BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap organisasi perlu melakukan suatu perencanaan dalam setap kegiatan
organisasinya, baik perencanaan produksi, perencanaan rekrutmen karyawan baru,
program penjualan produk baru, maupun perencanaan anggarannya. Perencanaan (planning)
merupakan proses dasar bagi organisasi untuk memilih sasaran dan menetapkan
bagaimana cara mencapainya. Oleh karena itu, perusahaan harus menetapkan tujuan
dan sasaran yang hendak dicapai sebelum melakukan proses perencanaan.
Perencanaan diperlukan dan terjadi dalam berbagai bentuk organisasi, sebab
perencanaan ini merupakan proses dasar manajemen di dalam mengambil suatu
keputusan dan tindakan. Perencanaan diperlukan dalam jenis kegiatan baik itu
kegiatan oranisasi, perusahaan maupun kegiatan di masyarakat, dan perencanaan ada
dalam setiap fungsi-fungsi manajemen, karena fungsi-fungsi tersebut hanya dapat
melaksanakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
Perencanaan merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi manajemen,
terutama dalam menghadapi lingkungan eksternal yang berubah dinamis. Dalam era globalisasi ini, perencanaan harus lebih
mengandalkan prosedur yang rasional dan sistematis dan bukan hanya pada intuisi
dan firasat (dugaan).
Kehidupan sehari-hari kita sebenarnya adalah kehidupan yang selalu bergumul
dengan keputusan. Keputusan merupakan kesimpulan terbaik yang diperoleh setelah
mengevaluasi berbagai alternatif. Di dalam arti tersebut, terkandung unsur
situasi dasar, peluang munculnya situasi dasar, dan aktifitas pencapaian
keputusan. Lantas pertanyaannya, apakah setelah evaluasi alternatif serta merta
begitu saja hadir keputusan? Iya, secara rasional kesimpulan tersirat dalam
premis-premis sehingga hanya kepentingan perumusan saja. Walaupun berbagai
literatur yang memandang keputusan sebagai proses menampilkan tersurat kata
keputusan di dalam modelnya.
Untuk memahami lebih jauh lagi mengenai perencanaan dan pengambilan
keputusan, maka akan dijelaskan lebih jauh dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
- Apa pengertian Perencanaan ?
- Apa saja macam-macam Perencanaan ?
- Hambatan apa saja yang ada dalam perencanaan dan bagaimana cara mengatasinya ?
- Apa yang dimaksud dengan Pengambilan Keputusan ?
- Apa saja kriteria dalam Pengambilan keputusan ?
- Bagaimana Korelasi antara Perencanaan dan Pembuatan Keputusan ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Perencanaan
2. Mengetahui macam-macam Perencanaan
3. Mengetahui apa saja hambatan yang ada dalam perencanaan dan cara
mengatasinya
4. Mengetahui pengertian Pengambilan Keputusan
5. Mengetahui kriteria dalam pengambilan keputusan
6. Mengetahui Korelasi antara Perencanaan dan Pembuatan Keputusan
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERENCANAAN
2.1 Pengertian Perencanaan
Perencanaan secara garis besar diartikan seagai proses mendefinisikan tujuan
organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan tertentu, dan mengembangkann
rencana aktivitas kerja organisasi. Pada dasarnya yang dimaksud perencanaan
yaitu memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan apa (what), siapa (who),
kapan (when), dimana (where), mengapa (why), dan bagaimana
(how). Jadi perencanaan yaitu fungsi seorang manajer yang berhubungan
dengan pemilihan dari sekumpulan kegiatan-kegiatan dan pemutusan tujuan-tujuan,
kebijaksanaan-kebijaksanaan serta program-program yang dilakukan. Perencanaan
merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa
perencanaan sebuah organisasi tidak akan berjalan dengan baik. Rencana dapat
berupa rencana informal atau secara formal. Rencana informal adalah rencana
yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu
organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus
dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal
adalah rencana bersama anggota korporasi, artinya setiap anggota harus
mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat untuk menciptakan
kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.
Dalam sebuah perencanaan terdapat unsur-unsur perencanaan. Perencanaan yang
baik harus dapat menjawab enam pertanyaan yang disebut sebagai unsur-unsur
perencanaan. Unsur pertama adalah tindakan apa yang harus dikerjakan, kedua apa
sebabnya tindakan tersebut harus dilakukan, ketiga dimana tindakan tersebut
dilakukan, keempat kapan tindakan tersebut dilakukan, kelima siapa yang akan
melakukan tindakan tersebut, dan yang terakhir bagaimana cara melaksanakan
tindakan tersebut.
Dalam sebuah perencanaan juga perlu memperhatikan sifat rencana yang baik.
Sifat rencana yang baik yakni :
1. Pemakaian kata-kata yang sederhana dan
jelas dalam arti mudah dipahami oleh yang menerima sehingga penafsiran yang
berbeda-berbeda dapat ditiadakan.
2. Fleksibel, suatu rencana harus dapat menyesuaikan
dengan keadaan yang sebenarnya bila ada perubahan maka tidak semua rencana dirubah
dimungkinkan diadakan penyesuaian-penyesuaian saja. Sifatnya tidak kaku harus
begini dan begitu walaupun keadaan lain dari yang direncanakan.
3. Stabilitas, tidak perlu setiap kali
rencana mengalami perubahan jadi harus dijaga stabilitasnya setiap harus ada
dalam pertimbangan.
4. Ada dalam perimbangan berarti bahwa
pemberian waktu dan faktor-faktor produksi kepada siapa tujuan organisasi
seimbang dengan kebutuhan.
5. Meliputi seluruh tindakan yang dibutuhkan,
jadi meliputi fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi.
Proses Perencanaan
Sebelum para manajer dapat mengorganisasi, memimpin, atau mengendalikan,
terlebih dahulu mereka harus membuat rencana yang memberikan arah pada setiap
kegiatan organisasi. Pada tahap perencanaan para manajer menentukan apa yang
akan dikerjakan, kapan akan mengerjakan, bagaimana mengerjakannya, dan siapa
yang akan mengerjakannya.
Kebutuhan akan perencanaan ada pada semua tingkatan manajemen dan semakin
meningkat pada tingkatan manajemen yang lebih tinggi, dimana perencanaan itu
mempunyai kemungkinan dampak yang paling besar pada keberhasilan organisasi.
Pada tingkatan top manajer pada umumnya mencurahkan hampir semua waktu
perencanannya jauh ke masa depan dan pada strategi-strategi dari seluruh
organisasi. Manajer pada tingkatan yang lebih rendah merencanakan terutama
untuk sub unit mereka sendiri dan untuk jangka waktu yang lebih pendek.
Terdapat pula beberapa variasi dalam tanggung jawab perencanaan yang
tergantung pada ukuran dan tujuan organisasi dan pada fungsi atau kegiatan
khusus manajer. Organisasi yang besar dan berskala internasional lebih menaruh
perhatian pada perencanaan jangka panjang daripada perusahaan lokal. Akan
tetapi pada umumnya organisasi perlu mempertimbangkan keseimbangan antara
perencanaan jangka panjang maupun perencanaan jangka pendek. Karena itu penting
bagi para manajer untuk mengerti peranan perencanaan secara keseluruhan.
Menurut T. Hani Handoko (1999) kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui
empat tahap sebagai berikut :
1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan
2. Merumuskan keadaan saat ini
3. Mengidentifikasikan segala kemudhan dan
hambatan
4. Mengembangkan rencana atau serangkaian
kegiatan untuk pencapaian tujuan
2.2 Macam-Macam Perencanaan
a. Perencanaan organisasi
1. Perencanaan strategis
Rencana strategis yaitu rencana
yang dikembangkan untuk mencapai tujuan strategis. Tepatnya, rencana strategis
adalah rencana umum yang mendasari keputusan alokasi sumber daya, prioritas,
dan langkah-langkah tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan strategis.
2. Perencanaan taktis
Adalah rencana ditujukan untuk
mencapai tujuan taktis, dikembangkan untuk mengimplementasikan bagian tertentu
dari rencana strategis. Rencana strategis pada umumnya melibatkan manajemen
tingkat atas dan menengah dan jika dibandingkan dengan rencana strategis,
memiliki jangka waktu yang lebih singkat dan suatu fokus yang lebih spesifik
dan nyata.
3. Perencanaan operasional
Adalah rencana yang
menitikberatkan pada perencanaan rencana taktis untuk mencapai tujuan
operasional. Dikembangkan oleh manajer tingkat menegah dan tingkat bawah,
rencana operasional memiliki fokus jangka pendek dn lingkup yang relatif lebih
sempit. Masing-masing rencana operasional berkenaan dengan suatu rangkaian
kecil aktivitas. Kami menjelaskan perencanaan dengan lebih mendekati pada
bagian selanjutnya.
Perencanaan operasional dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Rencana sekali
pakai :
dikembangkan untuk melaksanakan serangkaian tindakan yang mungkin tidak
berulang di masa mendatang.
Program : rencana sekali pakai untuk
serangkaian aktivitas yang besar.
Proyek : rencana sekali pakai untuk
lingkup yang lebih sempit dan lebih tidak kompleks dibandingkan dengan program.
b. Rencana
tetap
: dikembangkan untuk aktivitas yang berulang secara teratur selama suatu
periode waktu tertentu.
Kebijakan
: rencana tetap yang merinci respons umum organisasi terhadap suatu
masalah atau situasi tertentu.
Prosedur operasi standar
: rencana tetap yang menguraikan langkah-langkah yang harus diikuti dalam
situasi tertentu.
Aturan dan
peraturan : rencana
tetap yang mendeskripsikan dengan tepat bagaimana aktivitas tertentu
dilaksanakan.
Alasan Perlunya Perencanaan
1. Untuk mencapai “protective benefits”
yang dihasilkan dari pengurangan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam
pembuatan keputusan.
2. Untuk mencapai “positive benefits”
dalam bentuk meningkatnya sukses pencapaian tujuan organisasi.
ü
Beberapa manfaat
perencanaan :
1. Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan lingkungan
2. Memungkinkan manajer memahami keseluruhan
gambaran operasi lebih jelas
3. Membantu penempatan tanggung jawab lebih
tepat
4. Memberikan cara pemberian perintah untuk
beroperasi
5. Memudahkan dalam melakukan koordinasi di
antara berbagai bagian organisasi
6. Membuat tujuan lebih khusus, terperinci
dan lebih mudah dipahami
7. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
8. Menghemat waktu, usaha, dan dana
ü
Beberapa kelemahan
perencanaan :
1. Pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan
mungkin berlebihan pada kontribusi nyata
2. Perencanaan cenderung menunda kegiatan
3. Perencanaan mungkin terlalu membatasi
manajemen untuk berinisiatif dan berinovasi
4. Kadang-kadang hasil yang paling baik
didapatkan oleh penanganan setiap masalah pada saat masalah tersebut terjadi
5. Ada beberapa rencana yang diikuti cara-cara
yang tidak konsisten
Hubungan Perencanaan dengan Fungsi Lain
Perencanaan adalah fungsi
yang paling dasar dari fungsi manajemen lainnya. Fungsi perencanaan dan
fungsi-fungsi serta kegiatan manajerial lainnya adalah saling berhubungan
saling tergantung dan berinteraksi.
Pengoranisasian (organizing)
adalah perencanaan untuk menunjukkan cara dan perkiraan bagaimana mengorganisasikan
sumber daya-sumber daya orgnisasi untuk mencapai efektivitas paling tinggi.
Pengarahan (directing)
adalah perencanaan untuk menentukan kombinasi paling baik dari sumber
daya-sumber daya yang diperlukan untuk mengarahkan, mempengaruhi dan memotivasi
karyawan.
Pengawasan (controlling)
adalah perencanaan dan pengawasan yang saling berhubungan erat. Pengawasan
bertindak sebagai kriteria penilaian pelaksanaan kerja terhadap rencana.
Kerangka Waktu Perencanaan
1. Rencana Jangka Panjang
Suatu rencana jangka panjang (long-range plan) meliputi banyak tahun, mungkin
bahkan beberapa dekade.
2. Rencana jangka Menengah
Suatu rencana yang agak bersifat sementara dan lebih mudah berubah
dibanding rencana jangka panjang. Rencana jangka menengah biasanya meliputi
periode satu hingga lima tahun dan terutama penting bagi manajer menengah dan
manajer lini.
3. Rencana jangka Pendek
Seorang manajer juga mengembangkan suatu rencana jangka pendek, yang
memiliki kerangka waktu satu tahun atau kurang. Rencana jangka pendek
(short-range plan) sangat mempengaruhi aktivitas sehari-hari manajer. Terdapat
dua jenis rencana jangka pendek. Rencana tindakan (action plan) adalah merealisasikan
semua jenis rencana. Rencana reaksi (reaction plan) adalah rencana yang
dirancang untuk membuat perusahaan dapat bereaksi terhadap situasi yang tak
terduga.
Tanggung Jawab untuk Menetapkan Tujuan Perencanaan
1. Staf Perencanaan
Khususnya staf perencanaan dapat mengurangi bban kerja manajer individual,
membantu mengkoordinasikan aktivitas perencanaan manajer individual, membawa
berbagai alat dan teknik yang berbeda untuk menyelesaikan masalah tertentu,
berwawasan yang lebih luas dibanding manajer individual, dan melangkah jauh
melmpaui proyek dan departemen tertentu.
2. Satuan Tugas Perencanaan
Organisasi terkadang menggunakan satuan tugas untuk membantumengembangkan
rencana. Satuan tugas semacam itu seringkali terdiri dari manajer lini dengan
suatu minat khusus dalam bidang perencanaan yang relevan.
3. Dewan Direksi
Dewan direksi (board of directors) bertugas menetapkan misi dan
strategi perusahaan. Di beberapa perusahaan, dewan tersebut erperan aktif dalam
proses perencanaan. Di CBS, misalnya, dewan direksi biasanya berperan dalam
perencanaan. Di perusahaan lain, dewan memilih seorang eksekutif kepala yang
kompeten dan mendelegasikan perencanaan kepada individu tersebut.
4. Chief Executive Officer (CEO)
Chief Executive Officer (CEO) biasanya presiden direktur atau ketua dari
dewan direksi. CEO mungkin individu tunggal yang paling penting dalam setiap
proses perencanaan organisasi. CEO memainkan suatu peran utama dalam
menyelesaikan proses perencanaan dan bertanggung jawab untuk
mengimplementasikan strateggi. Dewan dan CEO kemudian berperan langsung dalam
perencanaan. Komponen organisisional lain yang terlibat dalam proses
perencanaan memiliki peran sebagai penasihat atau konsultan.
5. Komite Executive
Komite eksekutif (executive commitee) biasanya terdiri dari eksekutif
puncak dalam organisasi yang bekerja sama sebagai suatu kelompok. Anggota
komite eksekutif seringkali dibebankan pada berbagai staf komite, subkomite,
dan satuan tugas untuk berkonsentrasi pada proyek tertentu atau masalah yang
mungkin dihadapi seluruh organisasi pada suatu waktu di masa depan.
6. Manajemen Lini
Komponen terakhir dari sebagian besar aktivitas perencaanaan organisasi
adalah manajemen lini (line management). Manajer lini adalah orang yang
memiliki otoritas formal dan tanggung jawab untuk manajemen organisasi. Mereka
memainkan suatu peran penting dalam proses perencanaan oranisasi karena dua
alasan. Pertama, mereka merupakan sumber informasi berharga dari dalam
organisasi untuk manajer lain etika rencana diformulasikan dan
diimplementasikan. Kedua, manajer lini di tingkat menengah Dn rendah dari
organisasi biasanya harus melaksanakan rencana yang dikembangkan oleh manajemen
puncak. Manajemen lini mengidentifikasikan, menganalisis, dan merekomendasikan
alternatif program, membuat anggaran, dan mengajukannya untuk disetujui, dan
akhirnya melaksanakan rencana.
b. Perencanaan kontinjensi
Jenis perencanaan lain yang juga penting adalah perencanaan kontinjensi
(contingency planning) yaitu penentuan serangkaian tindakan alternatif jika
suatu rencana tindakan secara tidak terduga tergganggu atau dianggap tidak
sesuai lagi.
2.3 Hambatan dalam Penetapan Tujuan
dan Perencanan
a. Tujuan yang Tidak Tepat
Tujuan yang tidak tepat mempunyai banyak bentuk. Membayar deviden yang
besar kepada pemegang saham mungkin tidak jika dananya didapatkan dengan
mengorbankan penelitian dan pengembangan tujuan mungkin juga tidak tepat jika
tujuan tersebut tidak dapat dicapai. Jika Kmart menetapkan tujuan untuk
memperoleh lebih bayak pendapatan dibanding Wal-Mart tahun depan, karyawan
perusahaan mungkin. Tujuan juga tidak tepat jika tujuan itu menepatkan terlalu
banyak penekanan pada ukuran kuantitatif maupun kalitatif dari keberhasilan.
b. Sistem Penghargaan yang Tidak Tepat
Dalam beberapa lingkungan, sistem penghargaan yang tidak tepat merupakan
hambatan dalam penetapan tujuan dan perencanaan
c. Lingkungan yang Dinamis dan Kompleks
Sifat dari suatu lingkungan organisasi juga merupakan hambatan bagi
penetapan tujuan dan perencanaan yang efektif. Perubahan yang cepat, inovasi
teknologi, dan persaingan yang ketat juga dapat meningkatkan kesulitan bagi
suatu organisasi untuk secara akurat mengukur kesempatan dan ancaman di masa
mendatang
d. Keengganan untuk Menetapkan Tujuan
Hambatan lain terhadap perencanaan yang efektif adalah tujuan bagi mereka
sendiri dan untuk unit-unit yang merupakan tanggung jawab mereka. Alasan untuk
ini mungkin adalah kurangnya rasa percaya diri atau takut akan kegagalan. Jika
seorang manajer menetapkan suatu tujuan spesifik, ringkas, dan berhubungan
dengan waktu, maka apakah ia mencapai atau tidak mencapai tujuan tersebut akan
tampak nyata. Manajer yang secara sadar atau tidak sadar berusaha untuk
menghindari tingkat tanggung jawab ini lebih mungkin untuk menghindari usaha
perencanaan organisasi. Pfizer, suatu perusahaan farmasi besar, mengalami
masalah karena manajernya tidak menetapkan tujuan untuk penelitian dan
pengembangan. Sebagai akibatnya, organisasi tersebut jauh tertinggal di
belakang karena manajer tidak memiliki cara untuk mengetahui seberapa efektif
usaha penelitian dan pengembangan mereka sebenarnya.
e. Penolakan terhadap Perubahan
Hambatan lain dalam menetapkan tujuan dan perencanaan adalah penolakan
terhadap perubahan. Perencanaan pada intinya terkait dengan perubahan sesuatu
dalam organisasi. Avon Products hampir membuat dirinya sendiri bangkrut beberapa
tahun yang lalu karena perusahaan bersikeras melanjutkan kebijakan pembayaran
deviden yang besar kepada para pemegang sahamnya. Ketika laba mulai turun,
manajer menolak memotong deviden dan mulai melakukan pinjaman untuk membayar
deviden tersebut. Hutang perusahaan meningkat dari $3 juta menjadi $1,1 miliar
dalam waktu delapan tahun. Pada akhirnya, manajer terpaksa menyelesaikan
masalah dan memotong deviden.
f. Keterbatasan
Keterbatasan (constraints) yang membatasi apa yang dapat dilakukan organisasi
merupakan hambatan utama yang lain.
Mengatasi Hambatan
a. Pemahaman Maksud Tujuan dan Rencana
Salah satu cara terbaik untuk memperlancar penetapan tujuan dan proses
perencanaan adalah dengan maksud dasarnya. Manajer seharusnya juga mengetahui
bahwa terdapat keterbatasan pada efektivitas penetapan tujuan dan pembuatan
rencana.
Dan penetapan tujuan dan perencanaan yang efektif tidak selalu memastikan
keberhasilan, penyesuaian dan pengecualian diharapkan dari waktu ke waktu.
b. Komunikasi dan Partisipasi
Meskipun mungkin dibuat pada tingkat tinggi, tujuan dan rencana tersebut
harus dikomunikasikan kepada pihak yang lain dalam organisasi. Setiap orang
yang terlibat dalam proses perencanaan seharusnya tahu landasan apa yang
mendasari strategi fungsional, dan bagaimana strategi-strategi tersebut
diintegrasikan dan dikoordinasikan. Orang-orang yang bertanggung jawab untuk
mencapai tujuan dan mengimplementasikan rencana harus didengar
pendapatnya dalam mengembangkan strategi tersebut. Setiap orang hampir selalu
memiliki informasi yang berharga untuk disumbangkan / dan karena mereka yang
akan mengimplementasikan rencana / keterlibatan mereka sangat penting orang
biasanya lebih berkomitmer pada rencana yang pembentukannya mereka bantu
.bahkan ketika suatu organisasi agar bersifat sentralistis atau menggunakan
staf perencanaan, manajer dari berbagai tingkan dalam organisasi seharusnya
dilibatkan dalam proses perencanaan.
c. Konsistensi /revisi /dan pembaruan
Tujuan seharusnya konsisten baik secara hori zontal maupun secara vertikal
.konsistensi horizotal berarti bahwa tujan seharusnya konsisten diseluru
organisasi / dari satu departemen ke departemen lainnya. Konsistensi
vertikal berarti bahwa tujuan seharusnya konsisten dari atas
hingga ke bawah organisasi : tujuan stategis, taktis, dan
operasional harus selaras. Karena penetapan tujuan dan perencanaan merupakan
proses yang dinamis, tujuan dan perencanaan juga harus direvisi dan diperbarui
secara berkala. Banyak organisasi melihat perlunya merevisi dan memperbarui
dengan frekuensi yang semakin sering.
d. Sistem Penghargaan yang Efektif
Secara umum, orang seharusnya diberi penghargaan baik karena menetapkan
tujuan dan rencana yang efektif, maupun karena berhasil mencapainya. Karena
kegagalan terkadang berasal dari faktor-faktor di luar pengendalian manajemen,
orang seharusnya dipastikan bahwa kegagalan dalam mencapai tujuan tidak akan
selalu memiliki konsekuensi hukuman.
B. PEMBUATAN KEPUTUSAN
Tipe-tipe Keputusan
Ø Keputusan-keputusan yang diprogram (programmed decisions) adalah
keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan atau prosedur.
Keputusan-keputusan ini rutin dan berulang-ulang. Setiap organisasi mempunyai
kebijaksanaan-kebijaksanaan tertulis atau tidak tertulis yang memudahkan
pembuatan keputusan dalam situasi yang berulang dengan membatasi dan
menghilangkan alternatif-alternatif. Contoh : Manajer tidak perlu memikirkan
penetapan gaji karyawan baru, karena organisasi pada umumnya mempunyai skala
gaji untuk semua posisi.
Ø Keputusan-keputusan yang tidak diprogram (non-programmed decisions)
adalah keputusan yang berkenaan dengan masalah-masalah khusus, khas atau tidak
biasa. Bila suatu masalah yang timbul tidak cukup diliputi oleh kebijaksanaan
atau sangat penting sehingga perlu penanganan khusus, harus diselesaikan dengan
suatu keputusan yang tidak diprogram. Contoh : Cara pengalokasian sumber
daya-sumber daya organisasi, penanganan lini produk yang jatuh di pasaran, atau
cara perbaikan hubungan masyarakat.
Proses Pembuatan Keputusan
Tahap 1 : Pemahaman dan Perumusan Masalah
Para manajer sering menghadapi kenyataan bahwa masalah sebenarnya
sulit untuk ditemukan atau bahkan sering hanya mengidentifikasikan gejala
masalah bukan penyebab yang mendasar. Bila manajer akan memperbaiki situasi,
mereka harus pertama-tama menemukan apa masalah sebenarnya, dan kemudian
menetukan bagian-bagian masalah yang mereka harus pecahkan serta bagian-bagian
mana yang seharusnya dipecahkan.
Para manajer dapat mempermudah identifikasi masalah dengan
beberapa cara. Pertama, manajer secara sistematik menguji hubungan-hubungan
sebab-akibat. Kedua, manajer mencari penyimpangan-penyimpangan atau
perubahan-perubahan dari “normal”. Dan, barang kali paling penting manajer
berkonsultasi dengan pihak-pihak lain yang mampu memberikan pandangan dan
wawsan yang berbeda tentang masalah atau kesempatan.
Tahap 2: Pengumpulan dan analisa data yang Relevan.
Setelah manajer merumuskan dan menentukan masalah, manajer harus
menentukan data-data apa yana akan dibutuhkan untuk membuat keputusan yang
tepat, dan kemudian mendapatkan informasi tersebut.
Tahap 3 :
Pengembangan alternatif-alternatif.
Kecenderungan untuk menerima alternatif keputusan pertama yang
“feasibel” sering menghindarka manajer dari pencapaian penyelesaian yang
terbaik untuk masalah-masalah mereka. Pengembangan sejumlah alternatif
memungkinkan manajer menolak kecenderungan untuk membuat keputusan terlalau
cepat dan membuat lebih mungkin pencapaian keputusan yang efektif.
Tahap 4 : evaluasi alternatif-alternatif.
Setelah manajer mengembangkan sekumpulan alternatif, mereka harus
mengevaluasinya untuk menilai efektivitas setiap alternatif. Efektivitas dapat
diukur dengan dua kriteria : apakah altrnatif realistik bila dihubungkan dengan
tujuan dan sumber daya organisasi, dan seberapa baik alternatif akan membantu
pemecahan masalah.
Tahap 5 : Pemilihan alternatif terbaik.
Tahap ini merupakan hasil evaluasi berbagai alternatif. Alternatif
terpilih akan didasarkan pada jumlah informasi yang tersedia bagi manajer dan
ketidak sempurnaan kebijakan manajer. Pilihan alternatif juga sering merupakan
suatu kompromi dianatara berbagai faktor yang telah dipertimbangkan.
Tahap 6 : Implementasi keputusan.
Setelah alternatif dipilih, para manajer harus membuat
rencana-rencana untuk mengatasi berbagai persyaratan dan masalah yang mungkin
dijumpai dalam penerapan keputusan.
Tahap 7 : Evaluasi hasil-hasil keputusan. Implementasi harus
dimonitor terus menerus. Manajer harus mengevaluasi apakah implementasi
dilakukan dengan lancar dan keputusan memberikan hasil-hasil yang diinginkan.
Pembuatan keputusan adalah suatu proses yang bersifat kontinyu bagi manajer dan
merupakan tantangan yang harus sealau dihadapinya.
Keterlibatan Bawahan dalam Pembuatan Keputusan
Para manajer akan
sulit untuk membuat keputusan-keputusan tanpa melibatkan para bawahan. Keterlibatan ini dapat formal, seperti
penggunaan kelompok dalam pembuatan keputusan atau informal, seperti permintaan
akan gagasan-gagasan. Bantuan para bawahan dapat terjadi pada setiap tahap proses
pembuatan keputusan.
2.5 Kriteria Pembuatan Keputusan
Menurut konsepsi Anderson, nilai-nilai yang kemungkinan menjadi pedoman
perilaku para pembuat keputusan itu dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat)
kategori, yaitu:
1. Nilai-nilai Politik
Pembuat keputusan mungkin melakukan penilaian atas altematif kebijaksanaan
yang dipilihnya dari sudut pentingnya altematif-altematil itu bagi partai
politiknya atau bagi kelompok-kelompok klien dari badan atau organisasi yang
dipimpinnya. Keputusan-keputusan yang lahir dari tangan para pembuat keputusan
seperti ini bukan mustahil dibuat demi keuntungan politik’ dan kebijaksanaan
dengan demikian akan dilihat sebagai instrumen untuk memperluas
pengaruh-pengaruh politik atau untuk mencapai tujuan dan kepentingan dari
partai politik atau tujuan dari kelompok kepentingan yang bersangkutan.
2. Nilai-nilai organisasi
Para pembuat kepurusan, khususnya birokrat (sipil atau militer), mungkin
dalam mengambil keputusan dipengaruhi oleh nilai-nilai organisasi di mana ia
terlibat di dalamnya’ Organisasi, semisal badan-badan administrasi, menggunakan
berbagai bentuk ganjaran dan sanksi dalam usahanya untuk memaksa para
anggotanya menerima, dan bertindak sejalan dengan nilai-nilai yang telah
digariskan oleh organisasi. Sepanjang nilai-nilai semacam itu ada, orang-orang
yang bertindak selaku pengambil keputusan dalam organisasi itu kemungkinan akan
dipedomani oleh pertimbangan-pertimbangan semacam itu sebagai perwujudan dari
hasrat untuk melihat organisasinya tetap lestari, unuk tetap maju atau untuk
memperlancar program-program dan kegiatan-kegiatannya atau atau untuk
mempertahankan kekuasaan dan hak-hak istimewa yang selama ini dinikmati.
3. Nilai-nitai Pribadi
Hasrat untuk melindungi atau memenuhi kesejateraan atau kebutuhan fisik
atau kebutuhan finansial’ reputasi diri, atau posisi historis kemungkinan juga
digunakan- oleh para pembuat teputusan sebagai kriteria dalam pengambilan
keputusan.
Para politisi yang menerima uang sogok untuk membuat kepurusan tertentu yang menguntungkan si pemberi uang sogok, misalnya sebagai hadiah pemberian perizinan atau penandatanganan kontrak pembangunan proyek tertentu, jelas mempunyai kepentingan pribadi dalam benaknya. Seorang presiden yang mengatakan di depan para wartawan bahwa ia akan menggebut siapa saja yang bertindak inkonstirusional, jelas juga dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan pribadinya’misalnya agar ia mendapat tempat terhormat dalam sejarah bangsa sebagai seseorang yang konsisten dan nasionalis.
Para politisi yang menerima uang sogok untuk membuat kepurusan tertentu yang menguntungkan si pemberi uang sogok, misalnya sebagai hadiah pemberian perizinan atau penandatanganan kontrak pembangunan proyek tertentu, jelas mempunyai kepentingan pribadi dalam benaknya. Seorang presiden yang mengatakan di depan para wartawan bahwa ia akan menggebut siapa saja yang bertindak inkonstirusional, jelas juga dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan pribadinya’misalnya agar ia mendapat tempat terhormat dalam sejarah bangsa sebagai seseorang yang konsisten dan nasionalis.
4. Nilai-nilai Kebijaksanaan
Dari perbincangan di atas, satu hal hendaklah dicamkan, yakni janganlah
kita mempunyai anggapan yang sinis dan kemudian menarik kesimpulan bahwa para
pengambil keputusan politik inr semata-mata hanyalah dipengaruhi oleh
pertimbangan-penimbangan demi keuntungan politik, organisasi atau pribadi.
Sebab, para pembuat keputusan mungkin pula bertindak berdasarkan atas penepsi
mereka terhadap kepentingan umum atau keyakinan tertentu mengenai kebijaksanaan
negara apa yang sekiranya secara moral tepat dan benar. Seorang wakil rakyat
yang mempejuangkan undang-undang hak kebebasan sipil mungkin akan bertindak
sejalan dengan itu karena ia yakin bahwa tindakan itulah yang secara moral
benar, dan bahwa persamaan hak-hak sipil itu memang merupakan tujuan kebijaksanaan
negara yang diinginkan, tanpa mempedulikan bahwa perjuangan itu mungkin akan
menyebabkannya mengalami resiko-resiko politik yang fatal.
5. Nilai-nilai Ideologis
Ideologi pada hakikatnya merupakan serangkaian nilai-nilai dan keyakinan
yang secara logis saling berkaitan yang mencerminkan gambaran sederhana
mengenai dunia serta berfungsi sebagai pedoman benindak bagi masyarakat yang
meyakininya. Di berbagai negara sedang berkembang di kawasan Asia, Afrika dan
Timur Tengah nasionalisme yang mencerminkan hasrat dari orang-orang atau bangsa
yang bersangkutan untuk merdeka dan menentukan nasibnya sendiri — telah
memberikan peran penting dalam mewamai kebijaksanaan luar negeri maupun dalam
negeri mereka. Pada masa gerakan nasional menuju kemerdekaan, nasionalisme
telah berfungsi sebagai minyak bakar yang mengobarkan semangat perjuangan
bangsa-bangsa di negara-negara sedang berkembang melawan kekuatan kolonial.
Di Indonesia, ideologi Pancasila setidaknya bila dilihat dari sudut
perilaku politik regim, telah berfungsi sebagai resep untuk melaksanakan
perubahan sosial dan ekonomi. Bahkan ideologi ini kerapkali juga dipergunakan
sebagai instrumen pengukur legitimasi bagi partisipasi politik atau partisipasi
dalam kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok dalam
masyarakat (Abdul Wahab, Solichin, 1987).
Fungsi Dan Tujuan Pembuatan Keputusan
1.
Fungsi Pembuatan
Keputusan
Individual atau kelompok baik secara institusional ataupun organisasional,
sifatnya futuristik.
2. Tujuan Pembuatan Keputusan
·
Tujuan yang bersifat
tunggal (hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain)
·
Tujuan yang bersifat
ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak
kontradiktif)
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pembuatan keputusan
1. Komposisi kelompok. Ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun
komposisi kelompok.
1.
penerimaan tujuan umum;
mempengaruhi kerjasama dan tukar informasi
2.
pembagian
(divisibilitas) tugas kelompok; tidak semua tugas dapat dibagi
3.
komunikasi dan status
struktur; biasanya yang osisinya tertinggi paling mendominasi dalam kelompok.
4.
ukuran kelompok;
semakin besar kelompok semakin menyebar opini, konsekuensinya adalah semakin
lemah partisipasi individu dalam kelompok tersebut.
2. Kesamaan anggota kelompok Keputusan
kelompok akan cepat dan mudah dibuat bila anggota kelompok sama satu dengan
yang lain.
3. Pengaruh (pengkutuban) polarisasi
kelompok. Seringkali keputusan yang dibuat kelompok lebih ekstrim dibandingkan
keputusan individu. Hal itu disebabkan karena adanya perbadingan sosial. Tidak
semua orang berada di atas rata-rata. Oleh karena itu untuk mengimbanginya
perlu dibuat keputusan yang jauh dari pendapat orang tersebut.
Model Pembuatan Keputusan
1.
Model Pengambilan
Keputusan dalam Keadaan Kepastian (Certainty). Menggambarkan bahwa setiap
rangkaian keputusan (kegiatan) hanya mempunyai satu hasil (pay off tunggal).
Model ini disebut juga Model Kepastian/ Deterministik.
2.
Model Pembuatan
Keputusan dalam kondisi Berisiko (Risk). Menggambarkan bahwa setiap rangkaian
keputusan (kegiatan) mempunyai sejumlah kemungkinan hasil dan masing-masing
kemungkinan hasil probabilitasnya dapat diperhitungakan atau dapat diketahui.
Model Keputusan dengan Risiko ini disebut juga Model Stokastik.
3.
Model Pembuatan
Keputusan dengan Ketidakpastian (Uncertainty). Menggambarkan bahwa setiap
rangkaian keputusan (kegiatan) mempunyai sejumlah kemungkinan hasil dan
masing-masing kemungkinan hasil probabilitasnya tidak dapat
diketahui/ditentukan. Model Keputusan dengan kondisi seperti ini adalah situasi
yang paling sulit untuk pengambilan keputusan. (Kondisi yang penuh
ketidakpastian ini relevan dengan apa yang dipelajari dalam Game Theory)
2.6 Korelasi antara Perencanaan dan Pembuatan
Keputusan
Perencanaan adalah
proses awal dari pembuatan keputusan, sedangkan pembuatankeputusan adalah
bagian kunci dari kegiatan manajemen, khususnya manajer. Kegiatan inimemainkan
peranan penting, terutama bila manajer melaksanakan fungsi
pelaksanaan.Perencanaan menyangkut keputusan-keputusan yang sangat penting dan
jangka panjang yangdapat dibuat oleh manajer. Dalam proses perencanaan, manajer
memutuskan tujuan-tujuanorganisasi yang akan dicapai, sumber daya yang akan
digunakan, dan siapa yang akanmelaksanakan setiap tugas yang dibutuhkan.
Seluruh proses perencanaan itu melibatkanmanajer dalam serangkaian situasi
pembuatan keputusan. Kualitas keputusan-keputusanmanajer akan menentukan
efektivitas rencana yang disusun.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perencanaan merupakan
tahapan paling penting dari suatu fungsi manajemen, terutama dalam menghadapi
lingkungan eksternal yang berubah dinamis. Dalam era globalisasi ini,
perencanaan harus lebih mengandalkan prosedur yang rasional dan sistematis,
bukan hanya pada intuisi 8 dugaan.
Dalam perencanaan terdiri dari macam-macam perencanaan, yaitu perencanaan
organisasi dan perencanaan kontijensi. Perencanaan organisasi terbagi menjadi 3
yaitu perencanaan strategis, taktis dan operasional. Adapun kerangka waktu dalam
perencanaan organisasi yaitu sebagai berikut : rencana jangka panjang, jangka
menengah, dan jangka pendek.
Suatu perencanaan juga terdapat berbagai hambatan dalam penetapan tujuan.
Hambatan tersebut antara lain tujuan yang tidak tepat, sistem penghargaan yang
tidak tepat, penolakan terhadap perubahan dan keterbatasan.
Perencanaan adalah proses
awal dari pembuatan keputusan, sedangkan pembuatan keputusan adalah bagian
kunci dari kegiatan manajemen, khususnya manajer. Kegiatan inimemainkan peranan
penting, terutama bila manajer melaksanakan fungsi pelaksanaan.Perencanaan
menyangkut keputusan-keputusan yang sangat penting dan jangka panjang yang dapat
dibuat oleh manajer. Dalam proses perencanaan, manajer memutuskan tujuan-tujuan
organisasi yang akan dicapai, sumber daya yang akan digunakan, dan siapa yang
akanmelaksanakan setiap tugas yang dibutuhkan. Seluruh proses perencanaan itu
melibatkan manajer dalam serangkaian situasi pembuatan keputusan. Kualitas
keputusan-keputusan manajer akan menentukan efektivitas rencana yang disusun.
Daftar Pusaka
Handoko, T. Hani.1999. Manajemen.Yogyakarta:BPFE.
Handoko, T. Hani.2009.Manajemen.Yogyakarta:BPFE.
Stoner, James A.F. 1996. Manajemen (Terjemahan).Jakarta: Erlangga.
Griffin. 2003. Pengantar Manajemen.Jakarta: Erlangga.
Mulyono.2011. Teori Pengambilan Keputusan, http://
Mulyono.Blogspot.com.diakses 11 Maret 2014.
Anneahira.2011.Pengambilan Keputusan. Hhtp://Anneahira.Blogspot.com.diakses
11 Maret 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar