankan pada motivasi serta kepuasan kerja
karyawan. Tanpa dukungan manajer melalui perusahaan, usaha-usaha ini biasanya
akan gagal. Kebijakan dan praktik departemen SDM juga mempengaruhi karyawan
secara tidak langsung.
2.2.2
Kualitas kehidupan kerja melalui keterlibatan
karyawan
Salah
satu metode yang paling umum digunakan untuk memperbaiki kualitas kehidupan
kerja adalah keterlibatan karyawan.Keterlibatan karyawan terdiri dari berbagai metode
yang sitematis agar karyawan berpatisipasi dalam pengambilan keputusan dan
hubungan mereka dengan pekerjaan, tugas dan perusahaan.Melalaui upaya
melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan, karyawan akan merasa turut
bertanggung jawab, dan merasa turut memiliki atas keputusan dimana ia turut
berpartisipasi di dalamnya. Agar perusahaan berhasil keterlibatan karyawan
harus lebih sekedar pendekatan yang sistematis, hal tersebut harus menjadi
bagian dari budaya perusahaan dan bagiyan dari filosofi manajemen.
2.2.3
Kualitas kehidupan kerja dan penguwatan intervensi
Banyak
perusahan melakukan intervensi dalam rangka keterlibatan karyawan dan
meningkatkan kualitas kehidupan kerja. Berbagai pendekatan untuk membangun tim
didasarkan pada falsafah bahwa sekelompok orang biasanya akan dapat memecahkan
masalah lebih baik dari pada diputuskan secara individu. Walaupun tujuan dan
pendekatan ini adalah untuk mencari atas permasalahan, tetapi produk yang
dihasilakan adalah dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan kerja.Dengan
demikan perlu diciptakan cara-cara mengintervensi untuk memberdayakan karyawan
dan memperbaiki lingkungan hidup yang berkualitas, diantaranya melalui
lingkaran kualitas, sisitem sosioteknik, kodetermenasi, dan kelompok kerja yang
otonom oleh perusahaan.
2.2.4
Praktik hubungan kerja
Sebenarnya
segala sesuatu yang dilakukan oleh manajer dan departemen SDM akan mempengaruhi
hubungan dengan karyawan, baik secara langsung ataupun tidak langsung. ` Pada
mulanya, supervisor bertanggung jawab secara individual berkaitan dengan
hubungan dan penerimaan karyawan, jika ada praktik-praktik yang tidak etis,
seperti biasa.
Dewasa ini memang kebutuhan akan pendekatan-pendekatan yang seragam, legal dan
bersekala perusahaan, kalangan sepesialis SDM diberikan derajat tanggung jawab
yang tinggi dalam hubungan pekerjaan. Hasilnya adalah dengan adanya adanya
tanggung jawab ganda antara departemen SDM dan supervisor.Tentu saja supervisor
masih bertanggung jawab terhadap yang berkaitan dengan komunikasi dan konseling
serta penerapan disiplin kepada karyawan dengan setandar yang ditetapkan oleh
departemen SDM.Namun jika terjadi masalah yang serius yang tidak dapat
ditangani melalui konseling atau melalui aturan disiplin, sepesialis SDM
biyasanya terlibat untuk memastikan bahwa perlakuan terhadap karyawan telah
dilakukan dengan jujur dan seimbang.
2.3
Penyebab Pengangguran
2.3.1
Warisan sifat feodal dari penjajah
Banyak pemuda-pemudi usia kerja, tetapi belum
mendapatkan pekerjaan. Hal itu sebenarnya bukan berarti dimasyarakat tidak
tersedia lapangan pekerjaan.Ternyata dibidang swasta cukup tersedia lapangan
pekerjaan.Seperti perbengkelan, industri kecil, sales, asuransi, dan lain
sebagainya.
Pada
umumnya para penganggur kurang tertarik akan pekerjaan swasta dengan alasan
gengsi atau martabat mereka menjadi rendah dimata masyarakat. Pendapat tersebut
samasekali tidak benar. Hal tersebut hanya merupakan perasaan.Meraka pada umumnya ingin bekerja
sebagai pegawai negri atau sebagai amtenar.
Bekerja
sebagai pegawai negeri
menurut mereka mempunyai prestise yang tinggi dimasyarakat.Hal itu merupakan
jabatan turun menurun dari kakek nenek mereka.Keinginan menjadi pegawai negri,
amtenar, priyai, dan menganggap pekerjaan lainnya lebih rendah dan menurunkan
martabat orang bersangkutan adalah tidak benar.Pandangan tersebut masih hidup
pada sebagian masyarakat kita akibat warisan penjajahan belanda selama 350
tahun.Pandangan tersebut harus berangsur-angsur dihilangkan.
Pada
zaman kemerdekaan ini sangat diperlukan pembangunan disegala bidang terutama
pada sektor pertanian, industry, perdagangan, dan jasa.Bembangunan tersebut
memerlukan penanganan khusus dari para wirasuwastawan yang tangguh dan handal.
2.3.2 Tidak
ada motivasi untuk bekerja
Ada
memang pengangguran yang tidak mempunyai motivasi untuk bekerja.Mereka pada
umumnya mempunyai sifat sangat malas.Tampak seperti frustasi dan acuh terhadap
lingkungan.Waktu sehari-harinya dihabiskan tanpa bekerja dan habis berlalu
begitu saja tanpa menghasilkan apa-apa.Tanpa ada motivasi dari dalam diri
sendiri jelas tipe orang yang sulit untuk diajak bekerja. Jadi, orang-orang
yang demikian perlu diberikan motivasi atau dorongan sehingga timbul niat utuk mau bekerja.
2.3.3
Lapangan Kerja yang Tersedia Memerlukan Skill khusus
Penganguran
dapat terjadi ,karena lapangan kerja yang tersedia memerlukan pengetahuan
khusus yang tidak dimiliki oleh pencari kerja. Kalaupun ada jumlahnya sangat
terbatas, misalnya engetahuan tentang computer, bahasa inggris, bond A, bond B
dan pengetahuan aktuaria. Keadaan yang demikian menyebabkan jumlah penggaguran
tetap tinggi karena tidak ada titik temu antara pencari kerja dengan lapangan
pekerjaan yang tersedia.
Hal
itu dapat terjadi karena para pencari kerja hanya berbekal pendidikan umum dan
hanya sedikit yang dari kejuruan.Di samping hal tersebut kualitas pencari kerja
pun masih sangat rendah yaitu sebagian besar dari mereka hanya berpendidikan
tamat dan tidak tamat sekolah dasar.Hanya sedikit dari mereka yang tamat
sekolah lanjutan atas ataupun perguruan tinggi.
2.3.4
Pertumbuhan Ekonomi
Krisis
ekonomi global yang berkepanjangan memberikan pengaruh pertumbuhan ekonomi yang
kurang menguntungkan apalagi disertai dengan perkambangan penduduk yang cukup
tinggi.Hal itu mengakibatkan pertumbuhan ekonomi semakin beratyang berarti
tingkat investasi yangdilakukan pemerintah maupun swasta juga lamban.
Besarnya lapangan kerja
yang diciptakandari investasi pun relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah
pencari kerja dewasa ini.Jika jumlah pengangguran
dari tahun ke tahun bertambah dan terus membengkak tentu dapat mengakibatkan
kemunduran dalam perekonomian yang selama ini terus kita bangun.
2.3.5
Menemui Jalan Buntu dalam Mencari Pekerjaan
Karena
sulit mencari pekerjaan setelah melamar kemana-mana dah hasilnya nihil,
akhirnya pencari kerja menjadi apatis. Mereka kehilangan kepercayaan diri bahwa
sesungguhnya masih banyak lapangan kerja disekitar tempat tinggal mereka.Mereka
lupa bahwa sebenarnya bekerja tidak hanya diperusahaan atau menjadi pegawai
negeri. Banyak bidang lain disekitar mereka seperti peternakan, perdagangan,
jasa, industry kecil,
dan lain sebagainya yang belum ditangani.
2.4
Usaha
MenanggulangiPengangguran
2.4.1 Meningkatkan kualitas
sumber daya manusia
Didalam
pembangunan jangka panjang II dewasa ini pemerintah telah menyadari pentingnya
peningkatan tenaga sumber daya manusia.Hal itu tercermin dalam GBHN bahwa
peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan melalui jalan
pendidikan, latihan
kerja profesinal dan sebagainya.
Jika
kualitas sumber daya manusia meningkat, otomatis akan meningkatkan tingkat produktivitas
secara nasional puladengan meningkatnya kualitas sumber daya manusia, tak lagi
dijumpai kesulitan bagi perusahaan maupun lembaga dalam mencari tenaga yang
trampil dan profesinal yang merangkap kerja. Misalnya, seorang manajer menjabat
dan memimpin berbagai perusahaan. Jabatan rangkap tersebut akan diisi oleh
tenaga professional lain yang berarti juga mengurangi pengangguran.
2.4.2
Menciptakan lapangan kerja baru
Jumlah
pengangguran di Indonesia dewasa ini cukup memprihatinkan pengangguran dapat
diatasi dengan menempatkan penggangguran pada lapangan pekerjaan.Untuk
memperkerjakan para tenaga pengganggur tersebut harus diciptakan lapangan kerja
baru.Penciptaan lapangan kerja baru sebenarnya telah dilakukan oleh pemerintah
dan swasta.Namun,jumlah lapangan kerja yang diciptakan tersebut masih relative
kecil jika dibandingankan dengan jumlah penggangguran yang ada.Continuitas
dalam menciptakan lapangan kerja baru yang telah disponsori oleh pemerintah dan
swasta tersebut perlu ditingkatkan terus.
2.4.3
Menumbuh kembangkan usaha wiraswasta
Pada
permulaan pembangunan lima tahun tahap pertama jumlah pengusaha masih sangat
sedikit. Hal itu disebabkan adanya anggapan bahwa menjadi pengusaha dimata
masyarakat mempunyai pandangan yang rendah jika dibandingkan dengan kedudukan
pegawai negeri
atau pawong peraja. Pandangan tersebut sama sekali tidak benar. Pandangan ingin
menjadi priyai adalah sikap yang ditanamkan oleh belanda kepda bangsa Indonesia
yang masih terjajah.Namun, berkat dikembangkannya pendidikan, pelatihan, dan
lokal karya mengenai
wiraswasta, pandangan yang menganggap usaha wiraswasta mempunyai nilai rendah
berangsur-angsur mulai pudar.
Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan tumbuhnya wiraswasta baru seperti jamur
dimusim hujan.Didalam era pembangunan dalam mewujudkan cita-cita bangsa
munculnya pengusaha muda yang berkualitas merupakan pionir untuk menujang
suksesnya pembangunan.
Usaha
wiraswasta tidak hanya yang bersekala besar, yang bersekala kecil pun sangat
diperlukan kehadirannya.Mereka dapat saling menunjang dengan wiraswasta yang
bersekala menengah maupun bersekala besar.Bidang usaha wiraswasta banyak
menyediyakan lapangan kerja.Didalam turut menumbuhkan usaha wiraswasta terutama
yang bersekala kecil, dalam pembahasan ini menyumbangkan setimulus gairah
kepada pemuda-pemudi yang sedang mencari pekerjaan untuk menjadi wiraswasta
yang mandiri.
2.5 Prespektif Islam Sukses
Berbisnis Ala Nabi
2.5.1 Keutamaan bekerja dari
pada meminta-minta
Di riwayatkan dari az-zubair ibn al-‘awwam dari Nabi
Saw yang bersabda: “keberadaan salah seorang dari kalian yang mencari kayu
bakar dan mengiatkan dipunggungnya kemudian menjualnya, adalah lebih baik dari
pada meminta-minta kepada seseorang, kemudian orang tersebut memberinya atau
menolaknya.” (HR. Bukhori).
2.5.2 Ajaran yang terkandung
dalam hadist
Rezeki
tidak begitu saja dating dari langit. Setiap kita tidak bias hanya berharap
didekati nasib baik, lantas diam tanpa mengusahakannya sama sekali. Hasil yang
diperoleh, selamanya akan terkait dengan proses pencariannya. Oleh karena
itulah, islam memerintahkan setiap muslim untuk bekerja dengan baik dan
sungguh-sungguh dalam meraih rezeki dalam (karunia ALLAH). Firman Allah:
dan bahwasannya manusia tidak akan
memperoleh kecuali apa yang diusahakannya. Dan bawasannya usaha itu kelak akan
diperlihatkan (kepadanya). Kemdian akan diberikan balasan dengan balasan yang
paling sempurna. (QS. An_Najm: 39-41)
Sebagian
ulama menerangkan keutamaan bekerja, dengan menyamakan derajat orang yang
mencari rezeki atau bekerja yang halal untuk menafkahi diri dalam keluwarganya,
dengan pejuang dijalan Allah.Rasullulah sendiri adalah pekerja yang tangguh
sejak kanak-kanak.Beliau pernah bekerja sebagai pengembala, bekerja pada siti
khadijah, hingga akhirnya menjadi pembisnis yang sukses.
Rasullulah
menegaskan bahwa, pekerjaan apapun asalkan halal.Lebih baik dan mulia dari pada
meminta-minta. Sabdanya: sama sekali tidaklah seseorang memakan makanan yang
lebih baik dari pada ia memakan makanannya dari hasil pekerjaan tanggannya.
Sesunggunya nabiyullah daud as.Memakan makanan dari hasil pekerjaan
tangannya.(HR. bukhari).
Peribahasa, “barang siapa
bersungguh-sunggu maka dapatlah ia” (man jadda wajada), sangat tepat dalam
menggambarkan bahwa setiap pekerjaan baik, apa pun itu harus dilakukan dengan
sungguh-sungguh agar hasil yang maksimal dan memuaskan bias tercapai.
Bekerja keras juga perlu disertai
sikap tawakal, artinya menyerahkan semuanya kepada Allah, setelah berihtiyar
dengan kesunguhan. Sikap ini akan menjadikan hati selalu tenang dan tentram,
karena membuat manusia sepenuhnya sadar bahwa yang diwajibkan padanya hanya
berusaha dan berupaya, sementara ketentuan ada dalam kuasa Allah. Dengan begini
seseorang tidak mudah putus asa bila menemukan kendala dan hasil tidak
memuaskan.kedekatan dengan tuhnnya pun akan terjaga bahkan semakin menemukan
titik penatuannnya.
Selain
itu,sikap tawakal disertai ketakwaan dapat mendatangkan dan menarik rezeki.
Firman Allah:
barang siapa yang
bertakwa kepada Allah, niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan
memberikan rezeki yang tidak dia sangka-sangka. Dan barang siapa yang
bertawakan kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.
Sesunggunya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS.
At-Talaq:1-3)
Demikian lah islam senangtiasa
memerintahkan umatnya untuk mencari sebab-sebab yang dapat mengatarkannya
kepada rezeki.meskipun rezeki tiap orang sudah ditentukan oleh Allah, namun
mencari sebab untuk memperolehnya tetap diwajibkan. Firman Allah: maka
bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah. (QS. Al-Muzammil:
20).
BAB III
PENUTUP
Ø Tantangan manajemen SDM dapat dilihat dari 3 sisi yaitu
sisi eksternal, internal dan individual:
§ Tantangan Eksternal/Lingkungan:Tantangan ini dimaksudkan
adalah kekuatan-kekuatan dari luar yang mempengaruhi kegiatan bisnis organisasi/perusahaan,
yang berpengaruh pula pada kegiatan manajemen SDM, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Tantangan ini padadasarnya masih berada dalam
lingkungan control manajemen, sehingga selalu mungkin dan dapat diatasi.
§ Tantangan Intern atau Keorganisasian:Tantangan organisasi
sebagai tantangan intern adalah masalah-maslah di dalam organisasi mengenai SDM
yang dapat menghambat usaha perwujudan eksistensinya sebagai organisasi/perusahaan
yang kompetitif. Masalah-masalah
dapat timbulkarena dalam melakukan operasional bisnisnya, tidak ada perusahaan
yang bebas dari berbagai pengaruh, sehingga tidak mungkin dalam kondisi vakum.
§ Tantangan individual/professional: Tantangan ini adalah
kondisi SDM terutama dilingkungan para eksekutif sebuah organisasi/peusahaan,
berkenaan dengan kemampuannya melaksanakan tugas-tugas manajerial, terutama
dalam mengambil keputusan dibidang bisnis utama, yang akan merefleksi pada
eksistensi organisasi atau perusahan.
Ø TantanganDalam
Hubungan Kerja
Pertumbuhan
berbagai jenis kerja dan meningkatnya globalisasi pada berbagai perusahaan
menghadirkan tantangan hubungan karyawan yang unik terdapat departemen
SDM.Secara umum hubungan karyawan dibentuk oleh persepsi terhadap diskriminasi,
yang mungkin saja dapat terjadi ketika penentuan pekerjaan, promosi pekrerjaan
atau pemberian hadiah kepada sekelompok karyawan.
Ø Penyebab Penganggurandapat dilihat dari 5 aspek, yaitu:
·
Warisan
sifat feodal dari penjajah
·
Tidak
ada motivasi untuk bekerja
·
Lapangan
Kerja yang Tersedia Memerlukan Skill khusus
·
Pertumbuhan
Ekonomi
·
Menemui
Jalan Buntu dalam Mencari Pekerjaan
Ø Adapun usaha-usaha untukmenanggulangipengangguran adalah
sebagai berikut:
·
Meningkatkan
kualitas sumber daya manusia
·
Menciptakan
lapangan kerja baru
·
Menumbuh
kembangkan usaha wiraswasta
DAFTAR PUSTAKA
Nawawi, Hadari, 2011, Manajemen
Sumber DayaManusia, Yogyakarta:
Penerbit Gadjah Mada university press.
Sudrajad, 2005,Kiat
Mengataskan Pengangguran Melalui Wirausaha,
Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara.
Iskandar,
Muhaimin, 2012,Sukses
Berbisnis Ala Nabi, Yogyakarta:
Penerbit LKis Grup-pustaka pesantren.
Rivai, veithzal, 2006, Manajemen
Sumber Daya Manusia Untuk perusahaan Dari Teori ke Praktik,
Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo.
Ndraha,
Talizuduhu,1999, Teori Perkembangan
Sumberdaya Manusia,Jakarta: Penerbit
Renika Cipta.
Maureen Elliana, 2009,50 Peluang Bisnis dan
Kerja Sampingan, Bantul: Penerbit Gelar Semesta Alam.
Gary Dessler, 2009,Manajemen Sumber Daya
Manusia,
Jakarta: PT. INDEKS.
Margaret Attwood,
stuart dimmock, 1999,Manajemen
Personalia,
Bandung: Penerbit ITB.
Ancok, 2003, Manajemen
Sumber Daya Manusia,
Yogyakarta:Penerbit Amara Books.
Chris Rowley, Keith Jackson, 2012, Manajemen
Sumber Daya Manusia, Jakarta:PT.
RajaGrafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar