SEJARAH FILSAFAT
(PERSPEKTIF BARAT DAN ISLAM)
Dosen Pembimbing :
ROMI FASLAH,M.Si
Disusun Oleh :
NUR IZZAH MAULIDINA (13510033)
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA
MALIK IBRAHIM MALANG
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT dengan
segala nikmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah ”Filsafat Ilmu” tepat pada waktu yang
ditetapkan. Keagungan dan kebesaran Muhammad SAW sebagai pembangun jalan
humanisme universal, Nabi yang diakui kebijaksanaan dan kearifannya dalam alur
sejarah kemanusiaan sebagai pembawa kedamaian di muka bumi menyertai kebesaran
hati segenap akademika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
untuk mengikuti jejak-jejaknya.
Makalah ini sengaja kami buat dengan tujuan untuk memenuhi tugas
yang diberikan oleh dosen kami Romi Faslah,M.Si. Kami sadar atas kekurangan
yang kami miliki, untuk itu tak lupa kiranya kami mohon maaf atas ketidak
sempurnaan Makalah ini, semoga Makalah ini dapat berguna bagi pembacanya,
khususnya mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Amin ya Robbal ’ alamin.
TERIMA KASIH
Kamis, 24 April 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Filsafat
merupakan suatu ilmu pengetahuan yang bersifat ekstensial artinya sangat erat
dengan hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan, dapat dikatakan
filsafatlah yang menjadi motor penggerak kehidupan kita sehari-hari sebagai
manusia pribadi maupun sebagai manusia kolektif dalam bentuk suatu masyarakat
atau bangsa. Dalam konteks filsafat hidup, orang selalu mempertimbangkan
hal-hal yang penting dan terpenting sebelum menetapkan keputusan untuk
berperilaku. Hal-hal yang terpenting tersebut tergolong yang esensial. Dalam
pengertian ini hal-hal yang esensial terliput dalam pengertian filsafat.
Ada tiga hal yang mendorong manusia
untuk berfilsafat, yaitu rasa kagum, keraguan, dan kesadaran akan keterbatasan
diri. Bila pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, dan kepastian dimulai dari
rasa ragu maka filsafat dimulai dari keduanya. Jelas kiranya bahwa filsafat
merupakan kebutuhan manusia untuk memenuhi rasa ingin tahu dan mendapatkan manfaat
dari hidup dan kehidupannya. Setelah lama rasa ingin tahu manusia dipenuhi
dengan jawaban yang tidak rasional, berupa tahayul dan mitos maka mulai timbul
dalam diri manusia rasa tidak puas dengan jawaban demikian. Selanjutnya manusia
mulai memberdayakan akalnya untuk mencari tahu dan memperoleh manfaat lebih.
Pemberdayaan akal tersebut dilakukan dengan cara melakukan perenungan
reflektif-intuitif yang mengarah ke rasional sebagai upaya mencari kebenaran
atas jawaban rasa ingin tahunya. Perkembangan filsafat bergerak dari dongeng
yang penuh dengan tahayul dan mistik menuju ke arah hasil pemikiran rasional.
Selanjutnya perkembangan ini terus bergerak ke penalaran rasional ilmiah yang
memunculkan pemahaman sciense is power.
Penjelajahan manusia dalam mencari
kebenaran hidup dan kehidupan ini sampailah pada kesepahaman tentang suatu
kebenaran. Pada tataran menyatakan kebenaran maka terjadi kesepakatan untuk
tidak sepakat, karena muncul beberapa mashab, yaitu mashab rasionalitas ,
empiris dan kritis. Mashab rasionalitas menyatakan bahwa sesuatu dianggap benar
manakala logis. Berbeda dengan mashab empiris yang menyatakan bahwa pengetahuan
yang bermanfaat, pasti dan benar manakala diperoleh lewat indera.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
Sejarah Filsafat Menurut Perspektif Barat?
2.
Bagaimana Sejarah
Filsafat Menurut Perspektif Islam?
3.
Bagaimana Sejarah Lahirnya Filsafat Ilmu?
1.3
Tujuan
1.
Untuk
Mengetahui Sejarah Filsafat Menurut Perspektif Barat
2.
Untuk
Mengetahui Sejarah Filsafat Menurut Perspektif Islam
3.
Untuk
Mengetahui Sejarah Lahirnya Filsafat Ilmu
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SEJARAH FILSAFAT (PERSPEKTIF BARAT)
A. Lahirnya Filsafat Di Yunani
Lahirnya Filsafat
di Yunani diperkirakan pada abad ke-6 Sebelum Masehi. Ada beberapa faktor yang
sudah mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya filsafat lahirnya di
Yunani. K. Bertens menyebutkan ada tiga faktor, yaitu sebagai berikut.
1.
Pada Bangsa
Yunani, seperti pada bangsa-bangsa sekitarnya, terdapat suatu mitologi yang
kaya serta luas. Mitologi ini dianggap sebagai perintis yang mendahului
filsafat, karena mite-mite sudah merupakan percobaan untuk mengerti. Mite yang
pertama mencari keterangan tentang asal-usul alam semesta biasanya disebut mite
kosmogonis, sedangkan mite yang kedua mencari keterangan tentang asal-usul serta
sifat kejadian alam semesta disebut mite kosmologis.
2.
Kesusasteraan
Yunani(Surajiyo,2005)[1]
Dua karya puisi Homeros yang berjudul Ilias dan Odyssea mempunyai
kedudukan istimewa dalam kesusasteraan Yunani. Syair-syair dalam karya tersebut
sudah lama digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani. Puisi
Homeros sangat digemari oleh rakyat untuk mengisi waktu luang dan serentak juga
mempunyai nilai edukatif.
3.
Pengaruh Ilmu
Pengetahuan sudah terdapat di Timur Kuno
Orang Yunani tentu berutang budi kepada bangsa lain dalam menerima
beberapa unsur ilmu pengetahuan. Namun andil dari bangsa lain tidak boleh
dilebih-lebihkan.
Orang Yunani telah mengolah
unsur-unsur ilmu pengetahuan dengan cara yang baik. Baru pada bangsa Yunani lah
didapatkan ilmu pengetahuan yang bercorak dan sungguh-sungguh ilmiah.
Pada abad ke-6 Sebelum Masehi mulai berkembang suatu pendekatan
yang sama sekali berlainan. Sejak saat itu orang mulai mencari jawaban
rasionaltentang berbagai problem yang diajukan oleh alam semesta. Logos (kal
budi, rasio) mengganti mythos. Dengan demikian filsafat dilahirkan.
B. Periodisasi
Filsafat Barat
1. Zaman Filsafat Yunani Kuno (600 SM-400 M)
Zaman Kuno meliputi zaman filsafat
pra-Socrates di Yunani. Tokoh-tokohnya dikenal dengan nama filsuf pertama atau
filsuf alam. Mereka mencari unsur induk (arche) yang dianggap asal dari segala
sesuatu.
2. Zaman
Keemasan Filsafat Yunani
Pada waktu Athena dipimpin oleh
Perikles, kegiatan politik dan filsafat dapat berkembang dengan baik. Ada
segolongan kaum yang pandai berpidato (retorika) dinamakan kaum sofis. Kegiatan
mereka adalah mengajarkan pengetahuan pada kaum muda.(Surajiyo,2005)[2]
3. Masa
Helinistis dan Romawi
Pada masa ini
muncul beberapa aliran berikut.(Surajiyo,2005)[3]
a.
Stoisisme
Menurut paham
ini, jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut ‘Logos’.
Oleh karena
itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang tidak dapat dihindari.
b.
Epikurisme
Segala sesuatu
terdiri atas atom-atom yang senatiasa bergerak. Manusia akan bahagia jika mau
mengakui susuna dunia ini dan tidak boleh takut pada dewa-dewa.
c.
Skeptisime
Mereka berpikir
bahwa bidang teoritis manusia tidak sanggup mencapai kebenaran. Sikap umum
mereka adalah kesangsian.
d.
Eklektisisme
Suatu
kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur, filsafat dari aliran-aliran
tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang sungguh-sungguh.
e.
Neo Platonisme
Paham yang
ingin menghidupkan kembali filsafat Plato. Tokohnya adalah Plotinus. Seluruh
filsafatnya berkisar pada allah sebagai ‘yang satu’. Segala sesuatu berasal
dari ‘yang satu’ dan ingin kembali kepadanya.
4. Zaman Abad
Pertengahan
Periode abad pertengahan mempunyai
perbedaan yang mencolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan itu terut ma terletak
pada dominasi agama. timbulnya agama kristen yang diajarkan oleh Nabi Isa as.
Pada permulaan abad Masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan
keagamaan.(Surajiyo,2005)[4]
Agama kristen menjadi problema
kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran
yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang mengatakan bahwa
kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya
wahyu.
Filsafat pada
zaman abad pertengahan mengalami dua periode:
a.
Periode
Patristik
Periode ini
mengalami dua tahap:
1)
Permulaan agama
kristen. Setelah mengalami berbagai kesukaran terutama mengenai filsafat Yunani
maka agama kristen memantapkan diri. Keluar memperkuat gereja dan ke dalam
menetapkan dogma-dogma.
2)
Filsafat
Agustinus yang merupakan seorang ahli filsafat yang terkenal pada masa
patristik. Agustinus melihat dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan.
b.
Periode
Skolastik
Periode ini
berlangsung dari tahun 800-1500 M. Periode ini dibagi menjadi tiga tahap:
1)
Periode
Skolastik Awal (abad ke- 9-12)
Ditandai pleh pembentukan metode
yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. Yang tampak
pada permulaan ialah persoalan tentang universalia.
2)
Periode puncak
perkembangan skolastik (abad ke-13)
Ditandai oleh keadaan yang
dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan Yahudi.
Puncak perkembangan pada Thomas Aquinas.
3)
Periode
skolastik akhir (abad ke-14-15)
Ditandai dengan pemikiran kefilsafatan
yang berkembang kearah nominalisme, ialah aliran yang berpendapat bahwa
unversialisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum
mengenai adanya suatu hal. Pengertian umum hanya momen yang tidak mempunyai
nilai-nilai kebenaran yang objektif.
5. Zaman Modern
Zaman modern dimulai dengan masa
renaissance yang berarti kelahiran kembali, yaitu usaha untuk menghidupkan
kembali kebudayaan klasik (Yunani-Romawi). Pembaruan terpenting yang kelihatan
dalam filsafat renaissance itu ‘antroposentrisme’nya. Pusat perhatian pemikiran
itu tidak lagi kosmos, seperti zaman kuno, atau Tuhan seperti abad pertengahan,
melainkan manusia. Mulai zaman modern
inilah manusia yang dianggap sebagai titik fokus dari kenyataan.(Surajiyo,2005)[5]
6. Masa Kini.
Masa kini
dimulai pada abad ke-19 dan 20. Pada masa ini muncul aliran sebagai berikut.
a.
Positivisme(Surajiyo,2005)[6]
Positivisme mulai pada filsuf A.
Comte (1798-1857). A. Comte (sosiolog pertama) menyatakan bahwa pemikiran
setiap manusia, pemikiran setiap ilmu dan pemikiran suku bangsa manusia pada
umumnya melewati tiga tahap, yaitu tahap teologis, metafisis, dan Positif.
b.
Marxisme
Pemikiran Karl Marx ditunjukkan dengan
materialisme dialektis dan materialisme historis.(Surajiyo,2005)[7]
c.
Eksistensialisme
Eksistensialisme
dipersiapkan dalam abad ke-19 oleh S. Kierkegaard (1813-1855) dan F. Nietsche
(1844-1900). Eksistensialisme adalah filsafat yang memandang segala gejala
dengan berpangkal kepada eksistensi.(Surajiyo,2005)[8]
d.
Fenomenologi
Metode
fenomenologi berasal dari E. Husserl (1859-1938) dan kemudian diperkembangkan
oleh M. Scheler (1874-1928) dan M. Merleau Ponty. Fenomenologi mengatakan bahwa
kita harus memperkenalkan gejala-gejala dengan menggunakan intuisi.
e.
Pragmatisme(Surajiyo,2005)[9]
Pragmatisme
merupakan aliran filsafat yang lahir di Amerika Serikat sekitar tahun 1900.
Tokoh-tokoh terpenting dari pragmatisme adalah W. James (1842-1920) dan J.
Dewey (1859-1914). Pragmatisme mengajarkan bahwa ide-ide tidak ‘benar’ atau
‘salah’ melainkan bahwa ide-ide dijadikan benar oleh suatu tindakan tertentu.
Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengakarkan bahwa yang benar ialah apa
yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaran akibat-akibatnya yang
bermanfaat secara praktis.
f.
Neo-Kantianisme
dan Neo-Tomisme
Neo-kantianisme
berkembang terutama di Jerman. Filsafat dalam aliran ini dianggap sebagai
epistemologi dan kritik ilmu pengetahuan. Tokoh-tokoh terpenting adalah E.
Cassier (1874-1945), H. Rickert (1863-1936), H. Vaihinger (1852-1933). Neo-tomisme
berkembang di dunia katolik di banyak negara di Eropa dan di Amerika.(Surajiyo,2005)[10]
2.2
SEJARAH FILSAFAT (PERSPEKTIF ISLAM)
Pemikiran dalam filsafat islam
dimulai kira-kira pada tahun 700 M, dan periode ini sering dinamakan periode
skolastik sampai pada tahun 1450. Filsafat skolastik ialah filsafat yang
berusaha memecahkan secara rasional mengenai persoalan-persoalan logika, sifat
ada, kebendaan, kerohanian, dan akhlak dengan tetap menyesuaikan pada kitab
suci. Istilah filsafat skolastik islam tidak begitu banyak di kalangan orang
islam. Mereka cenderung memakai istilah ilmu kalam atau filsafat islam.
Filsafat
skolastik islam dibagi menjadi dua periode yaitu sebagi berikut.
1.
Periode
Mutakallimin
Pada periode mutakallimin muncullah beberapa mazhab, yaitu Al
Khawarij, Murjiah, Qodariah, Jabariah, Mu’tazilah, dan Ahli Sunnah Wal Jamaah.
Mazhab Al-Khawarij
berpendapat bahwa setiap orang dari umat Muhammad yang terus-menerus berbuat
dosa besar dan hingga matinya belum juga tobat, maka orang itu dihukum mati
kafir dan kekal di dalam neraka.
Mazhab Murjiah
berpendapat bahwa keputusan tentang baik dan buruknya seseorang khalifah bukan
urusan manusia, akan tetapi terserah pada Tuhan.
Mazhab Qodariah berpendapat bahwa kalu tuhan itu adil,
maka tuhan akan menghukum orang yang bersalah dan memberi pahala kepada orang
yang berbuat baik.
Mazhab Jabariah
berpandangan bahwa Allah menentukan dan memutuskan segala amal perbuatan
manusia. Segala amal perbuatan manusia sejak awal telah diketahui Allah.(Surajiyo,2005)[11]
Mazhab Mu’tazilah
berpendapat bahwa seorang muslim yang melakukan dosa besar termasuk golongan
yang tidak mukmin dan kafir, tetapi diantara keduanya.
Mazhab Ahli Sunnah
Wal Jamaah berpendapat bahwa iman adalah kepercayaan didalam hati yang diucapka
dengan lisan, sedangkan amal perbuatannya merupakan syarat sempurnanya iman
itu.
2.
Periode
Filsafat Islam(Surajiyo,2005)[12]
Dalam periode ini
para filsuf berusaha untuk menyelidiki hakikat sesuatu termasuk ketuhanan dan
alam. Tokok-tokoh yang termasuk di dalam periode ini antara lain Al Kindi, Al
Farabi, Ibnu Sina, Al Ghazali, Ibnu Bajah, Ibnu Thufail, dan Ibnu Rusyd.
Dengan terjadinya
pertukaran kebudayaan di antara bangsa dari seluruh pelosok penjuru dunia, maka
pemikiran filsafat islam juga ikut masuk ke negara lain terutama ke dunia Barat
baik melalui aktivitas kerajaan, terjemahan buku dan perpustakaan, pengiriman
mahasiswa dan berpengaruh dari pemikiran bangsa-bangsa lain terutama dari
modernisasi Barat.
Filsafat Islam
Islam adalah sebuah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, islam
meyakini agama-agama terdahulu, bahkan keberadaan Agama Kristen dan Agama
Yahudi dibahas dalam kitab suci Agama Islam, islam menolah penuhanan apapun selain
daripada Allah. Bahkan Muhammad SAW sekalipun menolak penuhanan ats dirinya,
sebgai agama terakhir di muka bumi maka Nabi Muhammad SAW dianggap sebagai Nabi
yang terakhir pula. Itulah sebabnya apabila ada orang yang mengaku menjadi nabi
dan rasul setelah Nabi Muhammad SAW maka akan segera dikafirkan.(Inu,2004)[13]
Al Qur’an
Al-Qur’an adalah
kitab suci yang diturunkan Allah SWT Tuhan Semesta Alam, kepada Rasul dan
Nabi-Nya yang terakhir Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril AS untuk
disampaikan kepada seluruh umat manusia sampai akhir zaman nanti.
Sebagai kitab suci
terakhir, al-Qur’an bagaikan miniatur dalam raya yang memuat segala disiplin
ilmu dan penyelesaian permasalahan sepanjang hidup manusia. Al-Qur’an merupakan
wahyu allah yang agung dan bacaan mulia serta dapat dituntut kebenarannya oleh
siapa saja, sekalipun akan menghadapi tantangan kemajuan ilmu pengetahuan yang
semakin canggih.
Setiap ilmuan yang
melakukan penemuan pembuktian ilmiah tentang hubungan Al-Qur’an dengan ilmu
pengetahuan, akan menyuburkan perasaan yang pada gilirannya melahirkan keimanan
kepada Allah SWT, serta dorongan untuk tunduk kepada kehendak-Nya.(Inu,2004)[14]
Al-Hadits(Inu,2004)[15]
Al-Hadits adalah ucapan dan perbuatan serta sikap Nabi Muhammad
SAW, denganHadits umat islam mengetahui perintah dan larangan yang ada dalam
Al-qur’an, selain daripada itu merupakan perbuatan Nabi Muhammad SAW baik yang
beliau setujui maupun yang beliau cegah.
Fungsi Hadits atau
Sunnah terhadap Al-qur’an antara lain sebagai berikut:
1)
Untuk menafsirkan
ayat Al-qur’an yang artinya sangat luas (Bayan Tafsir)
2)
Untuk
memperkokoh ayat Al-qur’an yang sudah diwahyukan Allah (Bayan Taqrir)
3)
Untuk
menjelaskan ayat Al-qur’an yang artinya membingungkan umat islam (Bayan
Taudlih) (Inu,2004)[16]
2.3
SEJARAH LAHIRNYA FILSAFAT ILMU
Lahir
pada abad ke-18 cabang filsafat yang disebut sebagai filsafat pengetahuan
dimana logika, filsafat bahasa, matematika, metodologi, merupakan
komponen-komponen pendukungnya. Melalui cabang filsafat ini diterangkan sumber
dan sarana serta tata cara untuk menggunakan pengetahuan ilmiah. Diselidiki
pula syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi apa yang disebut kebenaran ilmiah
dan batas validitasnya.
Filsafat ilmu sampai tahun sembilan
puluhan telah berkembang pesat sehingga
menjadi bidang penegtahuan yang amat luas dan sangat mendalam. Ruang lingkup
sebagaimana yang dibahas para filsuf dapat dikemukakan secara ringkas oleh
sejumlah ahli antara lain(Mohammad,2010)[17]:
Pertama, menurut Peter Angeles, ilmu
mempunyai empat bidang konsentrasiyang utama: (i) Telah mengenai berbagai
konsep, pranggapan dan metode ilmu berikut analisis, perluasan, dan
penyusunannya dalam memperoleh yang lebih baik dan cermat; (ii) telaah dan
pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut strukturnya; (iii) telaah
mengenai saling kaitan diantara berbagai ilmu; dan (iv) telaah mengenai akibat
penegtahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan penerapan dan pemahaman
manusia.
Kedua, A. Cornelius Benjamin. Filsuf
ini membagi pokok soal filsafat ilmu dalam 3 bidang: (i) logika ilmu yang
berlawanan dengan epistemologi ilmu; (ii) filsafat ilmu kealaman yang berlawana
dengan filsafat ilmu kemanusiaan; (iii) filsafat ilmu yang berlawanan dengan
telaah masalah filsafati dari sesuatu ilmu khusus; dan (iv) filsafat ilmu yang
berlawanan dengan sejarah ilmu.
Ketiga, Israel Scheffler. Lingkupnya
dibagi menjadi tiga bidang yaitu: (i) peranan ilmu dalam masyarakat; (ii) Dunia
sebagaimana digambarkan oleh ilmu; dan (iii) landasan-landasan ilmu.
Keempat, J.J.C. Smart. Filsuf ini
menganggap filsafat ilmu mempunyai dua
komponen utama yaitu, (i) Bahasa analitis dan metodologis tentang ilmu; (ii)
penggunaan ilmu untuk membantu pemecahan problem.(Mohammad,2010)[18]
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan mempergunakan
akal sampai pada hakikatnya. Jadi, dalam
filsafat objeknya tidak membatasi diri.
Dalam filsafat membahas objeknya untuk sampai kedalamannya, sampai
keradikal dan totalitas. Asal filsafat ada tiga hal, yakni keheranan,
kesangsian, dan kesadaran akan keterbatasan. Karakteristik kefilsafatan adalah
reflektif, radikal, dan integral. Bagian atau cabang filsafat dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian, yakni filsafat sistematik dan sejarah
filsafat.
Sejarah
filsafat terdiri dari beberapa pandangan, yaitu sejarah filsafat perspektif
Barat dan filsafat perspektif Islam.
Menurut perspektif Barat,
Pekembangan filsafat sejak kelahirannya pada zaman Yunani kuno sampai zaman
Kontemporer/masa kini, bahwa pemikiran filsafat Barat berkembang sebagai reaksi
terhadap mitos dan sikap dogmatis. Reaksi terhadap mitos dan dogmatis ini
melahirkan pemikiran rasional, artinya suatu pendapat yang dimitoskan dan telah
menjadi dogma yang beku dilawan, ditentang dan dikoreksi berdasarkan asumsi
ilmiah yang baru. Disini ciri utama filsafat spekulatif menjadi lebih dominan,
artinya ada keberanian untuk menemukan hal-hal baru, walaupun manusia pada
zamannya mungkin belum dapat menerima ide-ide tersebut pada masa itu. Terobosan
yang dilakukan oleh para filsuf pada masa itu mungkin tak terpahami pada
zamannya, namun akhirnya manusia mengakui pentingnya peran akal dalam memahami
alam semesta.
Berbeda dengan sejarah filsafat
menurut perspektif islam yang menyatakan bahwa segala sesuatu itu berpedoman
pada kitab suci Al-qur’an. Filsafat islam sering disebut dengan filsafat
skolastik. Filsafat skolastik ialah filsafat yang berusaha memecahkan secara
rasional mengenai persoalan-persoalan logika, sifat ada, kebendaan, kerohanian,
dan akhlak dengan tetap menyesuaikan pada kitab suci. Istilah filsafat
skolastik islam tidak begitu banyak di kalangan orang islam. Mereka cenderung
memakai istilah ilmu kalam atau filsafat islam.
DAFTAR PUSTAKA
Surajiyo.2005.Ilmu Filsafat Suatu
Pengantar.Jakarta:PT Bumi Aksara.
Syafiie, Inu Kencana.2004.Pengantar
Filsafat.Bandung:PT Refika Aditama.
Adib, Mohammad.2010.Filsafat Ilmu.Yogyakarta:Pustaka
Pelajar.
[1] Surajiyo,2005,Ilmu
Filsafat Suatu Pengantar(Jakarta:PT.Bumi Aksara)hal.153
[2] Ibid.hal.154
[3] Ibid.hal.155
[4] Ibid.hal.156
[5] Ibid.hal.157
[6] Ibid.hal.158
[7] Ibid.hal.159
[8] Ibid.hal.161
[9] Ibid.hal.162
[10] Ibid.hal.163
[11] Ibid.hal.171
[12] Ibid.hal.172
[13] Inu Kencana Syafiie,2004,Pengantar
Filasafat(Bandung:PT.Rafika Aditama)hal.101
[14] Ibid.hal.102
[15] Ibid.hal.114
[16] Ibid.hal.115
[17] Mohammad
Adib,2010,Filsafat Ilmu(Yogyakarta:Pustaka Pelajar)hal.55
[18] Ibid.hal.56
Tidak ada komentar:
Posting Komentar